Mengibarkan bendera perang.

9 4 0
                                    

PANGERAN DALAM MIMPI.
Oleh: Bunga Senja.

Chapter 32: Mengibarkan bendera perang.

Ayunda Kirana nampak bahagia, hari pertama ia sekolah tak ia lewati dengan rumit, meski ia sempat menangis karena Sena Saputra Sambara, namun, itu hanya dalam lagu selebihnya didalam hati. Mungkin ia memang bodoh, sudah tahu Sena Saputra Sambara berhubungan dengan Viola Diana Fitri kakak kelasnya, namun ia tak pernah surut dalam menaruh harap untuk sang pangeran impianya, ia seolah tak peduli lagi, berapa luka yang akan tertoreh karenanya.

“Woi Yunda, lo ngelamun aja dari tadi?”

Ucap Intan mengagetkanya.

“Apaan sih lo nyet, bisa nggak ngagetin gue gitu.”

Ucap Ayunda Kirana kesal.

“Heh, si ratu bucin, dari tadi gue udah manggil-manggil, dasar lo nya aja yang lagi asyik ngelamun, kenapa sih lo? Masih mikirin pangeran impian lo itu ? Atau lo jatuh cinta sama Alfian, atau Bara?”

Ucap Intan seolah mengintrogasi.

“Eh, lo bisa nggak kalau nanya satu-satu, nggak usah macam rel kereta gitu deh, panjang plus lebar, lagian ya, gue nggak sama sekali mikirin kedua cowok itu, yang ada malah nanti gue di geplak sama pacar dua cowok-cowok ganteng itu.”

“Jadi, Alfian Sama Bara udah pada punya pacar? Siapa emang pacarnya?”

Ucap Intan seolah ingin tahu.

“Eh, sejak kapan seorang Intan Putri Aulia suka bergosip, oh, atau jangan-jangan lo mau jadi kaya Fania Putri yang ada di indosiar itu? Yang biasanya suka bawain hot kiss, berita ter hot seputar selebritis?”

Jawab Ayunda Kirana sengit.

“Hei, udah-udah jadi bintang iklanya, lagian lo ya, kalau emang nggak tahu yaudah bilang aja nggak tahu, nggak usah ngiklanin acara tv juga kalee, emang lo dibayar?”

“Intan, Yunda, ternyata kalian berdua disini, aku cariin dari tadi.”

“Ucap Karin yang auto menghentikan perdebatan mereka berdua.

“Udah tahu kita berdua disini masih aja ngomong, apaan sih lo, Rin?”

“Sabar ya, nona Karin, kayaknya princess Intan ini lagi gugup, karena lihat banyak-cogan disini, makanya, dari tadi sewot mulu.”

“Isy, apaan sih kalian berdua ini malah saling ejek, udah yuk pulang, sekalian nanti aku mau cari buku novel, kalau kalian mau nemenin ayo, tapi kalau nggak yaudah kalian berdua duluan aja.”

“Buku, Novel? Sejak kapan Tasya Nur Karin ini suka membaca buku novel?”

Ucap Ayunda Kirana terheran-heran, pasalnya ia mengetahui karakter kedua sahabatnya bagaimana, Intan yang lebih suka drakor, Karin yang lebih suka sinotron dan ia sendiri fans fanatik Persib Bandung sejak kecil.

Namun, pertanyaanya itu hanya tersimpan di dalam kepalanya saja, pasalnya Karin sudah berjalan mendahului ia dan juga Intan ke arah motornya lalu menyalakan tanpa menunggu kami berdua.

Sementara itu disisi lain sena Saputra Sambara nampak masih duduk ditaman sekolah, walau sudah banyak teman-temanya yang meninggalkan sekolah itu.

Ia Masih kecewa dengan sikap Viola, maka dari itu, untuk kali ini ia tak mengantar gadis itu pulang kerumahnya.

“Baru juga hari pertama temen-temen baik gue itu masuk, sekarang kaya udah ada sekat, gue sussah buat deket sama Ayunda sama dua bestie nya itu.”

Monolog Sena Saputra Sambara, tanpa ia sadari, hal itu terdengar oleh Arsita Aurora dan juga Adinda Maharani.

“Ra, sini gue bisikin, gue punya ide.”

Setelah itupun Arsita Aurora hanya bisa mengangguk-angguk tanda setuju.

“Din, kali ini gue kasih dua jempol deh buat lo, tumben lo cerdas.”

Ucap Arsita Aurora nampak senang dengan ide dari sahabatnya itu.

Sementara itu disisi lain, viola Diana Fitri. Ia adalah salah satu Siswi SMA Karya Bangsa yang cukup berprestasi, suaranya yang merdu, membuat ia sering diutus untuk mewakili lomba menyanyi ataupun pentas yang biasanya diadakan setiap akhir tahun di Alun-Alun kota Jogjakarta.

Namun ia merasa sedikit terancam semenjak datangnya Ayunda Kirana ke sekolahanya.

Pasalnya gadis itu pun memiliki suara bagus, pun bisa memainkan alat musik, tak seperti dirinya yang hanya bisa menyanyi.

“kayanya gue harus mengibarkan bendera perang sama gadis caper itu.”

Batin Viola dengan penuh iri dan juga benci.

“Vi, Viola tunggu.”

Panggil seorang gadis yang tak sengaja bertemu di restoran dimana saat itu Viola makan seusai sekolah, biasanya ia makan bersama Sena Saputra Sambara pacarnya, namun kali ini ia sendirian.

“Apaan sih? Gue mau bayar nih.”

Ucap Viola ketus.

“Viola, ini gue Sisil.”

Ucap Gadis dibelakangnya mengenalkan diri.

Ya, Sisilia dan Viola adalah tetangga satu kompleks, namun mereka berdua jarang bertemu, bahkan tak saling mengenal satu-samalain.

Begitulah kehidupan di perumahan elit, bahkan samping rumah yang nyata-nyatanya hanya tersekat dinding, akan tetapi hidup masing-masing, tak peduli iya, dan tak mau tahu itupun sudah biasa.

“Oh, Sisilia, mantan kak Bara?”

Tanya Viola masih dengan nada dingin dan acuh tak acuh.

Namun Sisilia tak peduli akan hal itu, karena ia mendekati Viola hanya karena sebuah maksud tertentu yang ingin ia dapatkan dari gadis didepanya itu.

Hai PDM Lovers, wah apa nih kira-kira yang membuat Karin tiba-tiba menyukai novel?

Apa juga rencana terselubung dari Arsita Aurora dan Adinda Maharani?

Dan Apakah yang di inginkan Sisilia mantan kekasih Sena Saputra Sambara dari Viola Diana Fitri, yang saat ini tengah menjalin hubungan dengan Sena Saputra Sambara?

Nantikan di chapter berikutnya yaa.

Tapi jangan lupa vote, ikuti author, share dan komentar.

Continue to the next chapter...

pangeran dalam mimpi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang