Elo yang tengah memasak segera mematikan kompor dan berlari meninggalkan masakan untuk mengecek. Tadi, setelah sehabis menemui Mia, ia membuat sarapan. Masakan sederhana yang ia buatkan khusu untuk mereka yakni nasi goreng.
Di sana ia mendapati Mia dan Jonatan yang saling memandang dengan wajah panik dan kaget. Jonatan bahkan sampai memegangi dada.
"Apa yang kalian lakukan?" pertanyaan itu menuduh. Bagaimana ia tak menuduh jika nyatanya ia mendapati Mia yang keluar dari ruangan yang hanya digunakan ia dan beberapa teman. Tentunya minus wanita. Tapi, Mia tadi keluar dari sana, di pagi hari, dengan kondisi segar dan cerah seperti sehabis melalui perang!
Oh, sial. Pikiran Jonatan tiba-tiba sangat kotor!
Elo tersenyum jail."Habis tidur!"
Mia memelototi Elo. Ucapannya ambigu. Memang tidak salah. Tapi, sepertinya di tangkap salah oleh Jonatan. Gelagat lelaki itu mengatakan segalanya.
Jonatan geleng-geleng sambil tercengang. Ia tak menyangka Elo akan sebejat itu. Mungkin karena saking cinta, ia memilih jalan sesat.
Jonatan mendekat lalu berbisik marah,"Sialan, cewek dijaga. Bukan dirusak!"
"Ehum." Mia sedikit tersinggung. Kedua lelaki itu berbisik-bisik tepat di depan matanya. Tidak ada orang lain selain mereka di sini, tentunya yang akan mereka bahas adalah dirinya.
Elo mengangguk-angguk dengan senyuman geli. Otak Jonatan sedang tersesat karena ucapannya."Yang rusak itu kepala kamu. Makanya kurangi nonton ..., " Elo berkata keras. Yang mana mengakibatkan Jonatan buru-buru membungkam mulut Elo menggunakan tangannya."Diam sialan." Mukanya langsung memerah gara-gara ucapan keras Elo di depan Mia.
"Jangan dengarin dia. Dia sialan." Mia menanggapi dengan senyuman. Interaksi kedua lelaki itu sangat lucu. Sekarang Mia sadar, Elo akan bersikap jahil ketika bersama orang-orang yang ia anggap dekat.
Ketegangan tadi berangsur hilang. Mia hanya sedikit kaget melihat kehadiran mendadak Jonatan. Sementara Jonatan pun demikian. Namun ditambah dengan kecurigaan atas keberadaan Mia di sini bersama Elo dalam satu ruangan yang sama di pagi hari.
"Aku pulang!" Mia berkata sambil membawa langkah ke arah depan. Elo langsung mengikuti Mia dari belakang dan mencegahnya."Makan dulu. Kebetulan aku sudah masak nasi goreng." Mia tersenyum hangat. Lalu berpaling sebentar dan berkata,"Maaf, El. Aku harus pulang. Makasih atas tawarannya. Lain kali, aku bakal makan masakan kamu." Mia tidak bermaksud menolak niat baik Elo. Saat ini ia harus pulang. Posisinya tidak memungkinkan apalagi Yohan sedang menunggungnya dan kemungkinan besar akan ada banyak pertanyaan yang harus ia jawab.
"Oke, aku antar." Mia hendak monolak. Namun tangan hangat dan besar Elo telah melingkar pada pergelangan tangannya.
Mia tidak berkata apa-apa saat Elo menuntunnya ke arah mobil.
Di dalam Jonatan tercengang. Jelas, habis ini Elo akan diinterogasi habis-habisan.
***
Mia tidak mengerti, kenapa Elo ikut keluar mobil? Seharusnya lelaki itu pulang setelah mengantarnya di depan rumah.
"Apa yang kamu lakukan?" Mia bertanya panik. Elo juga mengikutinya sampai depan pintu rumah. Kehadiran Elo justru akan menambah masalah. Susunan kalimat yang Mia siapkan untuk menjawab pertanyaan Yohan terbilang mantap. Tapi, sekarang mendadak kacau.
"Mempertanggungjawabkan apa yang terjadi." Elo menjawab santai. Namun ia tak tahu bahwa jawaban santai itu membuat Mia menahan napas. Mia jelas panik.
"Tidak ada yang perlu dipertanggungjawabkan. Tidak ada yang terjadi di antara kita."

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG NYATA
RomanceMia, gadis berkulit sawo matang itu diam-diam mengagumi Elo, lelaki jangkung yang kebetulan berteman baik dengan sahabatnya, Tiara. Gadis itu, Mia, mengakui bahwa ia kurang pantas memimpikan Elo menjadikannya pendamping. Elo terlalu menawan untuk uk...