PANGERAN DALAM MIMPI.
Oleh: Bunga Senja.
Chapter 20: Pencarian bagian 2.
“Ti, ti, tidaaaaaaaak! Tolong aku, ampunbukan aku yang menantang kalian untuk berperang”.
Teriakan dari Defano itu menyadarkan Bara yang tengah menghadapi sosok hantu kuntilanak bermahkota, namun ia bingung, jika ia menolong sahabatnya, setan itu pasti tak akan tinggal diam, sementara posisi Defano juga tidak aman, ia tahu persis jikalau sahabatnya tersebut bukanlah sesosok orang yang lihai dalam pertempuran baik itu gaip maupun alam manusia.
KRAAAAAAAASY...
Kelengahan dari Bara tersebut dimanfaatkan oleh nyai Cempaka, sesosok ratu didalam pasar bubrah, secepat kilat dia menghujamkan kerisnya, dengan kecepatan yang luar biasa,.
Wusy, kresy.
AAAAAAARGGGHHHH...
Perut Bara tertusuk keris di sebelah kiri.
“Huahahahahaha”...
“Menyerahlahbocah manusia ”.
Bara yang merasakan sakit teramat sangat pun terhuyung-huyung, berdirinya sudah tak lagi seimbang ia mendekap perut sebelah kirinya yang mengucurkan darah segar.
Melihat hal itu, Andra pun lekas menjatuhkan senjatanya ketanah tanda menyerah.
Dengan posisi berlutut dan tangan terlipat tanda menghormat didepan dada ia berkata.
“Nyai, ampunilah kami, kami hanya ingin lewat, tapi setan nenek tua itu mengganggu kami”.
Huahahahahahaha...
“Setelah kalian banyak membunuh anak buahku, kalian baru minta ampun, hmmm, dasar manusia”.
Suara statis sang nyai Cempaka menjawab permohonan ampun dari Andra.
“Hihihihi, tidak, tidak semudah itu, ikutlah kalian ke istanaku, dan biarlah hakim di kerajaan Bayu Geni ini yang memutuskan kalian bersalah atau tidak”.
“Kerajaan Bayu Geni, jadi, kami ini ada dimana sekarang? Di pendakian merapi kan”?
“Hihihihi, tidak usah banyak bicara , sudah ayo ikut saja”.
Sentak Nyai Cempaka lalu menyuruh para anak buahnya untuk membawa mereka bertiga dengan bebatan kain yang serupa api.
Sementara itu di sisi lain, bu ningsih kembali mencari informasi terkait putranya yang tak kunjung turun dari gunung merapi.
“Nak, jadi dimana kamu, mengapa semuanya tidak ada yang tahu”?
Ningsih menangis setelah mendengar konfirmasi petugas bascamp Selo 7 hari lalu saat anaknya dan kedua temanya mendaki, sayangnya, anak dan kedua teman anaknya itu terhitung pendaki ilegal, jadi nampaknya akan sulit untuk meminta bantuan timsar.
“Ibu, ibu Ningsih tenang dulu ya bu, jangan panik saya dan Intan juga Karin akan mengusahakan supaya Kak Bara, Kak Andra dan Kak Defanosegera ditemukan , tapi ibu jangan panik dulu, ibu berdoa saja ya”.
Ucap Ayunda Kirana sambil memeluk bu Ningsih ia berharap pelukanya itu akan berarti untuk meredakan kekalutan yang sedang melanda hatinya.
“Tenang, tenang bagai mana maksud neng, jelas-jelas anak saya tidak diketahui keberadaanya! Duh Gustii, Kumaha ini”?
Bentak Ibu Ningsih, ia nampak sekali kesal dan panik.
“Bu, tenang dong, kalau ibu Ningsih nangis terus gini, gimana kita mau berpikir untuk melakukan pencarian? Gimana kita mau dapatjalan keluar”.
Intan pun nampak kembali kesal dan memberikan jawaban ketusnya.
“Tan, lo diem napa sih, harusnya kita yang maklum, karena ibu Ningsih ini lagi bener-bener panik, coba deh lo bayangin ada diposisinya, lo pasti belum tentu sekuat ini tan”.
Ujar Ayunda Kirana menengahi, sebelum terjadi keributan yang semakin parah.
“Iya-iya Nda, maafin gue”.
Jawabnya singkat.
“Duh Gusti, nampaknya junjungan hamba Gusti Ayunda Kirana tengah menghadapi permasalahan, hmmm, saudara bukan, teman juga bukan tapi dia begitu peduli dan ingin menolong”.
Ucap sang khodam macan putih ki Braja.
Tapi, nampaknya aku tak bisa jika harus sendirian, apa lagi di gunung Merapi ini ada kerajaan gaib yang sangat besar, ya, namanya Bayu Geni, aku tahu itu dari Guru Resi, hmmm, nampaknya aku harus sowan pada beliau untuk minta bantuan”.
Setelah bermolog demikian, lekas Ki Braja pun melesat terbang menuju ke padepokan gurunya, di padepokan Tengkorak Putih.
Bagaimana nasib bara, dan kedua temannya mampukah mereka keluar dengan selamat dari kerajaan gaib bayu geni? Terus ikutin chapter selanjutnya ya, dan jangan lupa kasih fhotnya, like, komen, and share ke sosmed temen-temen semua ya.
Continue the next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
pangeran dalam mimpi.
RomanceAyunda Kirana, sejak kecil selalu diperlakukan berbeda oleh keluarganya, sehingga harus menjalani kehidupan yang cukup keras, namun karena itulah dia bisa menjadi gadis yang tangguh, perangainya yang barbar, kocak namun baik hati, buatnya banyak me...