19. Misterius

1.5K 61 6
                                    

"Dari tadi lo diam mulu, kenapa?" tanya Alin melihat kebungkaman Agnes sedari mereka tiba di rumah Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari tadi lo diam mulu, kenapa?" tanya Alin melihat kebungkaman Agnes sedari mereka tiba di rumah Ara.

"Gak kok."

"Lo ada  masalah, Nes?" tanya Cakra si ketua kelas, khawatir juga melihat wajah pucat Agnes.

"Gue gak apa-apa kok. Gak ada masalah, yuk lanjut lagi."

Ara yang baru datang membawakan minum pun menatap heran pada Agnes yang memang tampak agak berbeda, cewek itu terlihat tertekan dan banyak pikiran.

"Yaudah oke." Akhirnya keempatnya pun belajar dengan serius, sementara Alin sesekali membalas chat random dari suaminya, entah apa saja yang membuat cowok itu tak henti-henti mengiriminya pesan.

Hampir pukul delapan malam barulah mereka pulang, karena setelah selesai belajar, orang tua Ara memaksakan agar mereka makan malam terlebih dahulu.

"Gue anter ya?" tawar Cakra dengan tulus, dia memang agak tertarik pada Alin, tapi ketika mendengar dari Ara bahwa Alin dan Rafa berpacaran, membuat Cakra mundur dan tahu diri tidak dapat bersaing dengan Rafa. Menjadi teman atau sahabat Alin saja dia sudah bersyukur.

"Bareng Cakra aja, Al. Lagian ini udah malem kan," sambar Ara. "Dia gak macem-macemin lo kok, ntar gue sendiri yang hajar dia."

Cakra berdecak.
"Iyalah, sekarang kan Alin udah jadi temen gue. Ya kan, Al?"

Alin hanya mengangguk-angguk kecil. "Yaudah ayok, sebelum gue berubah pikiran."

Cakra cengengesan, dia dan Alin pun berpamitan pada Ara, berbeda dengan Agnes yang sudah pulang terlebih dahulu.

"Lo beneran pacaran ya sama Rafa?" tanya Cakra.

"Iya, kenapa?"

"Gak papa sih. Gue cuma nanya, em semoga langgeng ya."

"Thanks." Alin masih kaku berbincang pada Cakra, namun begitu ia bisa merasakan jika Cakra merupakan cowok baik-baik.

"Bagus. Lo pulang bareng si cicak itu lagi kan?"

Setelah sampai di apartemen, Rafa langsung menyembur Alin dengan pertanyaan. Wajah cowok itu terlihat marah, rambut blondenya tampak acak-acakan, seperti biasa.. cowok itu shirtless.

"Emang kenapa? Cakra baik kok."

"Cikri biik kik. Lo itu naif, Al. Gak semua orang itu baik seperti yang lo kira." Rafa berkata, membuat Alin mengangguk paham.

Sincere LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang