Salisa memandang layar ponsel pintarnya tidak percaya. Lebih tidak percaya lagi pada dirinya sendiri yang akhirnya memutuskan untuk menjawab okay sebagai balasan pesan dari si Ronald Ronald itu.
Mau marah tapi Salisa sedang dalam keadaan terdesak. Pihak Bloom sudah meminta foto profil model yang mereka butuhkan. Mau tidak mau senin ini Salisa harus sudah mendapatkan sepasang model dan melakukan pemotretan untuk dikirim ke pihak Bloom.
Salisa hampir putus asa. Pasalnya di kantor tadi, tim talent scout mengadakan audisi terbuka, ada lima pasang perempuan dan laki-laki yang lolos seleksi, setelah dikirim ke pihak Bloom hanya satu dari model perempuan yang mereka pilih. Mereka belum menemukan yang pas untuk model laki-laki.
Salisa benar-benar bingung harus mencari kemana lagi. Baru kali ini pihak client cukup merepotkan, membuatnya langsung turun tangan. Disaat kepalanya hampir meledak memikirkan masalah ini sebuah pesan dari nomor asing masuk ke ponselnya, ternyata Ronald.
Jujur Salisa masih sangat berharap Ronald mau menerima tawarannya waktu itu. Ia sudah menunggu beberapa hari tapi Ronald tak kunjung menghubunginya. Soal ancaman, sebenarnya Salisa hanya menggertak. Ia aslinya tidak tega kalau harus cepu kepada kakaknya soal Ronald. Sepertinya Ronald cocok menjadi tutor keponakannya. Jadi mana mungkin dia tega merusak itu.
Ketika pesan Ronald masuk dan Salisa membacanya, seluruh beban yang ada di pundak Salisa seperti terangkat semua, pundaknya terasa sangat ringan. Senyum pun tidak lepas dari wajah Salisa bahkan ketika ia membalas pesan, namun senyum itu terpaksa ditahan dulu saat pesan dari Ronald yang selanjutnya ia baca.
Ronald: Sebelumnya saya mohon maaf, Mbak Salisa. Saya baru akan bersedia terima tawaran itu kalau Mbak Salisa mau penuhi syarat dari saya terlebih dahulu. Kalau Mbak ada waktu, sabtu ini kita ketemu di Mall ini jam 1 siang. Saya akan jelaskan semuanya di sana. Bisa kan, Mbak?
Apa maksudnya coba? Ternyata selain songong, si Ronald itu bernyali besar juga ya. Bisa-bisanya dia mengajukan syarat kepada seorang Salisa.
Kalau bukan karena Salisa sedang butuh, rasanya kepingin sekali marah. Mana mengajak ketemuan lagi di luar jam kantor. Kalau bukan karena butuh, sudah pasti akan ditolak mentah-mentah olehnya. Tapi ia harus bisa menahan diri dan bersabar. Ia sudah terdesak. Salisa tidak punya pilihan lain, walaupun ia harus rela nanti melakukan apapun itu syarat yang diminta Ronald.
Salisa siap kalau nantinya laki-laki itu meminta uang dalam jumlah yang besar. Kalau hal lain, apakah Salisa siap?
***
Salisa tiba sepuluh menit di Mall yang sudah dijanjikan sebelum jam satu siang. Salisa dan Ronald sepakat untuk bertemu di salah satu restoran khas Italy di mall tersebut, lebih keinginan Salisa untuk bertemu di sana, kebetulan Salisa lagi kepingin makanan ala Italy. Jadi ya sekalian saja.
Salisa orang yang on time jadi paling tidak bisa kalau nanti dia harus menunggu atau ditunggu. Salisa sudah sangat yakin kalau dia yang akan tiba duluan, tapi pesan yang masuk dari Ronald mengatakan kalau dia sudah tiba dan sudah mereservasi tempat untuk mereka. Sial!
Ketika Salisa tiba di tempat tujuan dan Ronald melihatnya berjalan menuju meja mereka, laki-laki itu tersenyum agak canggung tapi dia segera berdiri, berjalan ke seberang meja dan menarik kursi yang akan Salisa dudukin. Well!
"Silahkan duduk, Mbak." Katanya. Salisa bisa menangkap sedikit ada getaran di suaranya, mungkin dia gugup.
Salisa hanya memberi sebuah anggukan, membuka kacamata hitamnya dan segera duduk.
"Apa kabar, Mbak?" Tanya Ronald setelah dia duduk kembali di kursinya, mencoba berbasa-basi.
Salisa menaikkan satu alis matanya, "Saya baik, Mas Ronald. Kita langsung pesan aja supaya nanti bisa langsung membahas inti dari pertemuan ini. Gimana?" Salisa berusaha memberikan nada suara setajam mungkin agar bisa mengelabui Ronald kalau sebenarnya ia juga cukup nervous saat ini, deg-degan dan penasaran ingin tahu syarat dari Ronald.
KAMU SEDANG MEMBACA
(IM)POSSIBLE
FanfictionSalisa Amira wanita mandiri berusia 32 tahun, direktur dari sebuah perusahaan manajemen artis dan pengelola bakat bernama SA Agency. Ekspresi datar, dingin, dan tegas adalah image yang Salisa bangun sejak dirinya bercerai dari mantan suaminya lima t...