13. Rajin

2 0 0
                                    

Ada yang tau siapa nama orang yang ada di foto di atas? Aku nemu di pinterest, tapi ga tau siapa namanya. Menurut aku visualnya cocok buat Radit 😁

Menurut kalian gimana? Kalian punya saran cast lain?

Ini buat seru-seruan aja yaa, selebihnya soal visual karakter, pembaca bebas kok mengimajinasikan masing-masing.

Happy reading...

****

"Satu... Dua... Tiga... Ya!"

Radit melepaskan lengannya yang mengait leher orang itu. Dengan napas terengal dia berdiri tegap, lalu mengulurkan tangan untuk membantu sang lawan bangkit. Mereka lalu salam sampuk bahu sebagai tanda solidaritas.

Tepukan tangan menggema, Radit melihat Bagas tersenyum bangga padanya.

Bahu Radit ditepuk oleh seseorang, dia menoleh pada lelaki itu.

"Bagus, teknik-teknik yang kamu gunakan rapi, kuncianmu juga cukup kuat. Kamu sudah pernah ikut olimpiade sebelumnya?" tanya lelaki 25 tahun itu, pelatih ekstrakurikuler silat di SMA Pratama Wiyata.

Radit tersenyum tipis menghormati pujian itu. "Belum pernah, Kak," jawabnya.

"Oya? Tidak ikut seleksi?"

Radit mengangguk.

"Kenapa?" Ridwan penasaran.

"Saya suka silat, tapi belum ada niat untuk ikut lomba."

"Sayang sekali," ujar Ridwan. "Oya, selamat bergabung bersama kami di sini. Terus tingkatkan kemampuanmu, dan jangan sia-siakan bila ada kesempatan."

Radit mengangguk. "Siap kak, terima kasih."

Dengan senyum bangganya Radit menghampiri Bagas yang duduk bersila di tepi lapangan hijau itu. Bagas memberikan air yang dia bawa, mereka ngobrol ringan seputar ekskul sambil makan cemilan di tengah waktu istirahat.

"Hai," sapa seseorang menghampiri Bagas dan Radit.

Gadis berseragam hitam khas para pesilat dengan rambut berkepang satu di belakang itu tersenyum lebar, lalu mengulurkan tangan pada Radit yang melihatnya bertanya-tanya.

"Kenalin, gua Dina, Audina Rina Safiena, kelas 11 IPS 2, temen Bagas Dwiatmaja." Matanya melirik Bagas bermaksud menunjuk cowok itu, kemudian kembali pada Radit. "Dan gua adalah atlet silat juara bertahan kebanggaan SMA Pratama Wiyata," ucapnya lancar tak berjeda, ditambah dengan logat betawinya yang cukup kentara.

Radit melongo beberapa saat, sampai gadis itu mengayun tangannya, barulah Radit tersadar dan membalas jabatan tangannya.

"Radit, Raditya Alfazil," ucapnya menyebut nama. "Lo penyair apa pesilat?" tanya Radit terkekeh.

Gadis itu ikut tertawa sambil melepas jabatan tangannya, kemudian berlagak menyeka poninya ke belakang telinga. "Gue pesilat, banyak yang bilang gua hebat, banyak medali udah gue embat, tapi kata Bagas yang anti maksiat, gua kudu tobat."

Radit tertarik dengannya. "Tobat kenapa?"

Gadis itu ikut duduk bersila di samping Radit, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Radit. "Katanya kagak boleh sombong."

"Dan jangan suka pamer," tambah Bagas.

Dina cemberut. "Bukan pamer, itu biar jadi motivasi," sangkalnya.

"Kalo terlalu sering dibahas, orang bukannya termotivasi, tapi malah bisa jadi iri dengki," balas Bagas.

"Itu urusan hati masing-masing kali," jawab Dina mengedikkan bahu cuek, dia dengan santai mencomot makanan milik Bagas. "Minta, ye," ujarnya lalu melahap nugget itu sambil bergumam keenakan.

The AnthonymsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang