Alin melangkah menyusuri koridor dengan gontai, semakin hari, semakin ia tahu bagaimana watak Rafa, cowok itu arogan, pemarah, pemaksa, suka sekali memerintah ini itu. Alin yang pada dasarnya tidak suka di perintah pun menjadi pembangkang segala sesuatu yang Rafa katakan.
Seperti kemarin Alin di suruh untuk memutuskan Alvian, memangnya Rafa siapa seekan jidatnya memerintah Alin begitu? Tentu saja Alin masih sangat mencintai Alvian.
"Muka lo kenapa?" Alin terkejut, saat berpapasan dengan Reyga, mendapati sudut mata kanan cowok itu lebam.
"Gue gak apa-apa," jawab Rey sedikit kaku. Pasalnya dia tidak pernah berinteraksi pada istri sahabatnya ini.
"Lo berantem ya? Gue juga liat muka Rafa lebam, gue gak peduli, gue kesel banget sama dia. Tapi karna kemarin lo udah anter gue ke apart, jadi gue kasih lo plaster gratis sebagai ucapan terimakasih." Alin mengeluarkan plaster pink dari sakunya memberikan pada Rey.
Reyga hanya menatap datar tangan Alin yang sedang menyodorkan plaster pink padanya tanpa berniat menerima.
"Udah, gak usah malu. Ambil aja, gue ikhlas kok." Alin langsung saja menarik tangan Rey yang masih terselip di dalam saku celana, menaruh plaster tersebut di telapak tangan besar Reyga.
"Gue gak suka warna pink."
"Udah pake aja, gak apa-apa. Nanti guru liat muka lo gimana? Setidaknya plaster ini bisa nutupin lebam lo."
Rey mendesah kasar, menggenggam erat plaster pink pemberian Alin.
"Thanks." Setelahnya dia melenggang pergi begitu saja.Kening Alin mengerut.
"Aneh banget tu cowok," gumamnya. "Rafa lebam, trus Reyga Lebam juga, jangan-jangan mereka berdua bertengkar?" Alin berbicara sendiri, namun selanjutnya dia menggeleng. Tidak mungkin keduanya bertengkar pasalnya mereka bersahabat."Alin!"
Pekikan Ara membuat Alin segera mempercepat langkahnya menghampiri temannya tersebut, juga disana terdapat Agnes yang baru keluar dari kelas.
"Kenapa, Ra?""Selama dua hari gak masuk kelas, pas masuk muka cowok lo babak belur, Al!" pekik Ara, membuat Alin terkejut.
"Yang bener lo?"
"Iya serius, Al. Alvian di panggil diruang BK berdua sama Rafa, sama Reyga juga, tapi Rey udah balik ke kelas," sambung Agnes.
Alin terkejut, berpikir ada apa dengan mereka bertiga? Apakah mereka bertengkar? Apa Rafa yang memukul Alvian hingga tidak masuk sekolah dua hari?
"Gue ke ruang BK dulu, Ra, Nes. Thanks atas info nya. Titip tas gue dulu ya." Alin memberikan tasny pada Ara yang tampak mengangguk.
Alin berlari menyusuri koridor bersama napasnya yang tersengal-sengal. Setibanya berbelok di tembok, Alin membulatkan matanya melihat Rafa tampak merangsek kerah baju Alvian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love
Romance"Iya gue tau, tapi lo bisa nunggu kan? Please, Raf. Lo gak tau kalo pernikahan kita ini bikin gue stres, nikah muda gak ada di dalam mimpi gue.." Rafa manggut-manggut pelan. "Trus gue harus gimana kalo lagi birahi?" Bibir Alin berkedut menahan tawa...