EPILOG

955 32 58
                                    

Bagaimana Narrendra mengabaikan anak Bianti jika dia yakin anak itu adalah anaknya juga? Saat dia menggendong bayi laki-laki dengan berat 3.8 kg itu, sesuatu merambati hatinya. Sesuatu yang tak dikenalinya.

Dia ajak Bianti untuk berkompromi. Dia minta tes DNA.

Bianti tidak keberatan. Tapi dia memohon satu hal. "Kalau benar ini anakmu, tolong jangan beritahu siapa pun. Cukup kita berdua yang tahu."

"Kenapa? Kamu masih menjaga nama baikmu?"

Bianti mengangguk. Dia tidak tersinggung. "Banyak orang yang sudah bekerja keras untuk karir yang kumiliki sekarang. Ayahmu. Direktur label. Produser. Pencipta lagu. Staff. Manajer. Dan... pihak-pihak yang belum kusebutkan! Aku tidak bisa mengecewakan mereka semua. Sebelum aku benar-benar pensiun dari dunia hiburan, aku mau buat satu album saja, yang terakhir. Dan untuk itu aku perlu menjaga imejku."

"Baiklah. Aku setuju. Tapi apa aku boleh meminta darimu juga?"

"Katakan."

"Kalau ini benar anakku, aku mau kamu buka hati kamu lagi untuk aku."

Untuk itu Bianti tak segera menjawab. Tangannya terulur ke tangan pria itu. Digenggamnya tangan Narrendra. "Kita berdua... sama-sama terluka. Kamu atas kepergian orangtuamu. Dan aku atas kepergian Tony. Kita berdua... sama-sama butuh waktu."

"Waktu itu berapa lama?" tanya Narrendra lirih. Nada suaranya mengandung keputusasaan.

Bianti tak bisa memberi kepastian. Dan lagi-lagi Narrendra menerima. Untuk menunggu.

Setelah hasil tes DNA keluar, yang menyatakan dia ayah dari anak itu, Narrendra dan Bianti buat kesepakatan atas kepengurusan anak itu.

Setahun pertama Bianti menjagai anaknya sepenuhnya. Di villa tempat tinggalnya dulu bersama Tony. Narrendra mengunjunginya tiap akhir pekan.

Pada tahun berikutnya, saat anak itu mulai bisa jalan dan berceloteh, dia menitipkan anak mereka pada Narrendra. Pria itu dibantu oleh Bu Nita (yang diperkerjakan kembali setelah sempat dipecat Tony) untuk mengurus anak itu.

Tak ada keintiman selama mereka berbagi waktu untuk anak mereka. Narrendra sibuk dengan tanggung jawab yang diembannya. Sementara Bianti juga fokus dengan pengalaman barunya sebagai ibu.

Atau dia yang sengaja menolak keintiman itu. Dia tahu setiap Narrendra datang ke villa pria itu menatapnya dengan penuh maksud. Sesekali Narrendra merangkulnya dengan gerakan tak sengaja. Tapi Bianti tak menggubrisnya.

Dia masih teringat pada Tony.

Narrendra mengerti itu.

Dia selalu berusaha untuk mengerti Bianti. Bahkan saat perempuan itu mulai sibuk di studio untuk mempersiapkan album terakhirnya, Narrendra juga mendukungnya.

Seakan dia menggantikan posisi ayahnya yang dulu bersama Bianti untuk menyemangati Bianti bekerja.

Suatu hari, saat Bianti mengantar anaknya ke rumah Narrendra, rumahnya yang dulu bersama Tony, dia memberikan undangan untuk Narrendra.

Acara perilisan album barunya.

"Kamu pasti lelah. Menginaplah di sini. Lagipula ini kan rumahmu," tawar Narrendra.

Perempuan itu menggeleng. "Aku harus balik ke studio. Mau latihan vokal."

"Apa ada..." Narrendra menarik napas berat. "Pacarmu di studio?"

"Kalau ada memang kenapa?" Bianti tertawa, sengaja menggodanya.

"Aku mencintaimu, Bianti," kata Narrendra sungguh-sungguh.

A Woman Like You #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang