5. Mengambil Keputusan

1.5K 129 3
                                    

Grup Chat "4Ever"

Yejia: Siang ini ngumpul yok?

Felix: Gas!

Ryu: Yok!

Felix: Anak Muda?

Ronald: Jam 1 ya? Gue ada urusan bentar.

Ryu: Okeh.

Yejia: Okay!

Felix: Sip.

Ronald sedang mengendarai sepeda motornya menuju Cafe Anak Muda, tempat nongkrong favorit Ronald dan teman-temannya yang berlokasi di dekat SMA mereka dulu. Dia sudah janji akan bertemu dengan ketiga sahabatnya itu di sana.

Tidak ada rutinitas bagi mereka untuk berkumpul, biasanya kalau mereka sempat saja dan lebih sering dilakukan secara spontan, karena kalau sudah direncanakan jauh hari selalu gagal.

Seperti pagi ini setelah Yejia memberikan info tentang private tutor, gadis itu mendadak muncul di grup ngajak berkumpul, yang untungnya mereka berempat pada available.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi isi kepala Ronald sedang berisik. Pasalnya Riyana tadi menelepon sehabis dia bertemu dengan Salena.

"Ya, Kak?" Jawab Ronald yang berdiri di sebelah motornya di parkiran SAMARA.

"Ron, tadi Rubina bicara sama aku soal study tour-nya itu. Dia nanya, aku ada simpenan nggak. Ya aku bilang ada, tapi nggak banyak. Aku cuman ada lima juta, Ron. Itu pun emang aku kumpulin untuk persiapan Rhea masuk sekolah tahun depan. Tapi kalo mau dipake ya nggak papa lah, Ron, demi Rubina."

Ronald memejamkan matanya, ternyata Rubina benar-benar kepingin ikut study tour itu.

"Kak, kalau pun ditambah sama tabungan gue tetap nggak akan cukup. Bulan ini gue belum gajian, ditambah gaji gue pun juga nggak bakal cukup."

"Tadi sih bilangnya nggak papa kalau memang nggak ada, dia cuman nanya aja sama aku. Katanya nggak apa-apa kalo nggak ikut. Tapi keliatan banget sedihnya dia, Ron." Ada jeda sebentar sebelum Riyana melanjutkan, "Kalau kita gabungin tabungan kita terus ditambah sama pensiunan ayah, kita tinggal cari sisanya aja kan? Kita cari pinjeman aja nanti gimana, Ron? Kasian aku liat dia murung gitu."

Ronald menggeleng kepalanya, tidak setuju.

"Nggak, Kak. Lo nggak boleh pake tabungan lo. Itu kan untuk biaya sekolah Rhea nanti." Ronald menarik dan membuang nafasnya perlahan, "Udah ya kak. Lo nggak usah mikirin soal ini. Biar gue yang usaha. Entar gue coba pinjem ke Felix aja. Mudah-mudahan dia mau ngasih."

Riyana terdiam beberapa detik di ujung telepon sana.

"Gitu, Ron. Ya oke lah. Mudah-mudahan Felix mau kasih pinjem ya. Entar aku bantu bayar pinjemannya."

"Udah kak, lo tenang aja. Biar gue yang urus. Tapi jangan kasih tau Rubina dulu ya, Kak, biar jadi surprise aja."

"Siap, Bos! Aku tutup teleponnya ya."

Sebelum sambungan telepon terputus Ronald sempat mendengar Riyana yang menghela nafas lega sembari mengucapkan kalimat syukur.

Sekarang Ronald bingung. Dia sama sekali tidak masalah kalau harus menggunakan tabungannya, dia juga bisa minta gajinya diberi lebih awal ke Felix, urusan biaya skripsi gampang, dia baru saja dapat kerjaan sebagai tutor, yang penting Riyana tidak perlu memakai tabungannya.

Yang menjadi masalah adalah Ronald segan sekali mau pinjem uang ke Felix, apalagi ini dalam jumlah besar. Sahabatnya itu pasti tidak akan keberatan. Justru Ronald yang merasa berat karena Felix sudah baik sekali selama ini kepadanya. Sudah terlalu banyak hutang budi Ronald ke Felix. Dia tidak mau menambah lagi, bingung membalasnya.

(IM)POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang