PANGERAN DALAM MIMPI.
Oleh: Bunga Senja.
Chapter 33: Sebatang coklat.
Malam tak selalu menjadi tempat yang tenang bagi semua orang.
Malam juga tak menjadi tempat dimana bisa puas beristirahat dalam peraduan.
Ada kalanya malam itu tempat untuk menangis, mencurahkan segala resah dan retah.
Seperti malam ini bagi Ayunda Kirana adalah malam membosankan daripada malam-malam sebelumnya.
Rasa yang di peluk erat tak juga beranjak, padahal sudah jelas ada sekat yang menjadi jarak, ia merasa heran, tapi susah juga untuk melupakan dan melepaskan.
Pada Akhirnya ia hanya mampu pasrah, pada takdir yang kan menuntunya melangkah, ia rela, kalau suatu saat nanti lagi-lagi harus patah karena mengalah.
Tak ia mengerti mimpi menjadi sebab musabab ia menyimpan rasa sedalam ini.
Sedang pada pria sebelumnya pun, tak pernah bisa ia memendam rasa sampai kedasar palung hati.
Kriiiiing... Kriiiiiing...
Dering handphone nya itu menyadarkan ia dari lamunan panjang, namun, ia sendiri ragu akan menerimanya atau tidak, pasalnya telepon itu datangnya dari ketua osis Sena Saputra Sambara, berdebar itu pasti, tapi takut akan mendapat masalah dari sang kakak kelas pun juga iya.
Iya menarik nafas panjang sambil mendongak menatap langit-langit kamar yang di hiasi lampu berbentuk bintang-bintang itu, akhirnya ia memutuskan untuk menerima telepon yang sudah dua kali call itu, biarlah ini hanya lewat telepon, toh Mbak Viola tidak akan tahu, disisi lain ia juga berpikir mungkin dari ke osisan ada yang ingin disampaikannya.
“Halo, kak Bara Assalamualaikum.”
Ucapnya menyapa Sena Saputra Sambara yang ada disebrang sana.
“Yunda, kenapa baru di angkat? Gue ganggu ya?”
Tanya Sena Saputra Sambara tanpa menjawab salam yang di ucapkan Ayunda Kirana.
“Kak, menjawab salam itu wajib loh, kok nggak dijawab sih?”
Ayunda Kirana balik bertanya tanpa menjawab apa yang Sena Saputra Sambara tanyakan.
“Eh iya, sorry, waalaikumusalam.”
Jawab Sena Saputra di sebrang sana, ia merasa banyak banget aturanya bicara dengan gadis ini, tapi sejurus kemudian dia ingat kata emak nya, bahwa menjawab salam itu hukumnya wajib.
“Gue sama sekali nggak ngerasa terganggu kok dapet telepon dari kak Bara, kapan lagi kan? Bisa dapet kesempatan ngobrol sama cogan kaya kakak? Ya walau Cuma lewat telepon, ahya Btw ada apa kakak malem-malem nelvon aku?”
Ucap Ayunda Kirana panjang lebar, tanpa ia sadari ucapan cogan alias cowok ganteng itu membuat Sena Saputra Sambara sedikit berdebar dalam hati.
“Eh buset dah, kenapa gue ngerasa begini ya? Ngobrol sama Viola aja gue nggak pernah seberdebar ini?”
Batin Sena Saputra Sambara yang merasa terheran-heran.
“Halo, kak, kak Bara masih ada kan? Suara Gue tadi jelas kan?”
Tanya Ayunda Kirana kembali, sebab yang ditanya hanya terdiam membisu.
“Iya, maaf Yunda jelas kok, Cuma gue agak sedikit capek nih, gue nelvon lo Cuma mau bilang, gue siapin sebatang coklat silver queen buat lo, lo suka makan coklat kan?”
Ucap Sena Saputra Sambara yang semakin membuat Ayunda Kirana menjadi terheran-heran, namun, Sena Saputra Sambara juga tak mengerti mengapa ia ingin memberi gadis itu coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
pangeran dalam mimpi.
RomanceAyunda Kirana, sejak kecil selalu diperlakukan berbeda oleh keluarganya, sehingga harus menjalani kehidupan yang cukup keras, namun karena itulah dia bisa menjadi gadis yang tangguh, perangainya yang barbar, kocak namun baik hati, buatnya banyak me...