Sekembalinya Alin kedalam kelas, mampu membuat semua siswa di ruangan itu menatapnya penuh tanda tanya. Bagaimana tidak? Rafa yang notabene cowok terganteng, dan terpopuler di sekolah berurusan dengan Alin -siswi baru. Ada banyak bisik-bisikan dari mereka, tak jarang pun beberapa cewek mulai menaruh rasa benci pada Alin, karena pada dasarnya mereka sangat mengagumi Rafa.
"Alin!" pekik Ara dan Agnes bersamaan, kedua cewek itu menghampiri Alin yang tampak berdiri mematung di pintu.
"Muka lo pucat, lo kenapa? Lo di apa-apain sama Rafa?" tanya Agnes khawatir, begitu pula dengan Ara, cewek itu sangat mencemaskan Alin.
"Yaampun, Al. Gak tega liat lo, tapi maaf gue gak bisa belain lo dari Rafa." Ara dapat melihat wajah tertekan dari raut Alin.
Alin tersenyum tipis.
"Gue gak di apa-apain kok sama dia.""Bener? Lo gak bohong kan?" tanya Agnes memastikan. "Al jangan bohong kalo lo emang di apa-apain sama Rafa, lo di ancam kan sama dia? Kita bisa ngadu ke guru, emang sih gak ngaruh buat Rafa, setidaknya guru bisa lapor sama orang tua dia."
Alin tersenyum lalu menggeleng pelan.
"Gue gak apa-apa kok, Ra, Nes. Gue gak di ancam sama dia, cuma masalah kecil aja kok."Agnes dan Ara masih belum percaya, mereka benar-benar tidak tega melihat wajah tertekan Alin.
"Tapi kalo ada apa-apa kasitau kita langsung ya, jangan di pendam, Al.""Iya, Thank you. Kalian emang temen terbaik gue."
Ketiganya pun duduk kembali di kursi masing-masing, tampak Agnes duduk sendirian karena teman sebangkunya Alvian sedang berada di uks.
"Cak, gue boleh duduk di samping Vania gak? Lo duduk disini," kata Agnes, dia memang agak risih duduk di samping Alvian, terlebih Alvian merupakan kekasih temannya.
"Oh yaudah boleh." Cakra langsung memindahkan tasnya, duduk di bangku tepat belakang Alin, sementara Agnes kini duduk di meja seberang.
"Hai, Alin. Boleh minta nomer hp lo gak?" tanya Cakra, sambil menusuk-nusukan ujung penanya di punggung Alin.
"Apaan sih, hus jauh-jauh. Alin lagi gak mood, gak usah di ganggu."
Cakra mendengus kesal, menatap sebal pada Ara.
"Mending lo diam, gue ngomong sama Alin.""Iya tapi Alin gak mau ngomong sama lo. Lo minta nomer hp Alin kan?" tanya Ara dan Cakra mengangguk polos.
"Yang ada nomor sepatu."Cakra berdecak, Ara selalu menjadi pengganggu saat ia ingin meminta nomer Alin.
Berbeda dengan Alin, cewek itu masih memikirkan perbuatan Rafa di gudang, cowok itu benar-benar berbeda. Rafa menyeramkan dan tidak main-main, Alin jadi khawatir jika ucapan cowok itu akan terjadi.
Alin tidak mau jadi kambing congek, jadi dia harus kuat melawan Rafa, Rafa tidak boleh mengaturnya ini itu, termasuk menyuruhnya memutuskan hubungan dengan Alvian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love
Romance"Iya gue tau, tapi lo bisa nunggu kan? Please, Raf. Lo gak tau kalo pernikahan kita ini bikin gue stres, nikah muda gak ada di dalam mimpi gue.." Rafa manggut-manggut pelan. "Trus gue harus gimana kalo lagi birahi?" Bibir Alin berkedut menahan tawa...