16. Night Ride

495 106 20
                                    

Salisa: Kamu kemari pakai kendaraan apa?

Ronald: Motor Mbak.

Salisa: Jangan pulang dulu saya nebeng ya. Jalan pulang kita searah.

Ronald: Tapi Mbak, saya naik motor loh.

Salisa: Terus?

Ronald: Memangnya Mbak mau naik motor saya?

Salisa: Emangnya kenapa?

Ronald: Takut Mbak ga nyaman, motor saya jelek soalnya.

Salisa: Masih bisa jalankan? Pokoknya saya nebeng ya. 🙏🏼

Ronald: Iya Mbak.

Ronald menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tidak bisa menolak dan mendadak nervous karena permintaan Salisa yang mau pulang bersamanya naik motor padahal Salisa bisa minta diantarkan keluarganya atau naik taksi online.

Karena itulah sekarang Ronald masih duduk diantara keluarga Salisa. Mereka semua berkumpul di ruang keluarga menonton acara kuis di TV setelah selesai BBQ-an tadi. Keempat ponakan Salisa bahkan sudah tertidur di atas karpet yang terbentang di depan TV.

Jam menunjukkan pukul 9 ketika Salisa keluar dari kamar papanya. Selama dia bersama Surya tidak ada yang berani mengganggu. Jadi mereka semua menunggu sampai Salisa sendiri yang keluar dari kamar. Semua mata sekarang tertuju pada Salisa. Raut penasaran bercampur tegang menghiasi wajah mereka yang melihat Salisa, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa sih kok pada tegang gitu mukanya?" Salisa bertanya pada semuanya, lalu terkekeh.

"Papa udah makan dan minum obat, sekarang udah tidur." Lapornya santai seakan-akan tidak pernah ada kerenggangan dan ketegangan antara dia dan papanya selama lima tahun terakhir.

"Oh iya, Ma, lupa lagi bawa keluar piring kotornya." Salisa menepuk jidatnya.

"Udah nggak apa-apa, nanti biarin Mama yang beresin."

"Okelah. Kalau gitu Sasa pamit pulang ya."

"Loh kok pulang, Sa? Nggak nginep sini aja. Mobilmu kan tinggal di kantor. Besok bisa aku antar." Satya menawarkan.

"Nggak lah, Mas. Besok pagi aku buru-buru karena ada meeting lagi, aku juga nggak bawa baju ganti. Ini tadi minjem sama Mbak Nana." Jawab Salisa sambil menunjuk jeans dan hoodie biru yang dia pinjam dari kakaknya.

"Kayak nggak bisa pakai baju aku lagi aja kamu, Sa." Kata Salena, menggelengkan kepalanya heran.

"Udah nggak apa-apa, Mbak. Nanti kapan-kapan aku tidur di sini deh."

"Beneran?" Dalila berseru, wajahnya terlihat tidak percaya tapi bahagia jelas terpancar. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun Salisa berkata ingin tidur di rumah ini lagi.

"Iya, Ma, Sasa janji."

"Ya udah, kalau gitu sekalian minta antar Aga aja. Ga, kamu antar Mbak Sasa sekalian ya." Pinta Satya pada Shaga yang berencana mau mengantar pulang tunangannya.

"Nggak usah, Mas, aku pulang sama Ronald."

Lagi-lagi perkataan Salisa mengangetkan semua yang ada di sana. Kali ini pandangan mereka tidak hanya ke Salisa saja, tapi juga mengarah ke Ronald.

Sepertinya malam ini Salisa tak henti-hentinya memberikan kejutan bagi keluarganya. Mulai dari dirinya yang bersedia menemui papanya bahkan menghabiskan waktu lama berdua, sekarang tiba-tiba mengatakan kalau dia akan pulang bersama Ronald. Kemana perginya Salisa yang dingin, keras bagaikan batu dan susah dibilangin itu? Ini seperti bukan Salisa.

(IM)POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang