Bab 10.

6.1K 223 2
                                        

Seperti pertemuan lain, tidak ada interaksi lebih di antara keduanya selain sapaan biasa lewat senyuman. Selebihnya tidak ada! Mia, sibuk dengan pekerjaannya begitu pula Elo.

Wanita itu manarik diri lebih jauh dari sebelumnya. Terlalu jauh, sampai kadang Elo merasa asing. Meski begitu, ia mencoba mengabaikan segalanya. Mengingat, ia telah mencapai apa yang diinginkan. Bukankah, Mia telah memaafkan dirinya? Jika wanita itu ingin membentang jarak, maka itu pilihannya!

Ketika lelaki itu berpikir segalanya aman, maka ia keliru. Nyatanya, ia mulai merasa tidak aman ketika tidak mencuri pandang pada wanita itu. Baik; sehari, dua hari atau bahkan berhari-hari. Terparah, ia ingin menyentuh atau bersentuhan dengan wanita itu. Meski sedekar sentuhan sederhana seperti kedua lengan yang tidak sengaja bertabrakan. Atau apa pun itu. Intinya saling bersentuhan!

Ia mulai gelisah, cemas akan hal-hal sepela yang tidak semestinya dikhawatirkan. Kadang-kadang ia merasa ada api yang terpasang ketika wanita itu tersenyum pada lelaki mana pun. Itu jelas aneh!

Jujur, ia tidak pernah memiliki ketertarikan untuk mengamati wanita yang bukan incaranya. Baginya itu terlalu konyol dan buang-buang waktu. Namun, kali ini cukup berbeda. Mia, entah bagaimana membuatnya sering mencuri pandang. Terparah ia akan ikut tersenyum di kala wanita itu tersenyum.

Elo menggeleng, kadang-kadang ia cukup konyol untuk sesuatu hal yang tak semestinya dilakukan. Ia belum pikun untuk tidak menyadari bahwa semua kekonyol yang dibuat jelas-jelas bertentangan. Berbanding terbalik dengan apa yang pernah ia lakukan. Ia pernah menolak bahkan enggan melihat senyuman wanita itu. Nyaris membenci keberadaan Mia. Tapi sekarang apa?

"Sepertinya aku jatuh cinta, Gel." Elo melirik perlahan-lahan pada Jonatan. Suara itu memutus perhatian. Pandangannya lalu berpindah sepenuhnya pada lelaki yang memilik tinggi beberapa senti di bawahnya.

Kerutan pada kening mampu memperjelas kebingungan yang di alami. Elo jelas tahu, Jonatan tipe lelaki yang tidak gampang jatuh cinta kemudian mengatakan hal aneh semacam barusan. Namun, jika ia telah mengatakan demikian, maka wanita itu pantas diberi pujian.

"Benarkah?" Ada senyuman samar dan rasa penasaran yang kental dalam nada suarannya. Wanita seperti apa yang berhasil mengambil hati temannya bahkan membuatnya cukup merana. Pantas, akhir-akhir ini Jonatan kurang antusias seperti sebelum-sebelumnya.

"Hmm. Sayang sekali, wanita itu nyaris menyiksaku akibat sikap dinginnya." Elo tertawa cukup pelan dan sedikit mengandung ejekan. Lelaki itu mengangguk samar."Bukannya sebagian besar wanita akan bersikap seperti itu diawal? Trik lama!" Kemudian ia menggeleng-gelengkan kepala. Fenomena semacam itu cukup kuno. Rasanya hampir separuh bahkan seluruh wanita akan bersikap seperti itu.

Jonatan merespon dengan gelengan kepala."Sebagian besarkan? Nah, dia kebalikannya."

Elo manggut-manggut. Ia cukup tertarik mendengar keluhan temannya mengenai wanita itu.

"Cantik?"

Lelaki berkulit kuning langsat itu menggeleng."Lebih tepatnya, manis. Sangat manis!"

Senyuman Elo meredup. Tidak ada lagi hormon senang dalam dirinya."Mia?" Ia menebak. "Telalu jelas?" Jonatan mengerutkan kening. Tidak terdengar bantahan dari perkataannya. Berarti benar, dia menyukai Mia.

Elo mengangguk."Hmm." Jelas, sangat jelas cara Jonatan menatap Mia. Bahkan saat ini lelaki itu tengah menatap wanita di seberang sana dengan penuh damba.

"Dia berbeda, Gel. Sumpah, aku jatuh cinta padanya."

Elo, tidak tahu mengapa ia kurang antusias mendengar pengakuan Jonatan. Padahal ia tidak memiliki ketertarikan apa pun pada Mia. Wanita itu bukan kriterianya, ia menyukai wanita berkulit putih, tinggi, cerdas. Bukan seperti Mia. Lantas ada apa dengan perasaannya? Ini jelas, salah!

CINTA YANG NYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang