⚠️ Terdapat kata-kata kasar, hanya untuk penegasan karakter, tidak untuk ditiru ⚠️
****
"Tadaa!" ucap Fiona tersenyum lebar sambil membukakan box hitam yang dia bawa.
Mata Radit berbinar saat melihat apa yang ada di dalamnya. Radit mengambil salah satu benda dari sana, sebuah tali yang dihias dengan kerang.
"Lo masih nyimpan semua ini?" tanya Radit memandangi benda itu takjub.
Bagas juga ikut-ikutan melihat benda yang ditunjukkan Fiona. "Apa sih?" bingungnya.
Fiona yang duduk di bangku kosong di depan Radit dan Bagas turut mengambil salah satu benda. "Ini gue sama Radit yang bikin waktu kami kecil."
"Kalian temenan dari kecil?" Bagas menatap tak percaya.
"Lebih tepatnya pernah temenan waktu kecil, kami dulu tetanggaan, tapi semenjak gue pindah, kita gak ada komunikasi lagi. Dari awal ketemu Fiona gue gak pernah nyadar kalo dia bocah gembul yang dulu suka ngajak gue main boneka, sekarang udah beda banget," jelas Radit.
Fiona tersenyum senang mendengarnya. "Coba lihat deh," ujarnya menarik tatapan Radit. Fiona mengikatkan sebuah tali berhiaskan kerang ke kepalanya. Kerang itu berada tepat di tengah dahi, tampilannya mirip seperti hiasan kepala mermaid di film-film, hanya saja bentuknya lebih sederhana.
"Purti duyung!" ucap Fiona sambil berpose dengan kedua telapak tangan terbuka di bawah dagunya.
Seketika Radit tertawa. "Bukan, dulu lo cadel. Lo bilangnya pulti duyung," ralatnya.
"Iyaya," balas Fiona ikut tertawa. "Lo masih ingat 'kan semua ini?"
"Ingat lah," jawab Radit yakin. "Kalo lo pakai itu, kelihatan mirip sama Fio Ndut dulu." Senyum Radit terus mengembang, membuat Fiona kesulitan menahan salah tingkahnya.
Sementara itu dari tempat duduknya, Zia juga meoleh ke belakang, berdalih mengobrol dengan Lisa, padahal Zia curi perhatian pada Fiona dan Radit yang nampak tertawa akrab sambil memainkan benda-benda berbentuk kerang itu.
"Lo masih belum maafin Radit ya, Zia?" tanya Wiwin, gadis berhijab putih.
"Jadi sekarang lo udah mundur bersaing dapatin Radit?" tambah Lisa si gadis berponi.
"Radit, Radit, Radit, gak usah bahas dia bisa gak?" respon Zia ketus.
Wiwin dan Lisa saling tatap heran.
"Lagian lo lirik ke sana mulu dari tadi," ujar Wiwin.
"Siapa? Gue? Ngapain gue ngelihatin mereka? Gue gak peduli mereka mau ngapain, " bantah Zia memalingkan tatapan, namun gelagatnya terlihat masih penasaran.
Wiwin dan Lisa tak mau berdebat, mereka iyakan saja apa kata Zia yang nampak marah itu.
Sementara itu, di tempatnya, meskipun tengah mendengar cerita-cerita Fiona soal masa kecil mereka yang menyenangkan, entah kenapa hati Radit merasa gelisah, matanya seolah ingin melihat Zia. Ada keinginan besar dia bisa melihat wajah Zia yang cemburu karena saat ini dirinya bersama Fiona. Entah kenapa Radit ingin sekali memastikan, apakah Zia sungguh sudah tidak lagi peduli padanya?
"Dulu tuh lo suka ga mau kalah kan sama gue...."
Suara Fiona terasa semakin samar saat Radit memerhatikan gadis berambut panjang itu berbincang dengan kedua temannya, wajah cantiknya benar-benar memancar saat dia menyila rambutnya ke belakang. Kedua mata Radit sontak membelalak saat tiba-tiba Zia melihat ke arahnya. Tatapan mereka bertemu beberapa saat, membuat Radit mematung, dan seolah terkunci, dia tak mampu berpaling, tatapan mata indah itu sangat Radit rindukan. Namun tak lama, Zia membuang muka, bahkan memalingkan badan duduk menghadap lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Anthonyms
Teen Fiction#karya 3 "Mengapa cinta bagiku justru berlawanan dari maknanya?" Sahabat Kanzia bunuh diri gara-gara depresi diputuskan pacarnya. Tak lama setelahnya, pacar Kanzia justru kepergok menyelingkuhinya. Awalnya Kanzia berpikir untuk menyusul saja sang sa...