18. Break

1.6K 55 3
                                    

Luka di paha Alin perlahan membaik, tentu saja karena Rafa rutin mengobati istrinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luka di paha Alin perlahan membaik, tentu saja karena Rafa rutin mengobati istrinya itu. Namun yang membuat Alin depresot yaitu Rafa yang tidak mengizinkannya kesekolah sudah tiga hari! Dan hari ini Alin membujuk Rafa untuk di izinkan kesekolah.

"No, lo masih belum sembuh," tolaknya dengan tegas. Mengambil tas pink Alin, meletakkan di atas ranjang cewek itu.

Bahu Alin melemas, padahal dia sengaja bangun subuh demi menghindari Rafa, eh tahu-tahunya cowok itu sudah bangun dan duduk santai di ruang tamu.
"Raf please, jangan tahan gue. Udah tiga hari lho ini, apalagi gue anak baru, gue pasti ketinggalan banyak pelajaran."

"Itu urusan mudah. Nanti gue ngomong sama Papi."

"Gue gak mau ya lulus karna kekuasaan. Gue mau lulus atas kerja keras gue sendiri."

Rafa mendesah kasar. "Tetap gak boleh."

"Please.." Alin menatap Rafa berkaca-kaca, membuat cowok itu menelan ludah.

"Oke. Lo boleh kesekolah, tapi dengan satu syarat."

"Lah malah pake syarat segala."

"Yaudah kalo gak mau." Rafa ingin pergi keluar kamar, namun dengan cepat Alin mencekal tanganya.

"Buruan apa syaratnya, gue udah telat nih!"

Tersenyum nakal, Rafa menatap Alin penuh maksud.
"Making love. How?"

Wajah Alin memerah, jantungnya berdegup kencang.
"Mana bisa gitu sih Raf."

"Bisa, kan lo istri gue." Rafa berkata memperlihatkan tampang memelasnya. "Come on, Al. Mau ya? Nolak suami dosa lo, Lin."

"Bisa syarat yang lain gak sih?" tanya Alin. Jujur saja dia masih belum siap merasakan itu nya Rafa lagi.

"Emang apa susahnya sih, lo tinggal tiduran, ngangkang, trus biar gue yang kerja.."

Plak

Alin memukul bibir nakal Rafa membuat cowok itu terdiam dengan bibir menyerucut.
"Lama-lama gue rukyah juga mulut lo." Alin berdecak. "Gak ada Ml-Ml. Kita udah sepakat, kalo gue udah jatuh cinta sama lo baru bisa Ml."

Mata Rafa membulat. "Lah gak ada aturan macam tu ya, Al. Lo jangan buat aturan baru," ucapnya tak terima.

"Bomat. Gue berangkat dulu." Alin mendorong Rafa sambil mengambil tasnya.

"Oke gak usah Ml, gimana kalo ciuman aja?" seru Rafa, membuat langkah Alin berhenti sejenak.

"Deal."  Dari pada Alin telat kesekolah, jadi kita iyain aja permintaan cowok sinting itu.

"Gue anter."

"Gak, diluar ada Cakra nungguin gue."

Mata Rafa melotot. "Udah gila lo, hah? Lo mau Cakra habis di tangan gue?!"

Sincere LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang