29

276 19 22
                                    

Acara lamaran itu diadakan di ballroom sebuah hotel dan dihadiri oleh keluarga besar. Acara tak langsung selesai setelah lamaran Narrendra diterima oleh Renaya.

Saat Tony ditanya oleh orangtua Renaya mengenai istrinya, Tony menunjuk Bianti yang naik ke atas panggung.

Narrendra yang tengah duduk di sebelah Renaya, dengan senyum yang berlumur di wajahnya, menatap Bianti yang berdiri dekat microphone.

Senyum Narrendra pudar. Dia menoleh pada ayahnya yang sedari tadi menatapnya dengan seringaian puas karena berhasil mengerjai Narrendra.

Bianti menyanyikan lagu Kiss Me Baby-nya namun dengan versi yang lebih lambat. Orang-orang di sana menatapnya dengan kagum.

"Kiss Me... Kiss me, Baby... Forever with me.... Because your love.... is all I.... neeeeeeedddd..." Dia pun menunjukkan kepiawaiannya dengan nada tingginya yang jarang dia suguhkan di panggung mana pun.

Narrendra lega wanita itu masih bernapas. Wajahnya segar. Namun dia marah saat matanya turun ke perut perempuan itu yang bulat dan lebih besar.

Wanita itu turun dari panggung. Memberikan selamat pada Narrendra dan calon istrinya. Senyumnya yang terpampang lebar buat Narrendra sakit hati sendiri.

Tak ada kecemburuan. Tak ada penderitaan di wajah Bianti! Perempuan itu menyebalkan! Dia tidak tahu betapa menderitanya Narrendra saat dia pikir dia kehilangan perempuan itu!

Bianti bukan satu-satunya penyanyi yang mengisi acara. Setelahnya ada lagi. Semua tamu berpesta ria dengan lagu-lagu yang dikumandangan.

Narrendra acuh tak acuh dengan sekitarnya. Matanya memandang lurus Bianti yang duduk di sebelah Tony. Saat Tony diajak bicara oleh keluarga Renaya, dan Bianti pamit sebentar ke toilet, di situlah Narrendra tak menyia-nyiakan kesempatan.

Dia beralasan pada Renaya dia kebelet pipis. Diikutinya Bianti. Ditungguinya dia sampai selesai di kamar mandi.

Lorong hotel itu sepi. Hanya mereka berdua.

Bianti tenang saja menghadapinya.

"Kenapa kamu tidak bilang, kamu masih hidup?!" tanya Narrendra gemas. "Kamu tahu, aku bertunangan dengan Renaya, karena aku pikir kamu sudah tidak ada!"

"Untuk apa aku melakukannya?" sahut Bianti dingin. "Kamu toh juga tidak mencintaiku."

"Aku mencintaimu! Dari dulu, sampai detik ini, aku mencintaimu!"

"Minggir."

"Tidak!"

Narrendra mencuri kecupan. Dia kecewa saat Bianti berdiri mematung saja, tidak membalas ciumannya.

"Kita sudah berakhir. Kamu punya Renaya. Dan aku..." Bianti memegangi perutnya. "Tolong biarkan aku bahagia dengan Tony."

"Oh! Apa ini anak papaku?" balas Narrendra dongkol.

"Ya! Ini anaknya!" jawab Bianti keras. "Kalau pun bukan, hanya dia yang kuharapkan untuk jadi ayah anakku!"

Narrendra tak bisa berkutik. Dia membeku.

Anak itu bisa saja anaknya, tapi Bianti tidak perlu dirinya untuk menjadi pendamping perempuan itu, sebab Bianti punya Tony Jusuf, pria kaya yang penuh kekuasaan! Ayah Narrendra bukan sekadar itu. Tapi dia juga pemaaf. Sudah tahu istrinya main gi*a dengan anaknya, malah ditampungnya lagi perempuan itu ke kehidupannya!

Sementara Narrendra. Siapalah dia tanpa ayahnya. Dia juga sudah menyakiti Bianti dengan dendamnya itu. Terang saja Bianti menginginkan Tony sebagai ayah anaknya, bukan Narrendra!

Bianti meninggalkannya. Air matanya mengalir. Dia sadar telah mencabik-cabik harga diri Narrendra.

Wanita itu menoleh sekilas pada Narrendra yang memunggunginya. Firasatnya mengatakan, bahwa anak yang ada di perutnya, memang anak Narrendra.

A Woman Like You #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang