Bab 12.

2.9K 123 7
                                    

Setelah insiden itu, Elo benar-benar kurang waras. Ia mengambil sebuah langkah terkonyol yang pernah dibuat yakni menghindari Mia.

Malam itu, ia sadar, Mia memang berbahaya. Ia salah jika meremehkan wanita itu. Jelas, karena Mia, hampir menjatuhkan hatinya lewat sebuah tawa lepas. Dan itu kegilaan pertama lainnya yang ia alami dalam hidup karena sebelumnya ia tidak pernah tergila-gila pada wanita karena tawanya. Semenjak mengenal Mia banyak kegilaan sering terjadi.

Begitu melihat sosok wanita berkulit sawo matang yang hendak memasuki kafe, buru-buru ia mengambil ancang, tentu saja untuk menghindar. Tapi, sebelum idenya terealisasi, wanita itu lebih dahulu menyapa. "Selamat pagi."

Elo menarik langkah, tapi tidak berniat barang sebentar untuk berpaling dan menatap wanita itu."Iya, pagi." Ia tidak tahu bagaimana reaksi Mia, juga ia tak ingin menduga-duga. Persetan bilamana reaksinya terkesan seperti pencuri. Jujur, reaksinya agak memalukan.

Ketika Mia membawa langkah ke ruang ganti karyawan, lelaki itu buru-buru menolah dan mendapati punggung wanita itu yang menghilang di balik pintu. Lantas ia tersenyum kecil akibat sebuah interaksi sepele seperti sapaan sekaligus senyuman. Wow ..., itu sebuah perubahan dan pencapaian terhabat. Mia menyapanya.

"Sial!" Lelaki itu menarik napas panjang setelah mengumpat pelan. Anehnya, setelah itu ia justru mengulum senyum.

Astaga. Bagaimana ia bisa sesenang itu? Bisa dibilang ini mungkin kegilaan lain yang pernah ia buat sepenjang hidupnya. Dan itu bersumber karena wanita yang pernah ia tolak dengan tidak berperasaan.

Kegilaan apa lagi yang akan terjadi akibat wanita itu?

Sejenak ia menggeleng. Dan ia bertekad untuk tidak membiarkan perasaannya dibuat lemah oleh wanita itu. Ia yakin segala hal yang saat ini ia rasakan tidak pasti. Mungkin hanya muncul sesaat setelahnya akan menghilang. Mia tidak seberpengaruh itu untuknya!

Dan untuk menyingkirkan semua itu, yang ia butuhkan adalah menghindari sumber pembicu.

Mungkin, ia telah membuat sebuah keputusan tak berarti karena setelah beberapa waktu kemudian, ia nyaris mengumpat keras bilamana tidak mencuri pandang pada wanita itu.

Jika boleh jujur, tentu saja, kecantikan Mia di bawah standar. Apabila disandingkan bersama Dita dan Angel, Mia sudah pasti kalah cantik. Wanita itu memiliki kulit sawo matang dengan rambut lurus berwarna pirang alami sepanjang punggung. Tinggingnya kisaran 160an cm dan memiliki lesung pipi di sebelah kiri yang memperindah senyumannya!

Ketika pertama kali melihatnya di antara karyawan perempuan lain, kemungkinan besar sebagian orang akan berpendapat jika Mia adalah wanita yang kurang menarik. Tapi, apabila mengenalnya lebih lama dan dekat. Dijamin, mereka akan mengubah cara pandangnya. Mia, tentu saja berkali lipat lebih menarik di antara karyawan wanita lainnya.

Dia, Mia, selalu menawan dari hari ke hari. Setiap orang yang melihatnya tidak pernah bisa bosan atau sekedar memalingkan wajah darinya! Dan itu fakta!

Oh bagus. Lelaki itu mendecakan lidah. Kegilaan apa lagi yang ia buat? Bukankah itu artinya ia baru saja memuji wanita itu?

"Bos." Bayu memanggil pelan. Ada terikan pelan pada lengan bajunya. Namun, karena sibuk mengamati sosok manis di depan sana ia tidak menghiraukan panggilan itu.

"Bos."

"Hmm."

"Pujaan hati boss datang!"

Elo menemukan diri, dan segera berpaling ke arah Bayu, tentu saja untuk memastikan kevalidan ucapan lelaki itu.

"Noh, di sana."

Benar! Tepat di depan pintu ada sosok Tiara yang berjalan masuk dengan menyunggingkan senyuman andalannya. Tiara memang tidak pernah diragukan soal itu. Wanita itu sangat cantik!

CINTA YANG NYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang