Ronald: Sa, besok siap-siap jam 6 pagi. Aku jemput ya. Pake pakaian santai aja.
Salisa melotot ketika membaca pesan dari Ronald barusan. Semenjak acara Launching Party minggu lalu ini bokem seenak jidatnya memanggil Salisa dengan nama kecilnya. Sekarang dengan sesuka hatinya malah merintah-merintah Salisa.
Salisa: Besok ga bisa. Udah ada janji.
Ronald: Jangan bohong, Sa, ga baik
Ronald: Aku udah nanya Mbak Nayla, besok kamu free 😏
Huh, bocah! Main langsung nanya ke Nayla aja jadwal gue. Ni juga Nayla napa dah bocor banget. Batin Salisa dengan kesal. Ingatkan ia untuk menegur sekretarisnya itu nanti.
Salisa: Emangnya mau kemana sih? Mana pagi banget.
Ronald: Ngedate lah!
Ronald: Tapi kali ini agak jauh makanya berangkat pagi
Membaca itu membuat Salisa tiba-tiba bersemangat. Kemana ni Ronald ngajak gue?
Salisa: Kemana?
Ronald: Ya kalau dibilang ga surprise lagi dong. Gimana sih kamu Sa?
Ronald: Prepare barang bawaan karena ini agak jauh perjalanannya
Salisa: Ga nginep kan?
Ronald: Ngarep banget nginep ya 😏
Salisa: Heh bocah! 😡👊🏼
Ronald: HAHAHA.. becanda
Ronald: Ga nginep kok, tapi ya prepare aja
Salisa: Oke deh
Ronald: Oke. See you tomorrow morning ya, Sa
Salisa: Sa sa sa sa 😤
Ronald: Sa apa? Sa...yang gitu? 🤣 *kabooorrr*
Salisa: *block your number*
Mampus kan gue blok! Ni anak ada aja kelakuannya. Makin kemari makin makin deh. Kan jantung gue jadi nggak aman gara-gara dia. Ya Allah.. gini amat ya dibikin salting sama brondong. Brondong banget nggak tuh!
Salisa memang beberapa kali melakukan itu kalau hatinya sedang merasa tidak aman dengan segala kerandoman Ronald. Siapa yang tahan coba! Nanti kalau dirasanya sudah tenang barulah ia membuka blokirannya lagi. Salisa menghela nafasnya pelan lalu menelungkupkan separuh badannya di atas meja kerjanya. Merasa heran dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya ia bertingkah kayak anak abege lagi jatuh cinta.
Ingat umur Sa.. ingat umur!
Ini semua gara-gara Salisa tidak sengaja mendengar percakapan Ronald dan Ryu di balkon kantor Bloom minggu lalu. Ryu yang mengungkapkan perasaannya ke Ronald memutuskan untuk mundur setelah melihat bedanya perhatian yang diberikan Ronald kepada Salisa. Kalau dari kesimpulan yang bisa Salisa ambil dari curi dengarnya malam itu, Ronald suka dengan Salisa dan Ryu memilih untuk mengalah.
Mana Ronald nggak bantah lagi soal itu, kan gue jadi kepedean yak kalau tuh anak emang suka gue. Tapi masa' iya sih gue sama brondong. Mana gue suka lagi dengan segala bentuk perhatiannya. Boong juga kalau gue nggak suka sama gombalan-gombalannya. Ya Allah, gini banget ya yang jablai udah hampir enam tahun. Fakir asmara banget gue! Nggak tau lah, gue bingung sama diri gue sendiri!
Salisa kembali menghela nafasnya lalu mengangkat separuh tubuhnya ke posisi duduk yang benar. Harus kembali ke mode Salisa yang berwibawa, elegan, dan tegas. Apa kata Nayla nanti kalau dia masuk ke ruangan Salisa dalam keadaan ia sedang tidur-tiduran di jam kerja.

KAMU SEDANG MEMBACA
(IM)POSSIBLE
FanfictionSalisa Amira wanita mandiri berusia 32 tahun, direktur dari sebuah perusahaan manajemen artis dan pengelola bakat bernama SA Agency. Ekspresi datar, dingin, dan tegas adalah image yang Salisa bangun sejak dirinya bercerai dari mantan suaminya lima t...