Nggak boleh.

10 4 0
                                    

PANGERAN DALAM MIMPI.

Oleh: Bunga Senja.

Chapter 31: Nggak boleh.

Entah mengapa Sena Saputra Sambara merasa antusias, sudah beberapa minggu ia tidak main band, rasanya rindu, mendengar orang-orang yang menjadi pahlawan dalam penyelamatanya ketika hilang di pendakian merapi kala itu, yaitu Ayunda Kirana, Intan dan Karin hendak menampilkan pertunjukan musik dan bernyanyi lagu pop, ia ingin sekali ambil bagian.

“Kak Bara, lo mau ngapain sih? Sampe mindahin drum set segala, lo kan ketua osis, harus siap-siap dong memberi sambutan acara unjuk kepiawaian para siswa-siswi baru nanti.”

Ucap Viola kekasih ketua osis yang tampan itu, Sena Saputra Sambara.

“Justru itu Lala sayang, gue minta bantuan lo deh, buat ngangkat barang-barang ini, tenang aja, soal sambutan nanti biar diwakilin Defano kok.”

Jawab Sena Saputra Sambara sambil memberikan alat-alat yang sekiranya bisa dibawa oleh Viola.

“Emang kak Bara mau tampil sama siapa sih?”

Tanya Viola penasaran.

“Gue mau tampil sama adik-adik kelas, Ayunda, Intan sama juga Karin, mereka mau tampil band, tapi nggak ada yang main drum nya.”

Mendengar hal itu sontak Viola membalik dan menatap dengan sorot mata tajam ke arah Sena Saputra Sambara.

“Nggak boleh.”

Ucapnya singkat dan penuh penegasan.

“Nggak boleh? Maksud lo gimana?”

Tanya Sena Saputra Sambara terheran-heran, ia berpikir, apa salahnya disini? Kan hanya bermain drum.

“Pokoknya nggak boleh, Lala nggak suka ya, kak Bara deket-deket  cewek-cewek itu, ok, gue mau bantuin kali ini, tapi syaratnya jangan kak Bara yang main drum.”

“La, apa salahnya gue disini sih? Gue Cuma main drum, dan gue juga nggak ngapa-ngapain sama mereka, lo juga lihat kan, lagian bukan ditempat sepi juga, nggak Cuma berduaan.”

Ucap Sena Saputra Sambara kesal.

Memang iya, ia suka dengan Viola yang bisa ngerti dia dan menerima dia apa adanya, tapi ia tak suka kalau harus dibatasi berlebihan seperti ini.

“Udah kak Bara, kalau mbak Viola nggak suka kak Bara main band sama kita, jangan dipaksain , ngertiin aja perasaanya, mungkin mbak Viola emang cemburu, udah ya, turunin drum set nya disini, biar nanti gue bawa bareng-bareng sama Karin samaintan juga.”

Ucap Ayunda Kirana tiba-tiba, ia yang dari toilet, mendengar pertengkaran Sena Saputra Sambara dengan kekasihnya Viola.

“Ah, gue apaan sih? Nggak berdaya gini, gue minta kak Bara ngertiin orang lain, tapi hati gue aja perih gini.”

Ucapnya menangis dalam hati.

“Tapi Nda, gimana lo nanti drumers nya?”

Tanya Sena Saputra Sambara yang tak enak hati.

“Udah kak Bara, itu soal gampang, kan kak Andra juga bisa main drum, mau kan kak Andra?”

Ucap Ayunda Kirana yang melihat Andra menghampiri mereka bertiga.

“Eh, Nda, justru yang bagus main drum nya itu Bara, bukan gue.”

Mendengar hal itu Ayunda Kirana hanya berkedip memberi isyarat, agar masalah tak semakin rumit.

“Iya-iya deh Nda, emm, tapi gini aja, ntar gue panggilin aja anak kelas 11 Mipa, itu tuh, si Alfian, dia juga sama bagusnya kaya Bara.”

Ucap Andra yang seakan mengerti dengan isyarat kedipan mata Ayunda Kirana.

Setelah kupahami,
Ku bukan yang terbaik,
Yang ada di hatimu.

Tak dapat kusangsikan,
Ternyata dirinyalah,
Yang mengerti kamu,
Bukanlah diriku.

Kini maafkanlah aku,
Bila ku menjadi bisu,
Kepada dirimu.

Bukan santunku terbungkam,
Hanya hatiku berbatas,
Tuk mengerti kamu,
Maafkanlah aku.

Walau kumasih mencintaimu,
Kuharus meninggalkanmu,
Kuharus melupakanmu,
Meski hatiku menyayangimu,
Nurani membutuhkanmu,
Kuharus merelakanmu.

Samsons Bukan diriku menjadi lagu pilihan yang dinyanyikan Ayunda Kirana.

Air matanya menetes, namun ia berusaha menguasai suara agar tak vals, dan tak kehilangan konsentrasi dalam memainkan tuts-tuts piano.

Tepuk tangan gemuruh menyambut nyanyian Ayunda Kirana yang telah usai, banyak orang mengira ia menghayati lagu, tapi pada kenyataanya memang itulah yang dirasakan saat ini, hatinya perih menyaksikan sang pujaan impian bersama gadis lain.

Dan seperti biasanya, hal itu tak luput dari pengawasan ki Braja, yang lagi-lagi hanya bisa mendoakan tanpa bisa berbuat apa-apa.

“Wah, keren lo, dek, bisa menghayati lagu sampai segitunya, gue sampai hampir kehilangan fokus tadi main drum nya, saking terhanyutnya sih.”

Puji Alfian tulus.

“Hehehe, makasih kak Fian, itu tadi Cuma biasa aja kok, lagian gue masih banyak belajar juga.”

Ucap Ayunda Kirana merendah.

“Nggak kok, suwer, beneran bagus.”

Ucap Alfian ragu.

Tanpa mereka berdua sadari ada sosok yang menatap mereka iri dan penuh kebencian.

Yaitu Arsita Aurora dan Adinda Maharani, yang selalu iri ketika Ayunda Kirana menuai prestasi dan dekat dengan pria-pria tampan.

“gimana PDM lovers chapter 31 nya? Terus ikutin update chapter-chapter selanjutnya ya, dan jangan lupa vote, like, komen, and share ke temen-temen kalian ya.

Continue to the next chapter...

pangeran dalam mimpi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang