14

307 66 41
                                    

".... Sebenarnya kelemahannya adalah aku."

"Narrendra, kamulah yang tidak kenal ayahmu sendiri. Ayahmu itu tiran. Dia tidak punya hati!"

"Pasti ada yang bisa dilakukan, Sayang. Kamu tidak mungkin terus-terusan melayani pria yang tidak punya hati seperti dia." Tangan Narrendra turun dari bahu Bianti ke sisi tubuh perempuan itu. Dibelainya halus dada perempuan itu. "Ayahku tidak pernah menyakitiku. Aku adalah keturunannya satu-satunya. Bianti. Sayang. Percayalah padaku. Pikirkanlah untuk cerai. Kita akan kembali seperti dulu. Kamu akan dicintai setiap hari. Kamu akan bebas membentuk reputasimu sendiri..." Rangkumannya pada dada Bianti menguat. Di tengah kebimbangan wanita itu, dia menarik dagu Bianti, dan dilabuhkannya perempuan itu dengan ciuman.

Terlena Bianti dibuatnya. Namun Bianti tidak selemah itu. Dia menarik diri. "Aku tidak bisa melakukan ini lagi. Tidak selama aku masih istri Tony." Tanpa bisa ditawar dia meninggalkan Narrendra di ruang musik.

Saat dia menutup pintu kamarnya, dia menghela napas lega. Dia bersyukur dia bisa punya pengendalian diri. Hampir saja. Ya hampir saja dia membiarkan dirinya meraup kenikmatan yang terlarang itu.

Dia menoleh ke fotonya dengan Tony yang tergantung di dinding kamar. Kamu memang menjengkelkan, keluh Bianti. Kamu pantas dikhianati! Tapi aku masih saja merasa bersalah karena melakukan itu dengan anakmu. Dua kali. Jangan sampai ada kali ketiga!

Mengelak pesona Narrendra tak mudah baginya untuk dilakukan. Pria jangkung dengan lesung pipit yang menambah kemanisan pada wajahnya terus menghantui pikiran Bianti.

Dan setiap Bianti mengingat tubuh pria itu menggeliat di atas tubuhnya, Bianti tak kuasa untuk tidak memuaskan dirinya sendiri.

Malam itu di balik selimutnya dia meletakkan tangannya di dadanya, sementara yang lain di bagian bawah. Dia melakukannya dengan mata terpejam. Dinikmatinya imajinasinya yang dimasuki Narrendra.

Sebelumnya mana pernah dia begitu. Jika dia ingin melakukan itu, sudah ada Tony yang memuaskannya. Saat suaminya sibuk, dia tinggal ke studio dan mengajak Ben untuk membantunya melampiaskan bi*ahinya.

Bianti terlelap. Senyum teruntai di mukanya. Dia memimpikan Narrendra.

Ketika dia membuka matanya keesokan paginya, Tony ada di samping kasur. Dia duduk dengan posisi menyilangkan kakinya.

"Selamat pagi," kata Bianti tanpa merasa bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi," kata Bianti tanpa merasa bersalah. "Sudah pulang saja. Rindu padaku?"

"Ngapain kamu selama aku pergi?" tanya Tony dingin. Bianti hanya tersenyum. "Tuli kamu, hah? Ayo jujur padaku!"

"Memangnya aku ngapain?"

"Kamu pasti menggoda anakku, kan."

"Jangan suka menuduh. Nanti kamu stres," kata Bianti tenang, namun itu membuat kejengkelan Tony semakinmenjadi-jadi. "Lagipula memangnya kenapa kalau aku melakukannya?"

Tony naik pitam. Dia hampiri istrinya dan menamparnya keras. Dicekiknya leher Bianti kuat-kuat. "Aku tidak masalah dengan open relationship ini! Tapi kamu jangan pernah coba-coba main gila dengan anakku! Itu penghinaan paling menjijikkan yang bisa kamu berikan padaku!"

Bianti kesulitan bernapas. "Tony... Tony, lepas...."

"Memangya kenapa sih kamu ini?" desis Tony marah. "Apa aku kurang memuaskanmu, hah?"

"Tony...."

"Aku kurang memuaskanmu, Bianti?!" bentak pria itu mendesak.

"Tidak... kamu... kamu cukup.... untuk aku."

Dengan sengit Tony menarik cekalannya dari leher perempuan itu. Bianti menghela oksigen sebisa-bisanya.

Belum sempat bernapas lebih nyaman, Tony menindihnya. Bibir pria itu berkutat di ujung pay*daranya. Tony tidak langsung memasukinya. Masih memakai celana dia dorong-doronginya juniornya ke Bianti.

"Tony, kamu menyiksaku...," desah Bianti mengeluh. "Tony, cepat!"

Pria itu tak mau melihat wajah Bianti. Dia masih marah atas keganjenan perempuan itu. Dibaliknya tubuh Bianti.

Diangkatnya gaunnya sampai ke punggung. Dia menurunkan retsleting celananya, dan menerjang Bianti dari belakang.


** I hope you like the story **

A Woman Like You #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang