Cemburu.

10 4 0
                                    

PANGERAN DALAM MIMPI.

Oleh: Bunga Senja.

Chapter 36: Cemburu.

POV; Viola Diana Fitri.

“sebenernya gue gak peduli dimana kak Bara, apasih istimewanya seorang Bara? Romantisenggak , peka pun jarang.”

Viola bermonolog sendirian, sebenarnya ia menerima Sena Saputra Sambara karena ia tak mau terus-terusan dikatakan menjomblo.

“Kak Bara, kasih gue coklat kek, atau bunga, kayak di novel-novel gituloh.”

Ucapnya beberapa hari lalu sepulang Sena Saputra Sambara dari rumah sakit.

“Lala sayang, maaf ya, gue gak punya uang sebanyak itu buat ngasih sekotak coklat dan bunga yang lo minta, buat bayar biaya rumahsakit kemaren aja, gue di bantu sama kakeknya Ayunda Kirana.”

Semenjak saat itu juga, Viola Diana Fitri cemburu, ia menyimpan dendam kepada sosok Ayunda Kirana, dan mungkin takdir sedang berfihak padanya, gadis yang membuatnya cemburu kini satu sekolah denganya, sialnya, gadis itu kini membuatnya di skors dari sekolahan.

Sungguh ia cemburu dan dendam, mengapa Sena Saputra Sambara juga tidak pernah minta tolong padanya untuk membiayai rumahsakitnya?

Mengapa malah keluarga dari gadis yang ia rasa sebagai sainganya itu? Mengapa dan mengapa? Pertanyaan itu tak kunjung ada jawabnya.

POV: Author.

Kriiiiiiing... Kriiiiiiiing...

Suara dering handphone itu membuyarkan lamunan Viola.

Ia melihat kelayar, mengetahui yang menelepon itu Sisilia, ia segera menggeser tombol hijau untuk menerima.

“Halo, Sil, gimana udah ketemulokasinya?”

Ucap Viola tak sabar.

“Udah kok, tapisorry , kayanya susah kalau lo maubikin rusuh disana, nggak Cuma ada kak Bara doang, tapi ada Intan sama Karin, juga kakek dari Ayunda Kirana.”

Ucap Sisilia memberi tahukan informasi yang didapatnya.

Viola tersenyum sinis, dalam hati ia merasa bodoh amat dan persetan dengan siapapun yang ada disana.

Klit...

Secara sepihak Viola mematikan telepon dari Sisilia.

“Njir, cewek itu, kayanya copas apa yang tadi gue lakuin.

Batin Sisilia.

Sementara itu di rumah sakit, ayunda kirana baru saja siuman.

“Ah, A, a, Aaku dimana?”

Ucap Ayunda Kirana terbata-bata, suaranya sangat lirih karena kondisinya masih sangat lemah.

Resi Wisang Kala yang mengetahui dari luar kaca pembatas bahwa cucunya telah sadar, merasa sangat senang, namun ketika lagi-lagi menengok kedalam, ia melihat Sena Saputra Sambara yang tengah terlelap sambil menyandarkan kepalanya pada pinggiran ranjang.

Flash back On.

“Yunda, maafin kak Bara ya, kak Bara telat nolongin lo, reflek kak Bara masih kurang bagus. Nggak kaya lo yang udah hebat, Ki Darma Aji udah cerita tentang lo kok.”

“Cepet bangun ya adik kelasku, tuh diluar Intan sama Karin, kedua sahabatmu menunggu kamu sampai terlelap aja sambil duduk, ada kakek juga, ada Ki Braja juga, kak Bara baru tahu, ternyata selain hebat Yunda juga punya khodam yang sakti.

“Maka dari itu bangun dong, mulai saat ini kamu adik kak Bara, kak Bara nggak akan biarin siapapun nyakitin Yunda, sekalipun itu keluarga Yunda, Kak Bara udah tahu sedikit tentang kamu dari Intan, kak Bara juga janji, mbak Viola nggak akan nyakitin kamu lagi.”

pangeran dalam mimpi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang