PANGERAN DALAM MIMPI.
Oleh: Bunga Senja.
Chapter 24: Pembebasan.
Traaang... Traaang...
Suara pedang itu beradu, diiringi suara jerit kesakitan dari para makhluk-makhluk yang terbunuh.
Bagaikan menantang harimau yang ganas, peperangan yang di kobarkan oleh Nyai Cempaka justru menimbulkan kerugian banyak di pihaknya.
Banyak sekali anak buahnya yang berguguran, bahkan ada yang mati dan lalu mengepul menjadi asap di tangan Ki Braja.
Tak beda jauh dengan sang ratu mereka, Nyai Cempaka sudah terluka dibagian tangan kirinya akibat goresan keris Ayunda Kirana.
“Heh, kunti sableng, kapan sih lomau nyerah, dan tunduk sama gue?”
Ucapnya sambil tersenyum mengejek.
Mengetahui ada gadis belia yang meremehkanya Nyai Cempaka semakin marah dibuatnya.
Triiing...
Selendang putihnya ia ubah menjadi keras layaknya pedang, namun dari tadi ia tak juga berhasil menyentuh tubuh Ayunda Kirana yang bagaikan kapas terbang kesana-kemari.
“Hahahaha, ternyata kunti sableng kaya lo lucujuga ya, bukanya perang malah jogednari-nari gak jelas, hei, inibukan panggung pentas.”
Ejeknya kembali.
Sang kakek yang mengetahui aksi cucunya pun dibuat geleng-geleng heran, pasalnya dari tadi Nyai Cempaka sudah mengerahkan tenaganya, tapi oleh sang cucu hhanya di anggap gerakanlamban sebuah tarian.
Namun disisi lain Resi Wisang Kala pun senang.
Ia berharap setelah pertarungan ini, cucunya tidak akan tinggi hati dan sadar dengan kesaktian yang dimilikinya.
Intan dan Karin yang menyaksikan dari jauh pun hanya bisa terheran-heran, mereka berdua tak pernah menduga, kalau sahabat mereka sesakti itu.
“Rin, lo heran nggak sih sama Ayunda, keren banget bisajadiinkuntilanak jelek itu mainannya.”
“buat aku nggak heran sih tan, wajarkan, soalnya Ayunda kan cucunya Resi Wisang Kala, khodamnya juga macan putih, mungkin selama ini nggak ngasih tahu kita karena Ayunda nggak mau sombong.”
“Emm, iya juga ya, Rin awas dibelakang lo.”
Traang... Triiiing... trang-traang...
Peperangan masih terus berlanjut, bahkan Intan dan Karin pun masih saja di keroyok anak buah Nyai Cempaka yang berupa gendruwo dan kuntilanak merah, namun mereka berdua juga tak pernah kalah, hanya ada sedikit luka itupun luka kecil.
Sementara itu, dibelakang istana tepatnya dijalan menuju ruang tahanan, Ki Darma Aji pun bertempur dengan sengit bersama Ki Jalu kuning dan beberapa temanya, mereka mengeroyok para penjaga tahanan yang cukup sakti.
“Adik Darma Aji, sebaiknya kau bebaskan Bara dan kawan-kawanya, biar aku yang menahan para penjaga ini.”
Ucap Ki Jalu Kuning melalui telepati yang dikirimkan ke Ki Darma Aji, supaya penjaga-penjaga itu tidak ada yang sadar dan mendengarnya.
“Baik kakang, terimakasih atas bantuanya.”
Setelah membalas ucapan Ki Jalu Kuning lekas Ki Darma Aji meloncati kepala para penjaga tahanan itu dengan secepat kilat.
Wuuussssssy...
“Hei tunggu, kau tidak bisa melewati kami begitu saja.”
Ucap salah seorang diantara mereka, lalu berusaha mengejar Ki Darma Aji yang sudah tidak kelihatan lagi di lorong tahanan.
Namun, niatnya itu di cegah oleh Ki Jalu Kuning yang menyabetkan rantai keemasan di tanganya ke arah penjaga itu.
Wusssy Kraassssssy...
Penjaga itupun tewas seketika dan lalu mengepul menjadi asap hitam, begitu pula nasip penjaga penjaga lainya, mereka semua tak dapat menahan amukan Ki Jalu Kuning bersama teman-temanya yang seolah tak memberi ampun pada mereka semuanya, sehingga kini jalan menuju ruang tahanan kosong tanpapenjagaan.
Setelah itu Ki Jalu Kuning pun segera menyusul Ki Darma Aji.
“Wira, Raden dan kau Adnan, kembalilah keluar, biar yang menolong para tahanan aku dan Darma Aji saja.”
Ucapnya kepada murid-murid Resi Wisangkala yang tadi membantunya.
“Baik kakang Jalu.”
Ucap mereka bertiga kompak dan lalu meninggalkan Ki Jalu Kuning yang sendirian menyusuri lorong-demi lorong tahanan.
Tok... Tok... Tok...
“Siapa diluar?”
Tanya Andra yang mendengarkan ketukan dari luar ruang penjara itu.
“Aku, Ki Darma Aji, menyingkirlah dari depan pintu aku akan menjebolnya, sebab aku tak menemukan kunci penjara ini.”
Ucap Ki Darma Aji memberi aba-aba.
“Baik lah ki, kami sudahmundur .”
Jawab Andra dan juga Defano.
Duaaaaar...
Tiba-tiba saja pintu penjara itu ambruk dan terlepas dari engsel nya.
“Andra, Defano, dimana Sena Saputra Sambara?”
Tanya Ki Darma Aji kepada mereka berdua setelah berhasil menjebol pintu penjara dan masuk kedalam ruangan penjara tersebut.
“Itu lah ki, kami juga tidak tahu dia dimana, yang jelas terahir kami tahu kondisi dia tidak baik-baik saja, dia terluka”.
Jawab Andra.
“Emm, kalau begitu mari kita segera cari dia ki, kasihan Bara.”
Ucap Defano memberi saran.
Bergegas mereka bertiga berjalan menyelusuri lorong tahanan, namun sebelum itu, Ki Darma Aji memberi kekuatan kepada Andra dan Defano, ia tahu persis sudah berhari-hari anak itu tidak makan, pastinya mereka sangat lemah.
“Toloong, toloong!”
Tiba-tiba mereka mendengar suara minta tolong dari ruang penjara yang ada di sebelah kanan mereka.
“Ki, itu suara Bara ki, berhenti disini.”
Ujar Andra.
“Ki tapi tunggu dulu, jangan didobrak, gimana kalau Bara nggak sanggup berpindah karena lemas?”
Tanya Defano nampak khawatir, tentu saja ia tidak sanggup kalau harus membayangkan sahabatnya itu tidak akan tertolong.
Bagaimana cara ki darma aji membebaskan sena saputra sambara? Sedangkan pintu penjara tak mungkin di dobrak, karena dihawatirkan bara malah akan tertimpa pintu mengingat kondisinya yang sedang terluka, jadi PDM lovers terus ikutin chapter terbarunya ya,dan jangan lupa vote, like, komen, and share ya PDM lovers.
Continue to the next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
pangeran dalam mimpi.
RomanceAyunda Kirana, sejak kecil selalu diperlakukan berbeda oleh keluarganya, sehingga harus menjalani kehidupan yang cukup keras, namun karena itulah dia bisa menjadi gadis yang tangguh, perangainya yang barbar, kocak namun baik hati, buatnya banyak me...