"Lee Sookyung."
Yoo Joonghyuk ada di sana. Yang ia lihat selanjutnya adalah leher seorang master Murim yang tertusuk oleh sebilah pedang. Tubuh tak bernyawa itu kemudian jatuh ke tanah.
"... Aku tidak pernah menduga akan mendapatkan bantuan darimu."
Yoo Joonghyuk berlari dengan ekspresi kosong dan membawa Lee Sookyung di punggungnya. Lee Sookyung tidak mengatakan apa-apa, tetapi dia bisa menebak ke mana pria itu akan membawanya. Mungkin dia sedang mencari staff medis yang ada di kompleks industri ini.
"Terima kasih."
Kata-kata itu keluar begitu saja dan Yoo Joonghyuk menjawab dengan acuh tak acuh, "Jangan katakan itu jika kau terpaksa. Aku tahu kau tidak menyukaiku."
"Tentu saja, aku tidak menyukaimu. Aku membencimu. Kau adalah orang yang telah mengambil peranku."
"Aku tidak mengerti apa maksud perkataanmu."
Di dalam kepala Lee Sookyung, waktu mengalir dengan begitu lambat. Dia mendengar bahwa seharusnya waktu menjelang kematian selalu berjalan dengan cepat ... kalau begitu, kenapa? Apakah karena semua ini terasa sukar dan sulit untuk dijalani?
"... Aku sudah mengenalmu sejak dulu. Bocah itu sering membicarakanmu. Dia datang mengunjungi ibunya di penjara dan hanya membicarakan hal tersebut."
-Kali ini dia menantang 12 dewa Olympus.
Wajah muda Kim Dokja yang bercerita dengan gembira terlintas dalam kepalanya. Berbagai pemikiran tampak sedang melayang-layang di wajah anak itu.
Yoo Joonghyuk berbicara seolah merasakan detak jantung Lee Sookyung yang kian melambat. "Lee Sookyung. Jangan sampai kehilangan kesadaran."
Lee Sookyung hampir tidak mampu mempertahankan kesadarannya yang semakin mengabur. Dia terus merasakan kantuk yang menjalari seluruh kepalanya yang tersandar di punggung Yoo Joonghyuk.
"Bagaimanapun juga, setidaknya sekali saja ... aku ingin mengucapkan terima kasih."
"Kau mengatakan hal-hal yang tidak bisa aku mengerti."
Punggung yang sedang menggendongnya ini adalah hal yang selama ini menjadi sandaran putranya. Kim Dokja di masa SMP dan SMA. Pria ini adalah penopangnya. Pria inilah yang telah membesarkan anak yang tidak bisa ia rawat dan jaga. Pria inilah yang membuat anak itu terus bertahan hidup.
-Kurasa aku ingin menjadi seperti dia.
Namun, Lee Sookyung sangat ingin menjadi sosok pemilik punggung ini, lebih dari siapa pun.
-Lalu ... apa yang Yoo Joonghyuk lakukan selanjutnya? Apakah kau penasaran, bu?
Kata-kata putranya terus berlanjut sepanjang kunjungan yang hanya berlangsung selama 10 menit itu.
-Ya, aku penasaran.
Kedua orang itu saling berbicara dan mendengarkan di dalam sebuah ruangan yang dibatasi oleh sebuah dinding kaca tipis. Sebuah kisah dengan petualangan dan kehidupan. Kisah seseorang yang tidak berhubungan dengan dia ataupun putranya, tetapi sosok itu menjalani kehidupan yang keras. Rasanya seperti berbicara melalui dinding.
Selama hari-hari yang menyesakkan itu, mereka berdua terus berbicara tentang Ways of Survival. Kisah fiksi ini adalah satu-satunya hal yang mereka miliki. Sekarang kisah itu telah menjadi kenyataan dan membawanya untuk ikut serta ke dalamnya.
Lee Sookyung bergumam dengan suara lirih, "Akhirnya aku menjalani hidupku..."
"Jangan katakan hal semacam itu padaku."
Punggung Yoo Joonghyuk sudah basah oleh darah. Lee Sookyung terus memucat. Masih terdapat percikan probabilitas di sekitar tubuhnya. Dalam tubuhnya yang penuh luka, cerita yang ia kumpulkan mulai menguap. Untuk menyembunyikannya, Lee Sookyung sengaja bertanya tentang hal-hal yang sebenarnya sudah ia ketahui. "Dimana orangtuamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Mahatahu [Volume 3]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 3 (Chapter 285-372) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. N...