Tiga tahun silam.

10 4 0
                                    

PANGERAN DALAM MIMPI.

Oleh: Bunga Senja.

Chapter 34: Tiga tahun silam.

Viola Diana Fitri, setiap pagi selalu diantar ke sekolah oleh sopir pribadinya, dan dihari selasa ini, ia memutuskan lebih pagi berangkat sekolah, pasalnya ia ingin berdamai dengan sang kekasih yaitu Sena Saputra Sambara.

Martabak telur dan satu cup Pop Aiscoklat , itulah jurus yang digunakanya pagi ini untuk membujuk sang pujaan hati.

Namun seketika hatinya terasa panas mendidih ia tiba di sekolahan, sebab ia melihat Sena Saputra Sambara tengah bercakap dan seolah-olah asyik bersama gadis yang paling dia benci, Ayunda Kirana.

“Kak, makasih ya udah nolongin gue, gue nggak tahu deh, mungkin kalau nggak ada kak Bara tadi handphone gue udah raip digondol abang jambret.”

Ucap Ayunda Kirana sambil tersenyum sangat manis, dan hal itu pula yang nampak didepan mata Viola.

Bergegas ia lari kearah Ayunda Kirana dan Sena Saputra Sambara, dengan perasaan emosi yang meledak hingga ke ubun-ubun, ia hempaskan Ayunda Kirana kelantai marmer didepan kelas Mipa.

“Argggh...

Ayunda Kirana berteriak merasakan sakit pada kepala dan seluruh badanya, sebab ia tak memiliki persiapan jika akan ada penyerangan itu, Sena Saputra Sambara yang berdiri disampingnya pun terkejut dan menyayangkan tindakan sang kekasihnya itu.

“Violaa! Lo apa-apaan sih? Gimana kalau Yunda Cidra? Lo mau tanggung jawab?”

Ucap Sena Saputra Sambara dengan nada marah dan berteriak, sebab dari segala tingkah Viola hanya kali ini Sena Saputra Sambara tak bisa lagi untuk mentoleransi.

“Lo ngapain sih Nda, nggak usah sok kecantikan deh senyum-senyum sama kak Bara, lo tahu kan? Semua orang juga tahu kalau kak Bara itu pacar gue!”

Ucap Viola yang tak menghiraukan kemarahan Sena Saputra Sambara.

“Ma, Maafin gue mbak Viola, tapi maksud gue bukan senyum buat godain kak Bara.”

Ucap Ayunda Kirana terbata-bata, ia menangis, entah mengapa kali ini ia rapuh, sungguh rapuh, andai ada bahu untuk ia bersandar ia ingin meluapkan semua kesakitan yang saat ini dirasakan, sebab semenjak kecil ia sering kali disalahkan, tanpa diizinkan melakukan pembelaan.

Dan kejadian pagi ini, seolah melempar pada peristiwa 3 tahun silam, semasa ia belum terlalu dekat dengan Intan dan juga Karin yang kini menjadi sahabat setianya.

Tak lama kemudian Ayunda Kirana jatuh pingsan dengan posisi masih tergeletak dilantai, pasalnya kepala bagian belakangnya terbentur sangat keras.

“Yunda, Yunda bangun, Ya Allah gimana ini? Arrrgggghhh... Viola Semua ini gara-gara lo.”

Ucap Sena Saputra Sambara panik, bergegas ia pun berlari ke UKS sambil menggendong Ayunda Kirana di punggungnya, tanpa ia pedulikan lagi Viola yang masih sangat marah dan tak suka terhadap apa yang Sena Saputra Sambara lakukan.

Sementara itu disisi lain.

Defano berkeliling sekolah sebelum dentingan bel masuk terdengar, namun pada akhirnya ia memutuskan kembali kekelas saat itu juga, sebab Sena Saputra Sambara yang dicarinya tak ia lihat batang hidungnya.

“Ah, mungkin Bara sakit, jadi bolos.”

Batin Defano.

“Kak Defano, udah denger insiden belum?”

Tanya Seorang Siswi yang mencegat langkahnya.

“Eh, Delia, insiden apaan emang, gue telat nih tadi soalnya.”

pangeran dalam mimpi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang