16

273 22 25
                                    

Reaksinya setengah takut setengah menikmati.

Di sisi lain Bianti mengagumi pria itu. Tangan Tony stabil tidak bergerak sama sekali dengan pistol itu yang tidak pindah se centi pun. Setelah pria itu mencapai klimaksnya, dia arahkan pistol itu ke luar jendela. Ditariknya pelatuk. Suara burung yang ditembak menggelegar.

Bianti tak bisa menahan diri. "Kamu gila, Tony! Jadi benar ada pelurunya?"

"Untuk apa pistol kalau tidak ada pelurunya?" sahut Tony bingung. "Bagaimana? Enak kan melakukannya?"

"Surprisingly, saat ketakutan, justru gairahku melonjak," jawab Bianti terus terang.

Tony tertawa. Dia tak bersalah sama sekali. "Jangan genit-genitan sama anakku, Sayang. Aku masih bisa kok membuatmu puas."

"Wow, sekalinya kamu sebut aku 'Sayang' setelah kamu hampir mengambil nyawaku."

"Aku tidak benar-benar ingin membun.hmu barusan. Tidak dengan cara seperti itu."

"Lalu?"

"Kalau kamu benar-benar tidak bisa mengendalikan dirimu sampai tidur dengan anakku, aku akan buat kamu tenggelam di laut yang amat dalam, karena mati tenggelam paling menyakitkan. Atau...." Pria itu menyeringai sinis.

"Apa? Katakan!" sahut Bianti tak sabar. Dia ingin tahu seberapa jauh pria itu ingin dia tersiksa.

"Membuat kamu kehilangan semua yang kamu sukai; ketenaran dan uang. Kamu tahu aku sangat bisa melakukannya, kan." Senyum Tony melebar melihat kekusutan di wajah Bianti.

"Kenapa sih kamu harus begini, Tony?"

"Begini apa?"

"Sudahlah! Percuma bicara dengan pria yang tidak punya hati seperti kamu!"

"Lucu sekali. Kalimat itu keluar dari mulut perempuan yang sama tak punya hatinya."

"Aku masih punya hati, Tony! Aku berharap...." Bianti menghela napas berat. Berat diakuinya pada Tony, "... kamu bisa cinta sama aku."

"Kamu bercanda."

"Aku tidak bercanda! Aku ingin disayang. Aku mau kamu perlakukan aku seperti kamu pada Mariana!"

"Kamu ingin aku siksa sampai masuk RSJ?"

"Sebelum itu! Aku pernah tanya ke salah satu pekerja, kenapa sikap mereka dingin padaku, dan mereka jawab karena aku mengubahmu! Mereka bilang, Bapak sayang sama Nyonya Mariana. Akulah, Tony, aku yang dikira membuatmu berhenti mencintai istri lamamu! Padahal kamu sendiri...." Air mata Bianti mengalir. "Tidak cinta padaku!"

"Jangan seperti ini. Aku tidak nyaman dengan wanita yang punya emosi."

"Kalau begitu jangan salahkan aku, kalau aku akan cari cinta di pria mana pun, tidak terkecuali anakmu sendiri."

"Jangan."

"Ya aku tahu itu sangat menghinamu."

"Bukan itu."

"Lalu?"

Pria itu menatap Bianti sejenak. Dia tertawa kecil. "Huh! Pikirlah pakai otak. Kenapa aku melarangmu dekat-dekat dengannya selain karena dia anakku!"

"Kamu....," desis Bianti. Matanya berkilat marah.

"Tidurlah. Aku mau mandi dan balik lagi ke Kalimantan."

"Jadi kamu ke sini hanya untuk menegurku?"

"Dan mengajarkanmu bahwa se*s terbaik yang bisa kamu dapatkan adalah saat kamu melakukannya bersamaku."

"Pasti kamu besar kepala! Sementara aku, bukan yang terbaik di antara gundik-gundikmu!"

"Masih di top 3, kok."

"Posisi keberapa?"

"Hm... 3."

"Siapa 1 dan 2 nya?"

Pria itu tidak menyahut.

"Tony!"

"Selamat tidur lagi, Bianti."

Bianti mendengus. Setelah Tony berlalu darinya, dia memandang lagi ke arah pintu. Sudah tak ada siapa-siapa di sana.


** I hope you like the story **

A Woman Like You #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang