2. Sebuah Tawaran

2.2K 158 9
                                    

Ronald terburu-buru memarkirkan honda beat kesayangannya di parkiran khusus karyawan di sebuah cafe di kawasan elite Jakarta, The Felix, sebuah cafe dan restoran mewah dengan ciri khas Paris. Sepuluh menit lagi shift kerjanya akan dimulai. Walaupun si pemilik cafe adalah sahabatnya sendiri si pria blasteran Prancis, Ferdinand Felix atau yang biasa dia panggil Felix, Ronald tidak mau sesuka hatinya. Dia tetap menghargai yang namanya work ethic. Harus tetap menjaga image terbaiknya sebagai karyawan di The Felix yang sudah kurang lebih empat tahun ini diusahakannya.

Waktu kerja Ronald memang dimulai pukul empat sore. Biasanya Ronald tiba setengah jam atau paling lambat lima belas menit sebelum shift-nya dimulai. Tapi hari ini adalah rekor terlamanya tiba di tempat kerja.

Ini semua karena Ronald harus mengejar dosen PA-nya yang memang susah sekali untuk ditemui. Dia sudah menghabiskan waktunya di kampus dari pagi demi mengejar sang dosen yang memang tidak suka buat janji via chat atau telepon. Maklum lah, Ronald mendapatkan dosen yang sudah sangat senior di kampusnya.

Ronald yang memang sudah tidak memiliki mata kuliah lagi semester ini harus siaga dari pagi untuk mengikuti jadwal dosennya yang kebetulan ada mata kuliah tadi pagi. Begitu sang dosen sepuh, Pak Ramli, selesai mengajar kelasnya Ronald segera membuntutinya sampai ke ruangan dosen dan menemuinya di sana untuk mengajukan judul skripsinya. Sayangnya jadwal pak Ramli lumayan padat dan baru kosong sekitar jam tiga sore. Ronald yang tidak mau membuang waktu, menyetujui untuk melakukan konsultasi sesuai waktu yang ditawarkan dosennya.

Sebenarnya Ronald cukup deg-degan karena waktu dia bertemu dengan dosen dan waktunya masuk kerja sangatlah mepet, hanya berjarak satu jam. Perjalanan dari kampus ke tempat kerjanya bisa memakan waktu setengah jam menggunakan sepeda motor sedangkan dia masih belum tahu berapa lama akan menghabiskan waktu dengan dosennya.

Bukan sahabatnya tidak akan mengerti alasan Ronald jika dia terlambat datang untuk bekerja, tapi Ronald tidak mau jadi bahan pembicaraan bagi karyawan lain apalagi mengetahui dia bisa bekerja di situ karena dia bersahabat dengan si pemilik cafe. Dia hanya ingin mempertahankan keprofesionalitasannya dalam bekerja. Makanya dia selalu berusaha untuk datang tepat waktu selama bekerja di The Felix.

Ronald berjalan menuju pintu masuk karyawan yang terdapat di bagian belakang cafe, tidak jauh dari parkiran khusus karyawan.

"Tumben Ron?" Tanya Rahmat yang dilewatinya ketika mau masuk ke cafe. Rahmat yang juga karyawan bagian kitchen di The Felix sedang memasukkan satu bundelan ke tempat sampah besar yang berada di belakang cafe. Bahkan Rahmat heran melihat Ronald yang tumben sekali kelihatan buru-buru. Tapi lebih heran ketika dia melihat jam di tangannya masih menunjukkan sepuluh menit lagi waktu pergantian shift.

"Iya ni bang, habis jumpai dosen PA tadi. Gue duluan ya bang, mau ganti baju dulu. Sepuluh menit lagi nih!" Jawab Ronald sambil berlalu.

Rahmat cuman bisa geleng-geleng kepala melihat teman kerjanya yang satu itu. Selalu on time dia.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ronald dan beberapa karyawan lain tampak sedang berberes. Masing-masing dari mereka menyelesaikan tugas sesuai dengan job desc-nya. Ronald dan waiters lainnya membersihkan beberapa meja yang masih penuh dengan gelas atau piring dari pelanggan terakhir mereka tadi. Vina, di bagian kasir, sedang siap-siap untuk membuat laporan penjualan di hari itu. Eric si Barista sedang membereskan peralatan coffee maker-nya. Dan beberapa orang di bagian kitchen juga sedang sibuk berberes. Biasanya setelah menyelesaikan semua tugas mereka dan berganti pakaian, Pak Dino, manajer cafe dan restoran, akan melakukan briefing sebelum pulang. Setelah itu barulah mereka bubar.

(IM)POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang