21. Hope for the best

1.5K 55 3
                                    

Karena hari ini Alin piket kebersihan, otomatis membuatnya agak lama pulang, sudah berapa kali ia bilang pada Rafa agar cowok itu pulang lebih dulu, tapi Rafa menolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena hari ini Alin piket kebersihan, otomatis membuatnya agak lama pulang, sudah berapa kali ia bilang pada Rafa agar cowok itu pulang lebih dulu, tapi Rafa menolak.

Alhasil cowok itu sedari ia menjalani piket, hanya memandanginya sambil duduk manis di kursi menopang dagu. Alin berdecak, gak guna, apalagi cowok itu sama sekali tidak membantunya.

"Lo gak guna banget tau gak. Mending minggat gih, eneg gue lama-lama liat muka lo," tukas Alin terang-terangan. Lama-lama dia berani juga ngomong kasar pada Rafa.

Rafa cengengesan melihat wajah cantik istrinya yang tampak lucu di matanya, mode ngambek, marah dan jutek adalah hal yang ingin sekali Rafa lihat.

"Kenapa? Lo capek?"

"Udah tau malah nanya!"

"Makanya kalo capek minta bantu," celetuk Rafa. Cowok paling tinggi seantero Sma Galaksi itu pun berdiri, menghampiri Alin yang masih memegang sapu membuat cewek itu terlihat mini di sampingnya.

Dug

"Dasar botol yakult," timpal Rafa setelah mengetuk kepala istrinya, gemas melihat Alin begitu pendek saat berdiri di sampingnya.

"Dari pada lo, titan!" decak Alin sambil menjulurkan lidahnya, cewek itu pun bergegas untuk menghapus papan tulis.

Rafa terkekeh geli, cowok itu pun melakukan tugasnya.
"Al, lo udah jatuh cinta gak sama gue?"

"Gak lah. Udah gue bilang, gue gak akan jatuh cinta sama lo," jawab Alin santai.

Mendengar itu tentu saja membuat harga diri Rafa terluka. Memangnya siapa yang tidak menyukainya? Hanya Alin seorang.
"Semua cewek disini suka sama gue, lo doang yang aneh. Kayaknya lo gak normal."

"Gue normal ya, anjng. Kalo gue sampe jatuh cinta sama lo, baru namanya gak normal."

"Oh jadi maksudnya, lo itu sebenarnya  lesbi?"

"Anj —," Alin menarik napas dalam-dalam, berada di samping Rafa membuat kadar darah tingginya naik.
"Denger ya. Gue normal dan suka cowok, tapi bukan sama lo."

"Halah, paling bentar lagi lo pasti jatuh cinta sama gue. Gengsi doang yang lo gedein."

Alin memutar tubuhnya menatap Rafa yang sedang menyapu menggunakan sebelah tangan kiri.
"Atau jangan-jangan lo yang jatuh cinta sama gue ya? Ayo ngaku aja lo," kata Alin, berhasil membuat Rafa menoleh padanya.

"Nah, ketauan lo. Sekarang lo umumin di sosmed lo trus kasihtau sama Mami Papi." Alin berkata dan saat itu juga tawanya pecah melihat wajah terkejut Rafa.

"Gak lah. Gue gak suka ya sama lo," kilah cowok itu. Padahal sudah jelas-jelas terlihat dari kelakuannya belakangan ini bahwa dia sudah jatuh cinta sama Alin. Tapi ya, mau bagaimana lagi? Rafa harus menjunjung tinggi egonya.

Alin menggeleng pelan.
"Yaudah, bomat." Alin kembali membelakangi Rafa.

"Al," panggil Rafa, dan Alin hanya berdehem sebagai balasan.
"Menurut lo pernikahan kita ini gimana sih? Lo mau lanjut sampe kita punya anak dan sampe kita tutup usia?" Rafa tidak tahu mengapa ia menanyakan hal ini.

Sincere LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang