Lee Jihye menggenggam pedang Duke of Loyalty and Warfare di tangannya. Memang bukan Double Dragon Swords yang dipakai oleh Lee Jihye pada putaran ke-1863, tetapi performanya tetap sangat bagus. Mungkin dia mengambilnya dari suatu museum...
"Di mana cumi-cumi itu?" Dia bertanya kepada para returnee yang kebingungan.
"Jihye. Berhenti! Ini aku!" Aku berteriak dengan putus asa, tetapi mulutku tidak terbuka. Di mata Lee Jihye, sepertinya aku terlihat seperti sedang berteriak dan melambaikan tentakelku.
"Ugh, cumi-cumi menjijikkan. Matilah!" Bilah pedang Lee Jihye berkilat saat dia berlari ke arahku.
... Ini agak mirip dengan putaran ke-1863. Pedang milik Lee Jihye nyaris memotong bagian atas kepalaku. Rambutku sedikit terpotong dan Lee Gilyoung memanggilnya.
"Lakukan pekerjaanmu dengan baik, Noona! Potong tentakelnya yang besar itu, bukan yang kecil!"
"Diam!"
Tampaknya rambutku terlihat seperti tentakel di mata mereka. Mereka tidak tahu bahwa yang sedang mereka serang adalah aku, tetapi aku tidak bisa menahan perasaan sedihku.
Aku memperingatkan para returnee dengan gugup. "Semuanya, jangan serang mereka! Aku akan mengurusnya!"
Untungnya, para returnee itu mendengarkan perkataanku. Suara bingung Flying Fox terdengar. "Aku akan membantumu kapan saja."
Flying Fox adalah seorang returnee yang luar biasa di Second Murim. Jika situasi yang tak dapat ku hindari terjadi, maka aku bisa meminjam bantuannya. Bagaimana cara untuk membuat Lee Jihye mengetahui identitasku?
"Potong cumi-cumi itu!"
Dalam skenario ini, 'bahasa yang diucapkan' olehku tidak dapat disampaikan kepada Lee Jihye dengan benar. Namun, komunikasi manusia juga tidak hanya dilakukan melalui bahasa lisan.
"Apa? Jangan membuat pergerakan yang aneh!"
Aku mengaktifkan Way of the Wind dan mulai menulis di tanah. Aku berusaha menulis beberapa coretan di tanah sambil menghindari arah pedang Lee Jihye. Para returnee yang ada di belakangku memperhatikan niatku dan berseru.
Faktanya, aku tidak tahu apakah caraku ini akan berhasil atau tidak. Novel asli tidak membahas tentang kemungkinan komunikasi semacam ini secara rinci. Pertanyaannya adalah, apakah Lee Jihye akan menyadari niatku?
"Apa? Apakah dia menulis sesuatu di tanah?"
Untungnya, Lee Gilyoung cepat menyadari dan memahami niatku terlebih dahulu. Lee Jihye berhenti dan menatap tanah. Di sana ada sebuah catatan yang ditinggalkan oleh langkah kakiku. Tulisan tangan itu terlihat cukup buruk, tapi masih bisa dibaca.
-Aku Kim Dokja.
Ini adalah kalimat yang aku tulis. Namun...
[Penalti skenario telah mengubah tulisan Anda.]
... Penalti itu juga diterapkan untuk hal semacam ini? Alih-alih Lee Jihye, Fourth Wall membaca kalimat yang berubah itu.
「Aku adalah cumi yang tampan.」
[Karakter 'Lee Jihye' telah menggunakan Demon Slaying Lv. 10!]
Mata Lee Jihye memerah dan dia mulai melesat ke arahku. Dia jauh lebih cepat dari sebelumnya dan itu membuatku kesulitan untuk menghindarinya. Aku mencoba melambaikan mantelku sebagai tanda menyerah, tetapi semua usahaku sia-sia karena penalti skenario.
['Ugly Squid' memprovokasi inkarnasi 'Lee Jihye']
"Matilah!"
Ah, sial. Kepalaku sakit. Jika halusinasi ini terus berlanjut, pesanku tidak akan pernah bisa sampai pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Mahatahu [Volume 3]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 3 (Chapter 285-372) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. N...