26. It turns out

3.3K 82 7
                                    

Halo, walaupun cerita ini sepi banget kayak kuburan tapi aku tetap berterimakasih  buat pembaca yang bertahan sampe sejauh ini.
Ceritaku emang segaje itu guys, kalo kalian gak tahan silakan angkat kaki😆
Aku nulis buat senang-senang aja kok.

Oh ya, cerita ini emang penuh dengan konflik, menyebabkan kalian darah tinggi, emosi, dan kesel. Tp kalo kalian gak mau lanjut ya gpp. Tapi aku ttp selesaiin nih cerita sampai end kok.

Soal cerita Queen dan Kai, buat sementara lapaknya udah aku unpub, soalnya aku khabisan ide, dan kalo di paksa yang ada konfliknya jadi berat😅 makanya aku stop aja dulu dan fokus sama RaLin sampe end. Kalo aku dapat ide, aku bakal publish ulang QueenKai kok.

Semoga kalian ngerti ya.

Happy reading❤


.

"Tadi pagi Mami Papi datang kesini jenguk lo. Gue liat Papi lo sedih banget, Raf. Herannya, Mami Shakira juga ikut nangis-nangis," beritahu Alin pada suaminya.

Rafa menghela napas.
"Gak usah percaya, cutie. Semua yang dia lakuin itu hanya acting, gue tau itu, hanya aja gue pura-pura bego dan ikut alur dia."

"Tapi mungkin dia beneran sedih, Raf."

"Gue gak akan bisa percaya sama dia, Al. Gue biarin dia karna gue sadar dia berjasa buat rawat gue dari kecil. Kalo gak, udah gue usir dari rumah Papi gue sama anak-anaknya sekalian."

"Raf, jangan gitu. Kasian Shifa, Ray dan Kanya, mereka sayang banget sama lo. Tadi aja mereka bertiga nangis-nangis buat lo."

"Itu salah satu alasan yang bikin gue berat usir Shakira, Al. Karna adik-adik gue," ucap Rafa sambil mendesah kasar.

Alin meraih tangan suaminya untuk ia genggam.
"Yaudah gak usah dibahas dulu. Lo laper gak? Mau makan? Kebetulan tadi Ortu lo bawa makanan."

"Kalo gue pengen makan lo gimana?"

Ucapan Rafa membuat wajah Alin memerah malu, ia melepaskan genggaman tangannya namun dengan cepat Rafa mempererat genggaman tangan mereka.

"Gak udah aneh-aneh, Raf. Lo masih sakit."

"Tapi Gabriel gue gak sakit kan?"

"Pffftt. Gila lo, titid aja pake lo namain segala." Alin menahan tawanya, meskipun begitu jantungnya berdegup kencang menatap kedua mata Rafa yang tampak menyayup.

"Gue serius, Al." Rafa mengelus punggung tangan istrinya dengan lembut, mengetahui Alin sudah membalas perasaannya membuat gairah Rafa semakin meletup-letup, rasanya ingin segera meluahkan rasa cintanya pada Alin. Dan kali ini tak ada yang perlu di sembunyikan lagi, ya.. karna keduanya telah saling mencintai.

"Eh, gue lupa. Kan yang duluan kalah itu lo, jadi lo harus umumin di ig.."

"I don't fucking care. Sekarang gue pengen lo, Alin."

Alin menelan ludahnya, sebenarnya dia ingin mengalihkan topik, namun sepertinya Rafa benar-benar menginginkannya.
"Tapi ini kan dirumah sakit, gimana kalo tiba-tiba dokter masuk? Lagian gue takut luka lo kenapa-kenapa, Raf."

Rafa berdecak, cowok itu malah menarik tangannya lalu memasang wajah cemberut.

Melihat itu membuat Alin tersenyum gemas, lalu kembali menarik tangan Rafa, segera ia genggam erat, mengecup punggung tangan cowok itu menyebabkan Rafa tertegun.
"Sabar ya? Nanti setelah lo sembuh, gue bakal nurut kok apapun yang lo mau."

Sincere LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang