22. True reality

1.5K 86 13
                                    

Tekan vote sebelum baca yaaa

.
.

Rupanya ketika pukul tujuh malam, Rafa masih belum pulang di apartemen. Setelah memasak makan malam, Alin bersinisiatif untuk pergi kerumah mertuanya, Alin berpikir mungkin dia bisa berbicara perlahan mengenai pernikahan mereka yang ingin ia akhiri, karena jika ia menunggu Rafa, mungkin saja cowok itu tidak akan setuju.

Alin menghela napas kasar, cewek cantik dalam balutan gaun biru itu menatap rumah besar di hadapannya, baru saja ingin menekan bel, pintu di depannya sudah terbuka memperlihatkan seorang wanita muda berpakaian maid.

"Eh, non Alin ya? Silakan masuk non," kata perempuan itu.

"Ah, iya kak. Makasih, btw Mami ada dirumah gak?" tanya Alin terdengar ramah.

"Ada kok di dalam, tapi lagi ada tamu. Non langsung masuk aja kedalam ya, saya mau beli cimol di depan dulu," katanya sambil terkekeh.

"Hehe, oke kak." Alin tersenyum manis, kemudian melenggang masuk menuju ruang tamu. Tapi dia tidak mendapati Ibu mertuanya disana, hanya seorang pria berpakaian formal yang Alin tidak kenali.

"Anda Alin kah? Istrinya Rafa?" timpal pria seumuran Ayah mertuanya itu tiba-tiba.

"I-iya, om. Saya istrinya Rafa, ada apa ya?" kata Alin.

"Oh ya, perkenalkan saya asistant pribadi Ran.. ehm, maksud saya kepercayaan keluarga Pratama." Pria itu memperkenalkan dirinya.

Alin mengangguk sopan. "Salam kenal om."

"Mau bertemu Shakira?"

"Iya om, kalo gitu saya ke atas dulu ya." Segera Alin melangkah mencari Shakira, cewek itu berjalan melewati kamar Rafa yang dulu pernah mereka tempati, berlanjut menyusuri lorong cukup jauh melewati salah satu kamar yang terlihat sedikit terbuka, itu bukan kamar Shakira dan Darsh, tapi Alin langkah Alin berhenti kala mendengar suara percakapan seseorang.

Ya, suara Ibu mertuanya.

"Aku sudah bosan akting menjadi Mami terbaik buat Rafa. Entah sampai kapan drama ini selesai, aku pengen cepat-cepat menendang mereka dari rumah ini!"

Kedua kaki Alin bergetar hebat, jantungnya berdegup kencang saat mendengar kalimat Shakira yang begitu jelas di telinganya. Kenapa? Kenapa wanita itu berkata demikian. God, maafkan Alin jika dia harus menguping.

"Kamu tenang saja, sayang. Aku yakin setelah Darsh mati, seluruh harta kekayaannya akan jatuh pada tangan Rayhan, satu-satunya anak laki-lakimu, bukan pada anak haram itu."

Anak haram? Napas Alin tercekat.

Terdengar helaan napas kasar, perempuan dan laki-laki yang sedang duduk di tepi ranjang itu pun saling menatap.
"Kamu benar." Dia berkata. "Rafa sangat mirip dengan Ibunya atau si bajingan Darsh. Anak tantrum itu memang sangat sulit di atur, hanya bisa berbuat masalah," keluh Shakira. Wanita bermuka dua, ratu drama, benar-benar bedebah.
"Coba saja dia mati bersama Ibunya dulu, aku dan anak-anakku pasti bisa menguasai seluruh harta kekayaan mereka," ucapnya dengan senyuman. "Lalu kita bisa menikah."

Air mata Alin jatuh membasahi pipi, jantungnya semakin bertalu-talu serta tubuhnya bergetar hebat. Dia membekab mulutnya tak percaya saat detik selanjutnya dia mendengar suara desahan dan robekan kain.

Sincere LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang