1

6.1K 45 40
                                    

Mata Tony menatap lurus wajah Bianti yang tengah menungganginya. Pria dengan sorotan mata yang tajam bak elang itu tak tertarik pada dada Bianti yang naik turun. Tidak juga terkesan pada pinggul Bianti yang meliuk maju-mundur.

"Oh... Tony...." Dia menggenjot sampai pikirannya naik ke awang-awang. Akal sehatnya berkelana sedangkan pria di bawahnya datar saja seakan yang dilakukannya tidak memberikan sensasi apapun.

Kegelisahan mendesak Bianti untuk terus mendorong. Tony laki-laki tua yang menyebalkan. Usianya 30 tahun lebih tua daripada Bianti. Tapi performarnya di atas tempat tidur terbaik di antara pria-pria yang pernah berhubungan badan dengan Bianti.

Tony tak mudah puas. Baik saat dilayani maupun melayani Bianti. Dia bertahan lama sampai Bianti jengkel karena takut gagal membuat pria itu klimaks. Percintaan mereka terasa seperti kompetisi. Siapa yang puas duluan, dialah yang kalah.

Mereka berdua sama-sama tak mau kalah. Di luar ranjang keduanya ambisius dalam hal memperoleh apa yang mereka inginkan. Tony pengusaha konstruksi yang sukses. Tak ada halal-haram baginya. Semua jalan bisa terbuka untuk memenangkan tender proyek.

Sementara Bianti adalah biduan terunggul di negeri itu. Tentu untuk jadi yang terunggul perlu beberapa hal untuk dikorbankan. Masa muda. Cinta. Dan harga diri.

Dia menerima lamaran Tony 10 tahun lalu. Saat itu usianya masih 23 tahun. Pihak label Cita Musika tak mau mencukong biaya album keduanya karena penjualan album pertama tak laku sesuai target. Bianti bisa saja menyerah saat itu. Tapi mimpinya untuk berdiri di atas panggung mendorongnya untuk masuk ke sebuah ruang privat di klub malam. Ruang yang biasa diisi oleh Tony Jusuf, pemegang saham utama Cita Musika.

Pria itu awalnya cuma mau melampiaskan hasratnya dengan Bianti di ruang privat. Dia janjikan Bianti uang pribadinya untuk album berikutnya dengan syarat Bianti terus melayaninya setiap malam di sana.

Desahan Bianti dari yang pelan sekali sampai menggelegar ke ruangan lain. Dia mulanya menganggap se*snya dengan Tony hanya caranya untuk membalas budi. Namun lama-lama dia menikmatinya.

Heran juga dia saat itu. Tony tidak menawarkan kelembutan padanya. Dia menerjang Bianti tanpa ampun. Tapi sebelum keduanya mencapai puncak, pria itu selalu mendekatkan wajahnya ke wajah Bianti, melumat bibir Bianti dalam-dalam dan di situlah Bianti benar-benar terbuai dengan pria itu.

Setelah Bianti merilis album barunya, dengan konsep yang lebih segar dan biaya promosi yang tak main-main, dia datang ke ruang privat untuk berterima kasih. Tony tidak melepasnya. Dia minta Bianti untuk jadi pendamping hidupnya.

Bianti meninggalkan Narrendra kekasihnya yang selama ini mendukungnya. Begitu pun Tony. Dia gugat cerai istrinya yang tak lain pasien Rumah Sakit Jiwa.

Pernikahannya dengan Bianti mengusir istri dan anak Tony dari rumah. Dan sampai detik ini Bianti masih satu-satunya nyonya di sana. Nyonya yang sedih. Nyonya dirisaukan kehambaran.

Bianti membungkukkan wajahnya. Dicengkramnya dua bahu Tony kuat-kuat. "Keluarlah! Mengalahlah, Tony!"

Melihat istrinya frustrasi Tony mengulum senyum cemooh. Buat Bianti menggila. Dorongannya menyentak-nyentak. Lalu melambatlah tunggangannya. Dia ganti gayanya dengan memutar-mutar pinggulnya.

Pertahanan Tony mulai runtuh. Terlebih saat tangan Bianti mengelus-elus juniornya. Kedua mata Tony terpejam. Dia siap menerima kenikmatan itu.

Senyumnya melebar saat Bianti kalah duluan. Wanita itu memeluknya. Lemas. Beberapa saat kemudian dirasakannya cairan hangat itu dalam tubuhnya.

"Tidak apa-apa," kata Tony menggodanya. "Mungkin nanti kamu yang lebih lama."

"Nanti itu kapan!" Bianti menegakkan tubuhnya. "Padahal aku jauh lebih muda darimu. Tidak adil. Kamu minum obat kuat ya?"

"Obat-obat seperti itu bisa mempercepat aku koid," sahut Tony tenang. "Aku tidak mau kamu jadi janda. Tidak sebelum kamu jelek dan tua."

"Aku akan tua tapi aku tidak akan jelek!" Bianti mencabut dirinya dengan sengit. Dia telentang di samping Tony. "Kenapa kamu tidak mau aku jadi janda? Kamu cinta padaku sekarang?" tanyanya sambil mengambil beberapa lembar tisu dari kotak yang ada di atas nakas. Dilapnya cairan Tony yang ada di tubuhnya.

"Aku tidak mau kamu susah. Kalau aku mati kekayaanku akan jatuh ke mantan istriku dan Narrendra."

Tisu yang ada di tangannya remuk dalam genggaman. "Kamu gila ya?" bentak Bianti murka. "Aku yang menemani kamu! Dikira gampang menghadapi pria yang menjengkelkan seperti kamu?"

"Bagaimana pun Narrendra anakku. Keturunanku. Aku harus hargai dia dan ibunya."

** I hope you like the story **

Cast:
Tony Leung sebagai Tony, Karina sebagai Bianti, Chanyeol sebagai Narrendra

Cast:Tony Leung sebagai Tony, Karina sebagai Bianti, Chanyeol sebagai Narrendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Woman Like You #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang