4

648 32 35
                                    

Mariana mencintai Tony. Saat dia masih jadi istri pria itu dia tak pernah keberatan memberikan perhatian pada Tony. Senyumnya lebar setiap pria itu di dekatnya.

Tony jarang pulang. Hidupnya dia curahkan untuk pekerjaannya. Dia punya berbagai perusahaan yang tidak bisa diabaikan. Mariana yang sabar berubah menjadi pemarah. Dia memaki Tony. Sampai menuduhnya berselingkuh.

Tony tidak suka dengan sikap Mariana yang kekanak-kanakan. Mereka terlibat dalam percekcokan sejak Narrendra di bangku SMP. Rumah mereka isinya cuma ribut, ribut, dan ribut.

Saat Narrendra baru masuk SMA, dia menyaksikan ibunya didorong ayahnya sampai kepalanya terbentur. Ibunya pingsan. Ketika bangun ibunya meraung-raung meminta Tony untuk pulang, padahal sejak itu Tony tak pernah jauh-jauh darinya.

Menyadari ada yang salah dengan Mariana, Tony membawa Mariana berobat. Narrendra menentangnya. Tapi apa yang bisa dilakukannya untuk melawan Papa? Dia hanya anak kemarin sore yang tak punya kekuasaan apapun.

Narrendra benci ayahnya. Mama jadi sakit karena Papa. Belum lagi Mama jadi bahan olok-olokan keluarga mereka. Narrendra bersumpah dia akan melakukan apa saja agar mamanya sembuh.

Kondisi Mariana tak kunjung membaik. Tony yang sering meluangkan waktu ke rumah sakit putus asa. Tak ada bedanya lagi dia ada atau tidak di sekitar Mariana.

Dia mengesampingkan Mariana dari hidupnya. Anaknya pun dia suruh untuk fokus saja dengan studinya. Sementara Tony bekerja dan bersenang-senang di klub malam.

Hubungannya dengan Narrendra merenggang, kemudian putus sama sekali saat Tony menggugat cerai Mariana.

Pada saat yang sama kekasih Narrendra meminta putus. Narrendra tidak memberitahu ayahnya perihal siapa Bianti baginya. Bukan dia ingin melindungi Bianti. Tapi dia muak berurusan dengan Papa dan mantan kekasihnya itu.

Narrendra tak pernah lupa bagaimana perasaannya terhadap Bianti. Mereka bertemu di sebuah kedai kopi. Saat itu Narrendra sedang tertekan karena tugas kuliahnya yang menumpuk.

Suara Bianti yang melantunkan lagu On Bended Knee-nya Boys II Men mengalihkan perhatiannya dari urusan kuliah. Setelah perempuan itu selesai bernyanyi, dia mendekati panggung dan memuji suaranya.

Sambutan Bianti hangat padanya. Berangkat dari pujian, mereka saling berkenalan dan menukar nomor telepon, lalu hubungan itu berkembang terus sampai Bianti menyerahkan kegadisannya pada Narrendra.

Empat tahun mereka bersama. Saling mendukung satu sama lain. Semuanya berubah setelah Bianti jadi penyanyi di bawah label resmi.

Dia jarang bisa diajak ketemu. Sekalinya bisa, dia mengakhiri hubungan mereka.

"Kali ini aku yang bayar hotelnya," kata Bianti ketika mereka selesai 'itu'.

"Seharusnya aku curiga kenapa kamu beda barusan," sahut Narrendra geram. "Kamu melayaniku bak dikejar-kejar waktu! Seakan tak ada hari esok lagi untuk kita berdua!"

"Memang tidak ada! Aku.. Aku sudah mengkhianati kamu sama pria lain! Dan aku akan menikah dengannya!"

"Siapa?"

"Pengusaha."

"Siapa namanya!"

"Tony Jusuf."

"Tony Ju..." Tawa Narrendra menggelegar. Gelakannya tak berhenti-berhenti.

Bianti baru mengerti alasan Narrendra demikian saat dia diajak ke rumah utama Tony. Di sana foto keluarganya terpampang di dinding. Dan ada Narrendra di sana.

Takut Narrendra memberitahu hubungan mereka pada Tony, Bianti ajak lagi pria itu ketemu.

Di sebuah kedai.

"Gimana? Mau putus dari ayahku?" tanya Narrendra menggodanya.

"Tidak bisa! Aku tidak mungkin melakukannya!"

"Aku terima, kamu memutus hubungan secara sepihak! Tapi kenapa kamu harus menikah dengan ayahku?!" Narrendra berdecak-decak jijik. "Kamu sadar apa yang kamu lakukan, Bianti?"

Tak ada rasa bersalah itu. Bianti tak menunjukkan air mata. Bukan karena saja dia tega. Tapi dia harap dengan sikapnya yang angkuh mampu buat Narrendra semakin benci padanya dan tidak terlarut dalam kesedihan.

"Mana kutahu dia ayahmu! Kamu tidak pernah mengenalkan keluargamu padaku!" sahut Bianti membela diri.

"Ya karena mereka tidak bisa menemuimu. Ayahku orang sibuk. Dan ibuku sakit karena sikap ayahku padanya! Kamu juga bisa bernasib seperti ibuku, kamu tahu?"

"Hey! Ibu kamu kayak gitu karena dia terlalu cinta pada papamu! Ibumu posesif dan tidak cocok untuk ayahmu yang playboy. Aku tidak akan begitu! Sebab aku wanita karir dan karena karirku itulah aku memilih ayahmu daripada kamu!"

** I hope you like the story **

A Woman Like You #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang