27. Deep Talk

2.6K 318 84
                                    

Bacanya pelan-pelan aja ya, guys. Ada 3,4k lebih kata kok. Ini aku usahakan update hari ini karena lagi merasa bangga sama dua kesayangan yang berhasil meraih banyak nominasi di AMI Awards. 🥹💙

***

Salisa sudah mencoba memejamkan matanya. Sudah juga miring ke kanan, posisi favoritnya, sambil memeluk guling. Mengetes kemampuan perkaliannya juga sudah, berzikir apalagi. Tetapi kenapa sulit sekali rasanya mau tidur. Padahal hari ini Salisa sebenarnya cukup lelah setelah melakukan perjalanan jauh. Ini juga bukan pertama kalinya Salisa menginap di rumah orang lain. Jadi kenapa ia tidak bisa tidur!

Jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, itu tandanya hampir 1 jam Salisa berusaha memejamkan matanya. Rubina sudah terlelap di tempat tidur atas, Salisa memutuskan mengambil kasur yang di bawah. Katanya tadi mau mengobrol sebelum tidur tapi malah gadis itu duluan terbuai ke alam mimpi baru beberapa menit kepalanya menyentuh bantal.

Salisa membuka ponselnya mencoba menonton reels di instagram. Setelah bosan ia beralih ke shorts di youtube. Bosan lagi, Salisa iseng mengirim pesan pada Ronald.

Salisa: Ron, udah tidur?

Salisa mengira Ronald sudah tidur, belum sampai satu menit balasan dari lelaki itu sudah masuk ke ponselnya.

Ronald: Belum. Kamu ga bisa tidur?

Salisa: Hem..

Ronald: Mau ngobrol ga?

Salisa: Boleh. Dimana?

Ronald: Sini kamar aku

Salisa: Curiga...

Ronald: HAHAHA.. beneran ngobrol, pintu dibuka deh biar aman

Salisa: Oke. Aku ke situ.

Perlahan, Salisa pun bangkit dari kasurnya. Memakai hijab instannya dulu lalu berjalan mengendap-endap menuju pintu, berusaha agar tidak menimbulkan suara apapun. Salisa sempat mengintip Rubina sebelum benar-benar menutup pintu. Aman, sama sekali tidak ada pergerakan dari gadis itu.

Salisa membalikkan tubuhnya setelah menutup pintu dan mendapati Ronald sudah berdiri menyandar di ambang pintu kamarnya dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana, rambut yang ia pakaikan bando kecil dan senyum tipis di sudut bibirnya yang hampir saja membuat lutut Salisa melemah.

Bisa gitu ya kelihatan ganteng hampir di jam setengah dua pagi?

***

Ronald membiarkan Salisa masuk ke dalam kamarnya, tentu saja dengan pintu yang dibuka lebar, dan melihat-lihat isi dalamnya. Kamar Ronald biasa saja, besar ukurannya sama persis seperti kamar milik Rubina yang berada di sebelahnya, sedang-sedang saja. Isinya juga hanya ada satu tempat tidur ukuran single, dengan meja belajar di sebelahnya, gitar yang ditaruhnya di sudut ruangan, sebuah lemari pakaian yang ada cerminnya dan sebuah drawer kabinet setinggi pinggang Ronald yang di atasnya ada koleksi buku lelaki itu yang tidak terlalu banyak. Yang membedakan kamar Ronald dan Rubina adalah adanya sebuah jendela karena kamar Ronald letaknya berada dibagian yang menghadap ke depan rumahnya. Di jendela inilah biasa Ronald duduk di kursi belajarnya sambil bermain gitar dan bernyanyi.

"Nggak ada yang istimewa di kamar aku." Komentar Ronald sendiri.

"Ini apa? Ini nggak istimewa kata kamu?" Tanya Salisa sambil menunjuk beberapa piagam dan medali yang tergantung di dinding kamar Ronald. Beberapa  diantaranya adalah hasil dari keterlibatan Ronald dalam olimpiade yang diikutinya ketika SMP dan SMA.

(IM)POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang