"Raf, Alin udah d temukan."
Ivan berseru di ambang pintu, rumah Rafa tampak ramai pasalnya Kakak kandung Alin baru datang dari luar negeri, baru mendengar kabar tentang Alin karena Darsh sempat hilang kontak karena Barra tak jadi meneria pekerjaan yang ia tawarkan, pria itu malah mengikuti Ayahnya dan pindah keluar negeri.
Disana tampak Elin menangis tersedu-sedu, berteriak seperti orang gila, sudah berulang kali wanita itu pingsan.
"Dimana istri gue!" Rafa berteriak. Tak perlu di tanya lagi bagaimana kondisi Rafa saat ini, pria itu benar-benar kacau.
"Alin udah meninggal, Raf. Mayat Alin di temukan di sungai, badannya dan mukanya udah bengkak."
"Gak! Gak mungkin!" pekik Rafa histeris, sementara Elin sudah jatuh pingsan lagi. Rafa menangis, menjambak rambutnya frustasi. Tidak.. Alin tidak boleh meninggalkannya, tidak boleh.
"Itu bukan Alin," ucap Rafa dengan suara bergetar.
"Bilang kalo itu cewek lain, Van.."Ivan menunduk dalam-dalam, tidak tega melihat kehacuran sahabatnya. "Hanya taxi yang di tumpangi Alin yang mengalami kecelakaan di tempat itu, Raf. Lo harus sabar, ikhlasin.. biarkan Alin tenang di alam sana."
"Gak! Gak mungkin!" Rafa kembali menjerit. Tubuhnya lemas luae biasa, pandangannya berkunang-kunang. "Gue harus mastiin kalo itu bener-bener Alin atau bukan!"
"Ayo, kita kerumah sakit sekarang. Rey, Vano udah nunggu disana."
***
Setelah pemakaman Alin, pria itu hanya bisa menatap kosong kedepan. Saat ini dia berada di apartemen, tempat yang telah ia habiskan selama satu tahun bersama Alin.
Hidup Rafa hancur, yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan yang pernah ia dan Alin lakukan di tempat ini.
Rafa hanya bisa menangisi istrinya di dalam kamar Alin, mengeluarkan seluruh baju-baju Alin dari dalam lemari, memeluk pakaian wanitanya erat-erat sambil menangis bersama perasaan yang hancur.
"Kenapa, cutie.." lirih Rafa, ia pandangi baju kesukaan istrinya. Piyama berwarna pink, motif macan, Alin sering sekali memakai baju tidur itu, bahkan sampai-sampai Rafa bosan melihat Alin tiap malam memakai pakaian itu terus.
Rafa menelan ludahnya dengan susah payah. "Kenapa kamu ninggalin aku?" Napasnya tercekat di tenggorokkan, lalu kembali memeluk baju Alin erat.
"Kita masih belum pergi ketempat yang kamu pengenin, aku masih belum buat kamu bahagia.. masih banyak hal yang belum kita lakuin, cutie," isak Rafa dengan bahu bergetar.Pria itu meraih figura di atas meja, dia pandangi foto istrinya dengan air mata terus membasahi pipinya.
Mengusap wajah Alin disana dengan perasaan yang terluka, perih dan hancur. Rasanya Rafa ingin sekali mati saat ini juga.
"Kamu jahat, Al. Kenapa kamu tega ninggalin aku? Atau kamu masih marah ya sama aku? Kalo gitu aku minta maaf.. maafin aku kalo sebelumnya aku suka kasar, marah-marah gak jelas sama kamu, tapi itu semua sebagai bentuk rasa sayang aku ke kamu, Al.""Udah cukup kamu marah, cutie. Sekarang aku pengen meluk kamu.. aku kangen sama kamu al.. please jangan hukum aku kayak gini."
Rafa terus berbicara sendiri sambil berurai air mata, namun begitu Alin tidak akan pernah kembali kan? Wanita itu sudah benar-benar tiada.
"Alin.." Rafa memeluk foto istrinya sambil menjerit pedih. "
Kepalanya pusing, kedua matanya memberat.
"Don't leave me, cutie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love
Romance"Iya gue tau, tapi lo bisa nunggu kan? Please, Raf. Lo gak tau kalo pernikahan kita ini bikin gue stres, nikah muda gak ada di dalam mimpi gue.." Rafa manggut-manggut pelan. "Trus gue harus gimana kalo lagi birahi?" Bibir Alin berkedut menahan tawa...