Salisa terkejut saat mendapati Nayla sedang bergandengan tangan dan saling bertukar senyum dengan seorang laki-laki yang ia kenal. Berdiri di barisan antrian kedua, seorang laki-laki yang belakangan ini menjadi lebih dekat dengan Salisa ikut menyapa lelaki yang sedang bersama Nayla. Membuat keempat mata yang sepertinya adalah sepasang kekasih itu membelalak ketika nama mereka dipanggil. Ekspresi mereka benar-benar terkejut sampai mereka harus mematung di tempat mereka berdiri.
"Woi bro, kok ngefreeze? Buruan minggir." Suara Ronald menyadarkan laki-laki blasteran bernama Felix itu dari keterkejutannya. Dari tempatnya berdiri Salisa bisa melihat ekspresi tengil Ronald yang seakan-akan tidak tahan untuk menggoda sahabatnya itu.
Melihat Salisa yang juga menatapnya dengan tatapan siap menggoda, cepat-cepat Nayla melepaskan gandengan tangannya dari Felix. Sepertinya dia tidak menyangka akan ketahuan oleh sang atasan di tempat seramai ini, mengingat betapa introvert bos-nya itu. Salisa pun memberikan tatapan-menuntut-penjelasan kepada Nayla ketika dia dan Felix melewatinya setelah sadar kalau mereka mulai menarik perhatian banyak orang.Setelah Nayla dan Felix menyingkir antrian Salisa sekarang semakin maju, menjadikannya sejejer dengan Ronald. Ia sama sekali tidak menyangka bisa bertemu dengan laki-laki itu di sini.
"Temen kamu pacaran sama sekretaris saya?" Tanpa basa-basi Salisa langsung menanyakan hal itu. "Kenapa nggak pernah bilang?"
"Saya juga baru tahu, Mbak. Selama ini Felix selalu sembunyiin pacarnya." Ronald menunjukkan ekspresi sama-sekali-tidak-tahunya tentang Felix dan Nayla.
"Harus diinterogasi sih mereka nanti." Lanjut Ronald, muka tengilnya kembali hadir.
"Harus!" Salisa menyetujuinya lalu tertawa kecil, merasa absurd sekali dengan kebetulan yang terjadi malam ini.
"Jadi kamu sama siapa kemari?" Tanya Salisa sambil melangkahkan kakinya ke depan karena antrian semakin berkurang.
"Saya bareng Ryu, Mbak."
"Oohhh." Bareng Ryu...
"Mbak sama siapa?"
"Nova." Jawab Salisa singkat.
Ronald mengangguk. Kemudian tidak ada lagi obrolan yang terjadi, mereka fokus dengan antrian yang sebentar lagi giliran mereka akan tiba.
***
"Sal, kemari lah cepat. Lihat siapa ini yang kujumpai..." Belum selesai Nova berbicara, matanya membulat ketika melihat dengan siapa Salisa berjalan, siapa lagi kalau bukan Ronald.
"Ronald! Kok bisa kau di sini juga? Apa kelen janjian semuanya?" Suara Nova yang menggelegar itu jelas menarik perhatian orang lain yang juga berdiri menunggu di dekat mereka
"Nop, suara lo itu!" Bisik Salisa menegur Nova ketika dia sudah berdiri di sebelahnya.
Ronald tersenyum dan menyapa, "Mbak Nova, apa kabar?"
"Ih baik kali aku." Jawabnya penuh semangat.
Sekarang ini Ronald, Ryu, Felix, Nayla, Salisa dan Nova sedang berdiri di dekat pintu studio masuk tempat film mereka akan diputar. Satu kebetulan lagi yang terjadi, ternyata film yang akan mereka tonton adalah film yang sama. Sebentar lagi mereka akan diperbolehkan masuk.
"Jadi kalian janjian pada mau nonton?" Nova menunjuk Ronald, Ryu dan Felix lalu matanya fokus pada Nayla. "Nayla, kau kok bisa di sini juga?"
Sekretaris Salisa itu kelihatan salah tingkah wajahnya memerah. Sekarang semua mata tertuju kepadanya. Felix yang tidak tega melihat kekasihnya menjadi pusat perhatian akhirnya berkata jujur.
"Nayla datang sama aku." Katanya mantap sambil meraih tangan Nayla dan menggandengnya.
Nova kembali membelalakkan matanya ketika melihat aksi Felix barusan, begitu juga dengan Ryu. Ronald dan Salisa tidak terkejut lagi karena sudah memergoki mereka berdua tadi di antrian membeli snack.
KAMU SEDANG MEMBACA
(IM)POSSIBLE
FanficSalisa Amira wanita mandiri berusia 32 tahun, direktur dari sebuah perusahaan manajemen artis dan pengelola bakat bernama SA Agency. Ekspresi datar, dingin, dan tegas adalah image yang Salisa bangun sejak dirinya bercerai dari mantan suaminya lima t...