Nggak ada ampun lagi.

5 0 0
                                    

Pangeran dalam mimpi.

Oleh: Bunga Senja.

Chapter 45: gak ada ampun lagi.

“Pak, bu, ini gawat”.

Ucap Delia dan Fanza yang menrobos masuk begitu saja kekamar bapak dan ibunya tanpa mengetuk pintu.

“Gawat? Apanya yang gawat? Kalian kalau ngomong yang bener dong! Jangan sambil ngos-ngosan gitu, pasti lari-lari ya tadi”?

Ucap Devita Zaskia, ibu mereka yang memang sudah biasa bawel itu, namun meskipun demikian, ibu mereka adalah sosok yang baik, yang tak pernah pilih kasih kepada siapapun. Hingga Fanza dan Delia, tumbuh menjadi anak-anak yang baik-baik.

“Itu, bu, anu”.

Fanza ingin menyampaikan tapi tergagap-gagap, sebab ia sangat panik.

“Eh, kalian ini mau ngerjain bapak sama ibu apa gimana? Dari tadi Cuma ini itu”.

Ucap pak Dias yang tak lagi sabaran.

“Bukan pak, tapi, Ayunda”.

“Ayunda? Ayunda Kenapa”?

Belum selesai Delia menyampaikan semua, namun bapak dan ibu mereka sudah memotong perkataan Delia, sebab mereka sangat cemas dengan anak angkat mereka itu.

“Ayunda, pak, bu, dia kecelakaan, sekarang ada dirumahsakit Sarjito”.

Ucap Delia melanjutkan perkataanya yang tadi di potong oleh bapak dan ibunya.

“Inalilahi Wainailaihi Rajiuun, terus, gimana keadaan Yunda sekarang”?

Tanya Ibu Devita yang menangis karena panik.

“Sudah semuanya, nanti kita tanyakan saja dirumahsakit, sekarang mari kita kesana, Fanza, Delia, kalian berdua siap-siap ya, kita buktikan, kalau memang kita akan selalu ada buat Yunda, sekalipun kita hanya keluarga angkat”.

“Baik pak, bu”.

Setelah berkata demikian, mereka semua bergegas siap-siap dan langsung berangkat ke rumahsakit dengan menggunakan mobil.

Disisi lain, Ki Braja sedang menunggu diluar UGD, tempat dimana Ayunda Kirana dirawat. Namun, semenjak awal ia datang, belum juga ada satupun yang menemaninya yang kini menyamar menjadi wujud manusia.

“Sebenarnya, pengen tak tinggal sebentar, tapi kepiye nanti kalau Gusti putri Kirana sadar, pasti dia mencari orang, ah, ya sudah lah, aku tak disini, walau pikiranku terbagi dua, karena aku juga ingin memastikan orang-orang yang mencelakai gusti putri Kirana itu, dapat balasan yang setimpal”.

Tengah asyik dengan lamunanya, tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya.

“Sejak kapan khodam suka ngelamun”?

Ucap Delia dengan senyum polosnya.

“Eh, non Delia, maaf, la habis saya cemas loh, dengan keadaan adik angkatmu itu.”

Jawab ki Braja, entah mengapa Ki Braja kurang bersimpati dengan Delia, bahkan mungkin bisa dikatakan tidak suka.

Tak lama kemudian Defano, Intan, Karin dan Sena Saputra Sambara pun menyusul datang.

“Bara, bagaimana”?

Tanya Ki Braja singkat.

“Walah, lagi PMS ya, ki? Kok tiba-tiba jadi mode jutek gitu”.

Ucap Sena Saputra Sambara dengan senyum usilnya, bukanya tidak tahu tempat, tapi ia hanya ingin semuanya tidak terlalu sedih, supaya nanti kalau Ayunda Kirana terbangun, ia tak terlalu sedih dan cemas.

pangeran dalam mimpi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang