Ronald merasa sedikit bad mood sebab Salisa tidak bisa diajak pergi kencan minggu ini. Padahal Ronald sengaja ambil off di hari sabtu agar bisa menghabiskan waktu berdua saja dengan Salisa. Ronald juga sudah merencanakan kencan yang proper kali ini. Ya, meskipun masih berupa kencan sederhana, seperti makan berdua, disambung nonton bioskop, terus jalan-jalan keliling naik sepeda motor di malam hari. Paling tidak itu yang bisa mereka lakukan berdua saja, benar-benar berdua, setelah hubungan mereka naik level di minggu lalu.
Dirinya bahkan sempat curiga karena Salisa pernah berbohong dengannya waktu itu. Membuat Salisa meminta Ronald langsung bertanya kepada Nayla untuk menanyakan jadwalnya. Memang betul Salisa ada meeting dengan client penting sabtu ini. Oleh karena itu, hari libur Ronald yang akhirnya gagal untuk ngedate bersama Salisa, ia habiskan dengan melanjutkan revisian skripsinya. Setidaknya, libur kali ini tidak sia-sia begitu saja.
Ronald yang begitu tekun mengerjakan revisiannya terus menghabiskan waktunya di kamar. Sesekali keluar kalau ia butuh ke kamar mandi atau berwudhu. Kemudian sekitar jam setengah lima sore Riyana mengirim pesan kepadanya.
Riyana: Ron, lo nggak kemana-mana malem ini kan? Temenin kita main ke pasar malam yang ada di lapangan depan itu ya entar malem.
Ronald: Iya, kak
Riyana: Lo buruan mandi dah. Selesai maghrib kita langsung gerak. Entar cari makan malam di luar aja, gue nggak masak hari ini.
Ronald: Iya kakakku yang bawel
Riyana hanya mengirimkan stiker dengan gambar jari tengah diacungkan sebagai balasan. Ronald tertawa kecil dan tidak membalas lagi. Memutuskan untuk beristirahat dengan tiduran sebentar lalu setengah jam sebelum masuk maghrib Ronald pun mandi. Bersiap-siap untuk menemani keluarganya yang mau bermain ke pasar malam.
Ah, mungkin ini memang sudah jalannya. Ronald batal pergi ngedate dengan Salisa, positifnya Ronald dapat menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarganya yang jujur saja sudah lama tidak dilakukannya karena sibuk. Ronald pun kembali bersemangat.
***
Ketika turun ke lantai bawah Ronald dikejutkan dengan kehadiran Salisa yang sedang bersenda gurau dengan anggota keluarganya di ruang tamu sambil menikmati donat.
Bentar, itu ibunya ikutan makan donat? Apa Ronald tidak salah lihat?
"Bu, kok makan donat?" Tanya Ronald, mengambil ancang-ancang akan menceramahi ibunya soal tidak boleh makan yang mengandung gula berlebihan.
"Tenang, Ron, ini donat khusus untuk Ibu sugar free. Aku yang bikin sendiri tadi. Ini aman banget untuk dimakan." Salisa yang menjawab.
"Iya, Ron. Ini Nak Salisa yang bikin sendiri khusus untuk Ibu. Masa' yang lain makan donat, Ibu nggak." Sahut ibunya sambil cemberut tapi kembali menggigit donatnya yang baru setengah dia makan.
"Bang, lo nggak mau ni donatnya. Cepetan ambil sebelum gue sama Rhea habisin nih." Seru Rubina yang sudah melahap donat keduanya.
Rubina dan Rhea duduk di bawah sedangkan Salisa, Rahayu dan Riyana duduk di kursi tamu. Dua kotak donat tersaji di atas meja, satu berisi donat biasa dengan berbagai topping glaze yang menggiurkan, satu kotak berukuran lebih kecil berisi donat yang dibuat Salisa khusus untuk ibunya Ronald.
"Enggak, nanti aja." Tolak Ronald, "Ini kita jadi pergi apa nggak?"
"Jadi dong, Ron." Jawab Riyana.
"Tapi..." Mata Ronald tertuju pada Salisa. Ronald berpikir karena Salisa mendadak bertamu mereka tidak jadi pergi.
Riyana yang mengerti langsung menjelaskan. "Sebenarnya aku udah dari kemarin-kemarin janjian sama Mbak Sal mau main ke pasar malam yang ada di sini. Kebetulan malam minggu ini bisa, ya udah. Jadi entar kita pergi ramean ke sana."
YOU ARE READING
(IM)POSSIBLE
FanfictieSalisa Amira wanita mandiri berusia 32 tahun, direktur dari sebuah perusahaan manajemen artis dan pengelola bakat bernama SA Agency. Ekspresi datar, dingin, dan tegas adalah image yang Salisa bangun sejak dirinya bercerai dari mantan suaminya lima t...