Malam mencekam.

20 4 0
                                    

PANGERAN DALAM MIMPI.

Oleh: Bunga Senja.

Chapter 13: Malam mencekam.

Malam beranjak larut, namun tak kunjung aku tertaut pada tidur dan mimpi indahku.
Mimpi indah yang selalu aku tunggu, untuk bertemu sang pangeran pujaan kalbu.
Ya, mungkin aku memang gila, mencinta tapi tak nyata, tapi, aku terlanjur nyaman.
Bahkan tak pernah bisa aku melupakan sesosok rupawan, yang selalu menari di alam hayalan.

“Alhamdulilah, akhirnya kelar juga puisi gue malam ini”.

“Bungkus, terus naikin ke atasgenteng , dan semoga angin berbaik hati menerbangkan puisi gue inibuat sang pangeran , pangeran impian yang gue cinta”.

Braaaak...

Mendadak Ayunda Kirana terkejut, ia mengusap dadanya yang syak tiba-tiba, pasalnya baru saja ia keluar rumah lewat jendela kamarnya, ia di kejutkan oleh suara dan bau-bauan yang tidak sedap.

“Setan Alas, ternyata ada yang main-main sama gue”.

“Tunggu-tunggu, kain putih, dan minyak cendana? Oh, yaya, gue paham, kalau saat ini ada yang coba-coba buat melet gue”.

Tapi, bentar , gue naikin puisi ini dulu keatasgenteng ”.

Bergegas Ayunda Kirana pun naik keatas atap rumah dengan bantuan tangga.
Setelah itu pun dia turun lalu berhati hati kembali melompat kedalam kamarnya, lalu ia menutup jendela, dengan sangat perlahan supaya kakak bawel dan bunda bawelnya itu tidak terjaga dari tidurnya.

Intan: “Ada apa lo spam group malem-malem  gini, Nda:?

Karin: “Iya, sumpah aku juga kaget, untung aja udah tidur dari tadi, kalau nggak kepalaku pasti sakit bangun mendadak gini”.

Ayunda Kirana: “Sorry ya guys, gue bangunin pake spam, soalnya gue lagi butuh kalian”.

Intan: “Jangan bilang lo ngegalau gara-gara habis nulis puisi buat pangeran lo itu ya, Nda”.

Ayunda Kirana: “Nggak sama sekali, ini lebih darurat dari pada itu masalahnya”.

Karin: “Emang soal apaan sih”?

Intan yang ada di seberang sana pun bergegas bangkit, entah mengapa virasatnya tiba-tiba tidak enak, resah dan gelisah, mata batinya yang sudah biasa terlatih itu seolah memberi pertanda.

Intan: “Gue tahu Rin, pasti ada yang ganggu Yunda, Nda, lo tunggu ya, gue OTWkesana sekarang, bentar gue ambil kunci motor dulu, lo baik-baik disana Nda, lo jangan lepas dari zikir”.

Setelah mengetikan pesan itu pun bergegas Intan meninggalkan rumahnya, mungkin jika Maminya mendengar kepergianya pasti akan bertanya-tanya, pasalnya ini masih jam 01.15 Wib, namun ia tak perduli, yang ia pikirkan hanya keselamatan Ayunda Kirana saat ini, entah itu cidra lahir atau batin, gangguan nyata atau gaib, ia tidak mau itu di alami sahabatnya, Ayunda Kirana sudah cukup menderita, jadi ia hanya ingin selalu ada untuk Ayunda Kirana selama nafasnya masih ada.

Tak berbeda dengan Karin, ia pun ikut menyusul Intan saat itu juga, tak peduli rambut dan tampilan yang masih awut-awutan karena terbangun dari tidur, ia nekat menerobos malam dengan sepeda barunya, sebab jarak rumahnya dengan Ayunda Kirana hanya dekat, ia pikir tak masalah bersepeda dini hari.

Pemberangkatan pendakian Gunung Merapi fia jalur Selo dimulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00.

“terus , Bara kenapa bisa mendaki pukul 18.29”?

Ucap mama Sena Saputra Sambara nampak cemas

“Anak itu nggak melakukan pendakian Ilegal kan”?

“Gustiiii, itu anak badungnya kok ya belum sembuh-sembuh juga, udah SMA juga masih aja ngeyel dan nakal, ah, apa coba aku telepon aja ya”?

Ningsih pun kemudian membuka aplikasi hijaunya kembali lalu menghubungi putra satu-satunya.
Namun alangkah semakin resah hatinya, ketika nomer sang putra tak kunjung berdering juga dalam panggilan itu.
Pasrah, ia hanya bisa kembali pasrah, jika sepulangnya nanti, Sena Saputra Sambara akan memberi kabar adanya kasus baru akibat pendakian Ilegalnya tersebut.

Sementara itu di sisi lain tiga sekawan mulai kembali melanjutkan pendakian, setelah sebelumnya ada penampakan makhluk astral.

“Ndra, kok serem juga ya? Banyak pohon-pohon gede di perkebunan warga menuju pos Watu Belah ini”?

“Kenapa? Lo udah mau bilang kalau lo mau ngebatalin pendakian malam ini, Brow Fan”?

Ejek Andra.

“Hei, lo berdua bisagak sih, kalau nggak ribut, udah lupa ya, kita enggak dibolehinbikin keributan ”.

“Yaelah Bar, lo kenapa sih, dari tadi perasaan sewot mulu deh, udah biasa kan gue sama Defanobecanda , dan saling ledek”.

“Udah-udah Ndra, bener kok yang di bilang sama Bara, kadang Cuma saling ejek bisa jadi berantem”.

Setelah itu pun mereka diam, lalu melanjutkan perjalanan kembali dengan pemimpin pendakian masih ada di depan mereka.

Mendadak, aroma semerbak bunga kamboja pun terdeteksi oleh indra penciuman Defano.

Ndra, bar, defano memanggil kedua temannya dengan suara yang bergetar, dan raut wajah ketakutan.

Apa lagi fan, jawab mereka berdua kompak, gue kok nyium bau kembang kamboja, ini ada apaan lagi sih?

Makhluk apa lagi kali ini yang akan menyapa ketiga remaja itu ,akan kah mereka lolos dari demit ini, dan sampai ke pos 1 dengan selamat kita akan tau di chapter berikutnya.

Continue the next chapter.

Asalamualaikum pembaca setia pangeran dalam mimpi.

Alhamdulilah hari ini kita bisa update chapter baru , tentu ini berkat doa dari kalian semua.

Author, dan editor ngucapin banyak-banyak terima kasih sama kalian semua.

O iya selamat buat penulis kecil, jawabannya benar jadi kamu dapet poin lagi, buat temen-temen yang belum ikut kuis yuk ikutan mungpung masih ada waktu, dan ini lah pertanyaan untuk hari ini.

Apa alasan ayunda kirana berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa?

pangeran dalam mimpi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang