Elo benar-benar menunjukan keseriusannya. Pagi-pagi sekali ia sudah berkunjung ke rumah Mia. Ia disambut hangat oleh kakak laki-laki beserta istrinya. Dan ini adalah kali ekslusif ia mengunjungi mereka setelah dua tahun menempati rumah yang sekarang ia tempati.
Elo telah memikirkan ini secara serius dan matang. Ia akan melakukan pendekatan nyata layaknya lelaki dewasa. Kebetulan juga, ia memang tidak suka bermain-main dengan sebuah hubungan. Dan ia telah memantapkan pilihan bahwa Mia adalah wanita yang ingin ia ajak berumah tangga. Wanita itu memiliki semua kriteria yang ia inginkan. Dan ingin mendedikasikan terhadap wanita itu. Ini bukan tentang sebuah perasaan sesaat. Ia bisa menjamin hal ini.
Mia mengernyit tak habis pikir ketika melihat sosok lelaki jangkung yang cukup ia kenali. Lantas ia bertanya-tanya, dengan tujuan apa lelaki itu datang ke sini?
Dari jarak satu meter lebih, Mia menemukan Elo yang tengah berbincang santai bersama Yohan dan Sinta di ruang tamu. Lelaki itu tampak kasual dengan mengenakan celana jeans hitam bersama atasan kaos putih polos berlengan pendek yang dapat mempertontonkan otot-otot lengannya. Wajah lelaki itu tampan, dari dulu ia memang tampan.
Merasa diperhatikan lelaki itu mengangkat muka dan tepat saat itu mata keduanya bertemu, dengan cepat Mia memalingkan wajah akibat terkejut. Ini reaksi spontan dan alami. Namun, cukup membuatnya salah tingkah.
Senyuman lelaki itu seketika mengembang dan secara praktis dapat menarik atensi. Yohan tentu menyadari perubahan raut muka lelaki muda di depannya, oleh kerena itu, ia berpaling dan melihat pemicu utama perubahan lelaki itu.
Diam-diam Yohan tersenyum. Ia suka rekasi Elo. Ia pernah berada dalam posisi itu.
"Nah, Mianya datang." Sinta memekik senang. Sementara Mia menyempitkan mata ketika menangkap binar antusias dalam nada suara sang kakak. Ia cukup mengerti ketika perempuan dua anak itu memberi kode-kode lewat matanya. Namun, ia tidak tertarik untuk sekedar meladeni hal itu.
Lantas wanita itu mendekat dengan wajah lesu. Ia sama sekali tidak melihat ke arah Elo. Dan memang, ia tidak memiliki niat untuk itu."Aku pergi." setelah mencium punggung tangan kedua kakaknya, wanita itu lalu menyeret langkah menjauh. Baginya kedatangan Elo sama sekali tidak ada sangkut paut denganya. Jadi, ia tidak menghiraukan lelaki itu. Juga, ia tak ingin terlibat terlalu jauh dengannya. Pengakuan lelaki itu entah bagaimana membuatnya gamang. Mungkin, dengan bersikap seperti ini, Elo akan memilih mundur. Ia tahu, itu cuma sebuah perasaan sesaat! Elo, pasti keliru! Ia Mia! Wanita yang menyebabkan lelaki itu risi di masa lalu!
"Biasanya yang menjadi kendala suatu hubungan, tidak lain tidak bukan, salah satunya adalah keluarga. Tapi lihat, aku berhasil memengangkan hati kakakkmu! Mereka menerimaku dengan tangan terbukan!" suara dari belakang punggungnya terdengar percaya diri dan sedikit menjengkelkan. Mia menggeleng-geleng dan memutar mata. Namun terus melanjutkan langkah. Ia nyaris tidak memperdulikan lelaki yang terus mengoceh di belakang.
"Semakin aku diabaikan, sebesar itu pula aku ingin mendekat."
Langkah Mia berhenti pada detik itu, ketika Elo mengatakan sebuah lelucon yang tidak dikategorikan demikian. Namun, itu membuat wanita itu tersenyum. Senyuman yang patah, dipenuhi dusta dan rasa sakit!
Penasaran! Ya, mungkin itu yang Elo rasakan. Mia cukup mengerti bahwa lelaki akan terdorong ketika diabaikan. Namun, apabila mereka mencapai segala hal, secara sadar mereka akan mundur perlahan-lahan dan menghilang setelahnya tanpa perduli bahwa barang kali ada yang terluka, ada yang terbunuh dan ada perubahan-perubahan yang nyaris menghilangkan sifat asli seseorang! Dan mereka mengabaikan setiap hal itu lalu mengejar sebuah kesenangan baru! Itu terjadi secara berulang sebelum mereka merasa puas. Dan itu yang tertanam dalam pikirannya mengenai lelaki!
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG NYATA
RomanceMia, wanita berkulit sawo matang itu diam-diam mengagumi Elo, lelaki jangkung yang kebetulan berteman baik dengan sahabatnya, Tiara. Wanita itu, Mia, mengakui bahwa ia kurang pantas memimpikan Elo menjadikannya pendamping. Elo terlalu menawan untuk...