20

292 22 31
                                    

"Papa masih butuh dia."

Narren berang. "Apa-apaan! Papa tidak lihat juga, dia itu pelac*r! Untuk apa kita biarkan dia tinggal di rumah?!"

"P*lacur itulah yang bisa menolong perusahaan kita."

Tony mengesampingkan egonya yang terkoyak. Dia terancam tidak dapat proyek besar di Kalimantan jika dia tidak memberikan apa yang calon klien mau.

Calon kliennya tidak bisa lagi dijamu dengan makan malam. Atau perempuan-perempuan muda yang cantik. Kali ini yang mereka inginkan adalah Bianti.

Direktur perusahaan properti itu terang-terangan bilang ke Tony. "Sejak saya lihat dia nyanyi Kiss Me Kiss Me itu, saya jadi kepikiran terus sama istri Anda. Tapi ini terserah Anda, Pak Tony. Yang akan kalah tender kan Anda, bukan saya."

Tony dan Bianti. Dua orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapat apa yang mereka mau. Tidak ada batas antara benar dan salah. Semua jadi benar selama bisa mengantarkan mereka untuk meraih apa yang mereka inginkan.

Justru Tony bersyukur Bianti dengan kebin*lannya bersama Narrendra. Dia jadi tidak berat untuk menyuruh istrinya melayani pria lain asalkan dia menang tender.

Sayangnya Bianti tidak semudah itu untuk diperintah. Tidak lagi.

Dia meludahi wajah Tony. "Kamu pikir aku ini apa, hah?"

Tony marah sekali. Dia mengangkat tangannya untuk menampar perempuan itu, tapi Bianti tidak peduli. Dia mendekati Tony dan memandangnya tajam-tajam.

"Aku sudah tidak mau lagi jadi istrimu! Malam ini aku juga pergi dari rumah ini!"

"Kamu pikir kamu bisa melakukannya? Kamu tidak lebih hebat daripada aku, Bianti. Ketika kamu keluar dari rumah ini, akan kubilang ke media perempuan macam apa kamu ini. Bermain dengan anak tiri sendiri!"

Bianti terhenyak. "Siapa yang mengatakannya padamu?"

Tony berdecak-decak. Sorotan matanya pada Bianti menunjukkan kemuakan. "Ini rumahku. Menurutmu aku tidak tahu apa yang terjadi di rumahku sendiri?"

"Bukan aku yang memulainya, tapi anakmu!" jawab Bianti membela diri.

Segera dipukulnya wajah perempuan itu. Terlalu keras sampai Bianti terjatuh.

"Anakku tidak mungkin napsu denganmu! Aku tahu bagaimana dia sangat membencimu!" Tony jongkok di depan perempuan itu. Disibaknya rambut-rambut yang menutupi muka Bianti. "Dengar ya, aku akan memaafkanmu, dan anggap itu tidak pernah terjadi, jika kamu sekarang pakai bajumu yang paling menggoda dan tidur dengan calon klienku!"

"Aku tidak mau!" teriak Bianti menangis. Dia meraih tangan Tony dan menatapnya melas. "Tony, aku minta maaf, aku memang telah melakukannya dengan anakmu, tolong ampuni aku... tapi itu karena aku ingin merasa dicintai, Tony... Aku mau ada yang menginginkan aku bukan karena tubuhku, tapi karena aku... aku yang sebenarnya.... Tony... tolong.. jangan jual aku.... Aku janji, aku hanya akan tidur sama kam saja setelah ini!"

"Oh, Bianti, bagus sekali kata-katamu barusan, tapi sayangnya aku tahu itu hanya dusta! Kamu tidak mungkin menyodorkan dirimu pada anakku karena kamu ingin merasa dicintai!"

"Bukan aku yang menyodorkan diriku, Tony, tapi dia yang suka padaku..."

"Kebanyakan nelan sper*a laki-laki buat kamu tidak bisa berpikir jernih, iya, Bianti? Bianti, Bianti. Sekali saja kamu lakukan itu bukan untuk kepuasanmu sendiri. Ya? Masa kamu tidak mau sih menolong suamimu setelah apa yang kuberikan padamu?"

Gemetar tubuh Bianti. Dia menggeleng. "Aku mau setia padamu, Tony..."

"Aku tidak butuh kesetiaan itu. Sejak dulu aku hanya ingin tubuhmu. Dan sekarang tubuhmu itulah yang bisa berguna untuk perusahaanku."



** I hope you like the story **

A Woman Like You #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang