Bab 24.

1.8K 64 2
                                    

Dita mengernyit bingung. Tidak biasanya ia melihat Mia yang riang, yang hampir dalam setiap aktivitasnya dipenuhi senyuman lepas. Mia bahkan merias diri. Riasan yang sederhana, yang pas dengan kulitnya dan itu membuatnya semakin mempesona. Mia mengenakan atasan berwarna abu-abu serta celana jeans biru. Ia tampak begitu kasual.

"Kak Mia kenapa, Kak?" bisik Dita pada Angel. Gadis berambut sebahu itu tidak berani bertanya dan berakhir membuat suasana hati Mia anjlok. Meski Mia yang ia kenal tidak gampang tersinggung apalagi anti kritik serta bermental lemah saat mendengar kritikan. Namun, ini adalah kali pertama ia melihat Mia yang ceria. Jadi, ia tak ingin merusaknya.

"Lagi jatuh cinta!" balas Angel. Ia cuma menebak asal.

Dita langsung mengulum senyuman."Benarkah?"

"Humm."

"Kira-kira sama siapa?"

Angel melirik ke samping."Siapa lagi kalau bukan bos Migel."

Dita menarik napas lega. Semoga tebakan Angel benar adanya. Dita memang berharap Mia menerima perasaan sang bos.

"Dirayu pakai apa ya kak Mianya sama bos Migel?"

"Mengkali Pelet." Angel berkata serius, tanpa jejek humor sehingga Dita menatap keget."Benaran, kak?" padahal Angel jelas cuma bercanda.

Angel mengangguk dan diam-diam tersenyum. Ia suka mengerjai Dita."Hu'um. Kalau nggak, mana mau Mia sama bos Migel."

Dita manggut-manggut."Iyaya." sambungnya,"Kok bisa ya, padahal kan bos Migel ganteng, anak orang kaya lagi."

"Kalau sama Mia mah lewat. Mau ganteng, kaya, nggak mempan. Hati Mia sekeras batu kali."

"Memang benar sih. Kak Mia cewek mahal, ya. Yang ngejar orang elit."

"Nah, kita mesti ambil pelajaran dari Mia biar kita dapatnya mirip-mirip bos Migel." Lagi dan lagi Dita mengangguk-angguk. Angel yang melihat itu rasanya mau mencelupkan kepala Dita ke baskom biar tidak gampang dibodoh-bodohi. Semua yang ia ucapkan tadi sekedar gurauan. Namun, itu ditangkap serius oleh Dita.

"Semua ucapan aku jangan dibawa serius. Itu, aku cuma bercanda doang. Miakan anaknya susah ditebak. Mungkin dianya lagi mood bagus." simpul Angel. Ia memang cuma menebak tanpa tahu kepastian dibalik sikap ceria Mia. Soal jatuh cinta pun itu cuma asal-asal disebut. Ia tak tahu Mia kenapa? Sifat Mia memang tidak bisa ditebak.

"Lagi bahas apa?" Mia muncul, menghampiri keduanya yang lagi mengobrol santai sekaligus membersihkan peralatan makan para tamu.

Mia ikut merapikan meja, lalu menyemprotkan cairan pembersih kemudian dilep menggunakan sarbet.

Sesekali ia melirk keluar. Sekarang pukul satu lewat. Namun, orang yang sedari tadi ditunggu belum juga muncul. Padahal ia begitu bersemangat menunggu lelaki itu.

Semangat Mia tiba-tiba menghilang. Ia merasa sia-sia berdandan bahkan harus memilih pakaian yang lebih dari biasanya. Segalanya percuma jika tidak ada Elo yang melihatnya.

"Selamat siang."

Senyuman Mia seketika mengembang di detik itu juga. Jantungnya bahkan langsung berdegup dengan kencang. Ia mengenali suara itu. Sangat!

"Siang bos."

Beberapa karyawan membalas sapaan Elo. Tapi, Mia tidak! Ia sibuk menenangkan diri. Elo membawa percikan api ke dalam tubuhnya lalu menghidupkan hormon-hormon tertentu yang membuat Mia merasa panas lalu sesak napas.

"Siang, Mia." sapaan itu dikhususkan untuknya. Hal itu membuat Mia bergerak dengan panik hingga mengakibatnya beberapa sendok jatuh ke lantai. Ia buru-buru merunduk lalu meraba acak sendok-sendok tersebut dan sialnya ia tampak seperti orang linglung. "Iya, siang. Bo-s." Mia memejamkan mata kuat-kuat. Ini benar-benar memalukan. Kelakuannya jelas-jelas ceroboh.

CINTA YANG NYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang