Bab 23.

1.8K 64 1
                                    

Mia terharu. Elo memperlakukannya bagaikan ratu. Mia memang selalu merasa aman dan nyaman bersama Elo. Dia memberikan Mia banyak kasih sayang dalam berbagi bentuk. Baik berupa perhatian maupun perkataan. Juga, Elo tidak sembarangan didekati atau mendekati wanita lain. Elo benar-benar menghargai perasaannya.

Mungkin, selama ini ia sedikit keras dengan hatinya sampai mengabaikan hati Elo. Padahal ia mulai menyukai lelaki itu. Mia ingin meresmikan hubungan mereka. Namun, ia tidak cukup berani! Ia takut terluka, sakit hati dan menangis ketika segala hal yang Elo berikan tiba-tiba hilang. Terparah, mungkin diberikan kepada wanita lain.

Ya, Mia merasa sedikit tidak percaya diri. Elo tampan, sangat! Dan dia pantas bersama wanita yang sepadan. Bukan wanita sepertinya!

Elo mengernyit dalam."Kamu sendiri, Mia?" Elo telah mengamati sekeliling ruangan sehingga ia menyimpulkan demikian. Yang tak terduga Mia mengangguk pelan."Iya."

Elo tersenyum lalu menarik napas panjang. Segera setelahnya ia melepaskan pelukan kemudian memegang kedua pundak Mia."Kunci pintu yang rapat!" Mia tidak mengerti. Ia bahkan telah berprasangka yang tidak-tidak. Tepatnya ia mulai berpikir negatif. Untungnya, Elo kemudian langsung mengambil dua langkah mundur lalu berkata,"Takut ada setan lewat." Elo terkekeh pelan. Sementara Mia memejamkan mata lalu mengembuskan napas lega. Dia adalah Elo yang sama, Elo yang menghormati wanita.

"Aku mencintaimu. Jadi, tutup pintunya." meski tadi sempat minum, Elo masih sadar. Ia akan menjaga Mia sampai akhir. Dia menghormati wanita.

"Ya." Mia mengangguk patuh, mengikuti apa pun yang disuruh Elo. Ia mengunci pintu rapat-rapat.

Dari luar Elo melihat pintu yang dikunci dari dalam. Sesaat ia melarikan pandangan, melihat pada jendela, berharap sosok Mia akan muncul di sana, ia ingin sejenak menatap Mia lebih lama meski melalui jendela.

Begitu sosok Mia muncul di jendela, senyuman Elo mengembang. Lalu ia menarik napas panjang. Ini bukan mimpi, bukan pula pengaruh alkohol yang diminum. Mia sungguh membalas perasaannya.

Mia tersenyum geli saat Elo memberikan kedipan mata serta kecupan di udara. Mia menyukai keterbukaan Elo. Lelaki jangkung itu tidak pernah menyembunyikan perasaannya.

"Aku mencintaimu, nona manis."

Mia salah tingkah. Dengan cepat ia memalingkan wajah. Tak ingin membiarkan Elo mengetahui bahwa ia berdebar dan ada sensasi panas yang menjalar ke wajahnya. Ini sedikit memalukan.

Tetapi, sebesar apa pun usaha Mia menutupi rasa gugupnya, Elo mampu membaca. Lelaki itu terkekeh senang. Ia suka reaksi gugup Mia. Itu begitu menggemaskan.

"Kamu tidak sendiri, manis. Aku juga gugup." Itu pengakuan yang terlalu jujur, mendebarkan dan Mia merasa akan mati akibat dikejutkan. Lama-lama ia merasa akan sakit jantung. Elo terlalu pintar membuat jantungnya berdebar kencang.

Mia memegang jidat menggunakan satu tangan. Ia tersenyum malu-malu. Apa jadinya jika setiap hari Elo memperlakukannya begini? Kira-kira jantungnya akan aman?

"Pulanglah. Kamu mabuk."

"Sebentar, aku masih ... ah ... aku tidak pernah bosan menatapmu. Kamu terlalu manis." Mia berpikir jika Elo memakan gula terlalu banyak dari pada meminum alkohol. Kata-kata lelaki tampan itu membuat Mia bisa-bisa diabetes.

Lagi-lagi Mia tersenyum malu-malu.

Oh, ayolah, sepertinya ia akan memulai hari-hari dengan banyak tersenyum juga mendapat banyak kata-kata yang perpotensi membuatnya diabetes.

"Kamu terlalu mabuk."

Elo mengangguk."Ya! Aku mabuk. Karena kamu. Kamu terlalu manis dan itu memabukan."

CINTA YANG NYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang