3. Selalu Ada

1.8K 130 6
                                    

Sudah menjadi kebiasaan setiap pagi Ronald bangun subuh untuk membantu kakaknya, Riyana, mempersiapkan jualan sarapan di depan rumah mereka. Sejak ditinggal tanpa kejelasan dari suaminya tiga tahun yang lalu, Riyana harus berjuang sendiri demi melanjutkan hidup dan membesarkan anak perempuannya yang masih berusia empat tahun, Rhea.

Sebenarnya Riyana tidak sepenuhnya berjuang sendiri karena dia masih punya ibu dan dua adiknya, Ronald dan Rubina. Walaupun Riyana harus menerima pahitnya hidup gagal dalam berumah tangga, paling tidak dia masih punya ibu dan dua adik yang mau menerima dan menyayangi dirinya serta putri kecilnya.

"Nggak lanjut tidur lagi kamu, Ron?" Tanya Riyana yang melihat Ronald duduk di salah satu kursi pembeli, sedangkan dirinya menyusun berbagai macam kue yang dititip tetangga sekitar untuk dijual sekalian dengan menu sarapan di steling jualan miliknya.

Biasanya sehabis membantu Riyana mengangkati semua perlengkapan jualan dari dapur ke depan rumah mereka, Ronald bakal lanjut tidur lagi kalau dia tidak ada jadwal kuliah pagi. Riyana maklum kalau adik laki-lakinya itu butuh istirahat karena setiap enam hari dalam seminggu Ronald harus pulang malam karena berkerja, tapi dia tetap mau bangun pagi untuk bantu kakaknya mempersiapkan jual sarapan.

Riyana merasa bangga dan haru karena Ronald tumbuh jadi anak laki-laki yang bertanggungjawab meski harus kehilangan sosok ayah di saat usianya masih kecil, saat itu Ronald masih dua belas tahun. Rela kuliah sambil berkerja demi membantu ekonomi keluarga mereka yang tadinya hanya bergantung pada pensiunan sang ayah yang semasa hidupnya adalah seorang guru. Syukurnya baik Ronald maupun Rubina adalah anak-anak yang pintar dan berprestasi sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar, sehingga mereka tidak pusing soal biaya sekolah karena selalu mendapatkan beasiswa.

Walaupun masih berkerja paruh waktu, gaji Ronald lumayan bisa membantu bayar keperluan bulanan rumah tangga mereka juga untuk menambah biaya beli obat ibu mereka yang sejak lama sudah menderita diabetes tipe 1 dimana ibu mereka diharuskan untuk suntik insulin minimal dua kali sehari. Sedangkan penghasilan dari dagangan Riyana cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

"Gue nunggu si Rubi, Kak. Tadi malem katanya mau nunggui gue pulang kerja karena ada yang mau diomonginya. Gue sampe rumah, eh dianya udah tidur." Jelas Ronald.

Riyana tertawa, "ya lagian gegayaan mau nunggui kamu pulang kerja, padahal anaknya nggak tahan tidur malem-malem. Paling lama juga jam sepuluh dia udah tidur biasanya."

"Mau omongin apa sih dia, Kak? Penasaran gue, soalnya tumben banget sampe nge-chat gue begitu." Ronald berdiri dari kursinya karena ada dua orang pembeli yang datang, memberikan gestur silahkan duduk pada keduanya.

Riyana cuman mengedikkan bahu lalu mengalihkan perhatiannya dan menyapa dengan ramah dua pembeli yang merupakan pelanggan setia mereka, "mau makan di sini atau bungkus, Bu?"

"Makan di sini, Dek Riya. Seperti biasa lontong sayur dua pakai telur tapi yang satu jangan pakai tauco ya." Jawab si ibu yang datang bersama anak perempuannya yang memakai seragam SMP.

"Siap Bu." Lalu dengan cekatan Riyana mempersiapkan pesanan si Ibu dan anaknya.

***

Ronald tersenyum ramah menyapa dua pelanggan setia mereka sambil berjalan menuju teras rumahnya dan duduk di salah satu kursi plastik yang ada di situ. Dari sana dia memperhatikan Riyana yang sangat lihai dalam melayani pembeli. Biasanya pelanggan setia mereka akan mulai ramai berdatangan sekitar jam enam pagi. Mereka adalah orang-orang yang tinggal di sekitar perumahan situ. Meskipun ramai tapi tak sedikitpun kakaknya itu terlihat kewalahan dalam melayani mereka, baik yang makan di sana maupun yang dibungkus untuk dibawa pulang.

Ronald bangga melihat kakaknya yang tidak berlarut-larut dalam kesedihan sewaktu ditinggal begitu saja oleh suaminya dulu. Padahal waktu itu usia pernikahannya baru jalan dua tahun dan Rhea masih berusia satu tahun. Meski Ronald geram dengan lelaki kurang ajar itu tapi dia harus tetap kuat dan menyamangati sang kakak agar segera move on dari pengalaman pahit itu.

(IM)POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang