Pelet.

24 4 3
                                    

PANGERAN DALAM MIMPI.

Oleh: Bunga Senja.

Chapter 12: Pelet.

“Jadi apa tujuan kalian ngajak gue janjian malem ini”?

Tanya Farhan singkat.

“Gini ya kak, lo kan suka sama Yunda, jadi kita malem ini mau ngajakin kakak ke rumah mbah Murti di dekat lereng merapi di Sleman Jogjakarta”.

“Ngapain kesana? Gue kan sukanya sama Yunda, bukan sama mbah-mbah itu”.

“Hih, Aurora, kak Farhan itu bego atau gimana sih, ngapain lagi ke rumah simbah dukun kalau bukan buatnyaripelet yangampuh lah kak”!

Ucap Adinda Maharani kesal.

“Hei, sabar dong cantik, kan gue Cuma nanya, ya udah yuk, kalau begitu kita berangkat, demi Sidia lah, gue rela apapun konsekuwensinya”.

“Jadi, Kak Farhan mau”?

Tanya Arsita Aurora tak percaya, pasalnya selama ini jarang cowok yang berhasil termakan oleh bujuk rayunya.

“Yes, berarti rencana gue buat balas dendam sama Ayunda Kirana bakalan berhasil, dan gue nanti yang bakal jadi satu-satunya orang yang di segani di SMA Karya Bangsa, bukan si cewek cupu itu”.

Ucapnya didalam hati seolah riang gembira karena rencana buruknya akan berjalan lancar untuk di wujudkan, ia merasa, bahwa keberuntungan saat ini sedang berpihak kepadanya.

“Jadi gitu Nda, lo tahu darimana kalau selama ini Aurora sama Dinda nggak suka sama kita dan membayar orang dengan hal serendah itu supaya hasil nilainya baik”?

“Iya Nda, kamu juga tahu nggak? Emang siapa cowoknya itu”?

Tanya Intan dan Karin begitu sangat penasaran, mereka berdua jadi merasa, bahwa Ayunda Kirana sudah semacam dektetif yang sedang mengintai kasus demi menyelesaikan misinya.

“Kalau soal Mereka berdua nggak suka sama kita, gue tahu dari perbuatan dan tingkahnya selama ini, tapi, kalau siapa cowok dibalik ini semua, juga siapa yang dengan begonya mau ngerjain tugas-tugas mereka dengan bayaran segila itu, gue belum tahu sama sekali, gue masih nyari tau tentang hal ini sama Tresya, adik kelas kita di Bina Bangsa, karena dia kan sepupu si Adinda, lo berdua tahu kan Tresya yang mana”?

“Iya Nda, kita tahu kok, tapi kenapa lo nggak ngelibatin gue sama Karin”?

“Emm, kalau soal itu sorry ya Tan, sorry ya Rin, bukan gue nggak mau atau nggak percaya, tapi gue perlu juga berhati-hati dalam memata-matai kedua ondel-ondel itu, jangan sampai mereka curiga kalau kita bertiga tahu”.

“Wah, aku nggak nyangka Nda, kamu ternyata cocok jadi seorang detektif, kenapa nggak jadi detektif suasta aja”?

“Eh, nggak juga, justru yang berjasa dalam hal ini itu Tresya, ya, dia kanpunya banyak duit , jadi alat buat penyelidikan pun sanggup dia beli, contoh kaya bolpoin yang bisa buat merekam itu, nah kalau gue, uang aja harus irit, jadi gue hanya pencetus ide aja”.

“Hehehe, bercanda kok Nda, pesan aku dan Intan, kamu tetep harus hati-hati dan jaga diri ya, kalau ada apa-apa cerita sama kita, jangan di pendam sendiri, dan dengan hal ini aku juga jadi makin kagum sama kamu sebagai seorang sahabat, selama ini banyak orang menatap remeh padamu, tapi, dibalik itu semua kelebihanmu begitu banyak”.

“Iya Nda, gue juga, semangat ya Nda, supaya generasi perusak masa depan bangsa bisa terbasmi, baik itu musnah dalam jeruji penjara atau di sadarkan”.

Itulah percakapan antara Ayunda Kirana dan kedua sahabatnya malam itu, setelahnya pun mereka pulang kerumah masing-masing sebelum waktu larut malam datang menyapa.
Tanpa Ayunda Kirana sadari, bahaya besar sedang mengintai dirinya, dan perasaanya.

“Harap di perhatikan, supaya semuanya membawa alat-alat lengkap untuk pendakian, seperti logistik yangcukup berupa, makanan, air, obat-obatan apa bila di butuhkan, treking poll , senter, tenda, jaket, masker dan lain sebagainya. Juga harap di perhatikan laranganya, seperti buang air kecil sembarangan, mencoret-coret batu-batu yang ada di lokasi gunung, memetik bungasembarangan, jangan sompral, jika melihat atau mengalami hal goib jangan diceritakan pas masih diatas , jangan membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya”.

“Eh, Ndra, emang kenapa gak boleh metik bunga sembarangan”?

Tanya Defano yang belum paham.

“Gini deh brow, lo coba bayangin, kalau lo nanem tanaman didepan rumah lo, di curi orang tanpa minta ijin, emang lo nggak akan marah”?

“Ya, pasti gue amukin orang itu lah Ndra, tapi kan yang mimpin pendakian tahu kalau kita metik bunga, terus apa salahnya? Enggak bolehnya dimana”?

“Gini ya mas Defano yang gagah perkasa bagai arjuna, pemimpin pendakian itu bukan yang punya gunung, juru kunci yang ada disini pun bukan si empunya gunung, dan konon katanya, di percayai seluruh masyarakat jawa dan sekitarnya, bahwa di gunung banyak makhluk astral, baik itu yang singgah di pohon-pohon besar, atau di batu-batu besar, jadi itu alasan kenapa sebabnya kita para pendaki enggak boleh metik bunga sembarangan dan juga mencoret-coret batu sembarangan”.

:Nah, dengerin tuh penjelasan Bara, udah jelas kan? Tambahan deh dari gue yang sedang bijak, semisal lo punya kosan lo nggak mau kan ada orang entah itu temen lo atau siapapun itu makan di kosan lo, terus sampahnya enggak di buang pada tempatnya, nah, itu juga alasanya enggak boleh buang air kecil dan buang sampah sembarangan di gunung ini”.

“Ok-ok, Makasih ya lo berdua, sekarang gue paham, yaudah yuk, kita udah mau jalan menuju ke pos satu”.

Ujar Defano antusias, padahal sebenarnya kalau boleh jujur, ia sangat ingin mengurungkan niatnya untuk mendaki malam itu juga, entah mengapa ia sangat merasa ketakutan, namun, ia gengsi untuk menyampaikan itu pada Andra dan juga Bara, karena ia sadar, ia hanya akan menjadi bahan bulian mereka berdua, awalnya semua berjalan dengan normal sampai 20 menit kemudian, bar, ndra, itu apaan? Mana  fan itu bar di atas batu , minta rokoknya nak, ucap sosok itu , makhluk tinggi besar , mata merah, bertaring, dan ada tanduk di kepalanya, seketika defano langsung bersembunyi di balik punggung andra,

Dengan santainya bara melangkah mendekati sosok itu lalu memberikan sebatang rokok yang di minta, terima kasih raden, ucapnya, sama-sama embah, hati –ati ya raden selama di perjalanan,tetap waspada ,dan jaga teman-temanmu setelah berkata demikiyan sosok itu menghilang , udah- udah ayo lanjut lagi dia udah gak pergi.

Continue the next chapter...

Hai, pembaca setia pangeran dalam mimpi, autor sama editor ngucapin banyak terima kasih sama temen-temen semuanya udah mau baca karia kita,terus selalu dukung kita ya dengan cara fot, komen, and share ya.

Dan di chapter ini juga masih ada kuis loh, o iya bbuat penulis kecil jawabannya yang di chapter 11 hampir tepat jadi karena kurang tepat dapat poin setengah ya, tapi gapapa peluang untukmendapatkan hadiah masih terbuka lebar kok dan buat penulis kecil masih tetap boleh ikutan

Buat temen-temen lain yang mau ikutan juga masih boleh banget, untuk peraturannya masih sama seperti sebelumnya ya, dan ini lah pertanyaan untuk chapter ini.

Apa alasan bara belum bisa memaafkan sepupunya andra?

pangeran dalam mimpi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang