Elo tiba-tiba merasa pusing. Wanita itu tidak menganggap serius perihal ucapannya dan justru berakhir pergi. Padahal ia sangat berharap hal ini dapat membuat Tiara supaya tidak terlalu berharap lebih.
Lelaki-laki itu mengusap asal mukanya kemudian duduk dengan gusar. Kali ini ia tidak akan berkompromi tentang perasaan Tiara, jika wanita itu masih keras kepala dan mengabaikan hal itu, maka Tiara sendiri yang akan melukai dirinya!
Mungkin keputusannya terlampau bajingan, namun ia tak ingin membohongi perasaannya! Ia terlanjur jatuh cinta pada Mia dan ingin memperjuangkan hal itu! Ia ingin menyederhanakan segalanya. Dan yang paling utama adalah perasaannya!
Sementara Tiara, wanita itu berjalan tergesa menuju parkiran padahal ia belum lama memasuki kafe. Tadi, ketika keluar dari rungan Elo, ia sempat bertatap muka dengan pemicu kegaduhan perasaanya, Mia. Namun ia mengabaikan wanita itu. Ia dapat menangkap senyuman Mia yang memudar. Tentu saja, itu membuat Mia bersedih hati. Namun, perlu wanita itu tahu bahwa ia terluka karenanya. Gara-gara Mia, Elo berani melukai hatinya. Meski sebetulnya tidak seperti itu! Ia betul-betul sedang membohongi dirinya sendiri, karena Elo tidak lagi memandangnya seperti dulu. Lelaki itu berbeda setelah pengakuan cintanya ditolak.
Ia pernah berbangga diri dan merasa dinomor satukan oleh lelaki itu. Sehingga ia bermain-main dengan perasaannya. Dan itu adalah kesalahan terfatal, karena setelahnya, Elo tidak menunjukan cinta yang sama, sekalipun ia kembali berjuang untuk memiliki pengakuan yang sama. Namun gagal! Elo telah menepis segala perasaannya!
Mia tertegun. Menatap jauh ke arah di mana Tiara berlalu dengan nampan di tangan. Wanita itu menatap penuh benci sewaktu keluar dari ruangan Elo. Mia tak ingin berpura-pura bodoh tidak mengetahui sikap yang ditunjukan Tiara. Oleh karena itu, ia merasa sedikit sakit. Bukankah mereka berteman?
Jika ini ada hubungannya dengan Elo, ia harap, Tiara tidak perlu melakukan hal itu. Terlebih lagi sampai membencinya. Karena ia tahu, yang Elo inginkan adalah dia, Tiara. Bukan dirinya!
"Mi." Bisikan lirih itu membuyarkan lamunan Mia. Dengan cepat ia berpaling dan menatap Angel yang tengah tersenyum getir! Mia mengerutkan dahi, ia jelas tahu Angel sedang kacau. Senyuman wanita itu dibikin-bikin dan jutru lebih menampilkan kesedihan.
"Kenapa?" Mia tidak bisa menutupi kecemasannya. Bagaimana pun Angel tampak tidak baik-baik saja. Oleh karenannya, ia ingin mengetahui apa yang terjadi. Mia memang tipe teman yang tidak bisa melihat teman lainnya susah. Ia sering berkonstribusi dengan melakukan hal-hal kecil untuk menghibur mereka meski berupa kata-kata penguatan atau pun sebuah pelukan.
"Coba kamu temuin, Dita!" Mia dapat menangkap kegelisahan lewat mimik wajah Angel. Itu membuat Mia sedikit panik. Tidak biasanya Angel seperti ini. Ia tipe yang periang dan humoris meski kadang menyebalkan!
"Dita kenapa? Jangan buat aku panik!" Mia berkata gugup. Entah bagaimana ia suka begini jika itu menyangkut orang-orang yang ia sayangi. Dan ya, Dita dan Angel termasuk di dalamnya!
"Dita nggak lulus!" ada gelengan pedih ketika Angel mengatakan demikian. Ia benar-benar merasakan hal yang sedang Dita rasakan!
Mendengar pengakuan itu Mia menarik napas panjang. Dadanya jatuh dalam satu pukulan. Ia diserang rasa panik sekaligus gugup dalam satu kesempatan.
Ia ingin menolak perkataan Angel. Ia berharap ini bukan akal-akal Angel untuk mengerjainnya. Namun, rekasi Angel mengatakan sebaliknya.
"Kamu serius?" Mia hanya ingin memastikan. Barang kali Angel sedang membohonginya.
"Untuk apa aku bercanda untuk suatu hal yang penting!"
Lantas Mia menarik napas panjang sekali lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG NYATA
RomanceMia, wanita berkulit sawo matang itu diam-diam mengagumi Elo, lelaki jangkung yang kebetulan berteman baik dengan sahabatnya, Tiara. Wanita itu, Mia, mengakui bahwa ia kurang pantas memimpikan Elo menjadikannya pendamping. Elo terlalu menawan untuk...