Kalau ada typo, tolong tandain, yaa
Selamat membaca....
****
Cowok ber-hodie putih itu menaruh kunci motornya di atas meja, lalu duduk di atas sofa lebar nan empuk itu sambil menghela napas. Radit menyandarkan punggunya pada sandaran sofa, lalu mendongak menatap langit-langit ruang tengah yang di atasnya bergantung sebuah lampu hias besar yang berkilau.
Dia merasa lega, sekaligus kesal dengan yang barusan terjadi.
"Kak? Kakak kenapa?"
Suara adik perempuannya menyapa. Radit membenarkan posisi duduknya, dan menatap gadis berambut panjang dengan bando merah muda yang langsung duduk di sampingnya, diikuti Sang Mama yang melangkah bersama adiknya yang lebih kecil, mereka membawa sepiring kue kukis cokelat.
Radit kini dikelilingi oleh tiga perempuan yang menatapnya bertanya-tanya.
"Habis dari mana? Kok kayak lesu gitu," tanya Maya, Mamanya Radit. Dia menaruh kukis itu di atas meja, lalu kembali menatap putranya. "Cobain nih, Mama barusan bikin kukis sama Lovi dan Danisa."
Radit mengambil satu kukis, dan memakannya. "Aku habis nolongin orang mau bunuh diri, Mah."
Mata ketiga orang di depan Radit itu sontak membelalak.
"Di tempat yang sama kayak kejadian Nita, dan alasan yang sama kayak Nita," tambah Radit.
Lovi menatap kakak lelakinya itu lebih serius. "Kejadiannya gimana?" tanyanya.
"Tadi tuh Kakak perjalanan pulang habis ngambil seragam sekolah buat besok 'kan, terus iseng aja pengen lewat jembatan Aras. Nah di situ Kakak lihat cewek masih pakai seragam SMA Pratama Wiyata, dia berdiri di tepi jembatan, terus mau naik ke palangnya, mana jalanan pas itu sepi. Jadi langsung aja Kakak tepiin motor, terus Kakak tarik tangan dia."
Semua perhatian berfokus pada cerita Radit.
"Pas Kakak lihat, ternyata dia sahabatnya Nita yang waktu itu."
Maya menegakkan tubuhnya. "Yang rambut pendek?"
Radit menggeleng. "Yang pakai hijab."
"Ya Tuhan, kok bisa," keluh Maya merasa lemas, dia mengelus dadanya.
"Iya, Mah. Tanpa basa basi apapun lagi aku langsung ajak dia pergi dari sana, aku paksa dia ikut aku. Pas di jalan akhirnya aku tahu alasan dia di jembatan itu."
Radit mengingat momen saat dia membonceng Zia beberapa saat yang lalu.
"Katanya dia kangen sama Nita. Dia kepikiran pengen nyusul Nita karena dia mengalami hal yang sama kayak Nita. Diselingkuhin juga sama pacarnya."
"Ih pasti jahat banget cowoknya!" komentar Lovi.
"Kasihan," ucap Danisa tanpa menggunakan mulut, melainkan menggunakan isyarat gerakan tangan. Ya, adik bungsu Radit seorang penyandang disabilitas tuna rungu, namun dia bisa mendengar menggunakan alat bantu dengar.
Radit menatap kedua adiknya itu, namun dia lebih fokus pada Lovi untuk beberapa saat, seolah mencari sesuatu di balik manik mata gadis kelas 3 SMP itu.
"Makanya Kakak gak pernah setuju sama yang namanya pacaran di usia segini. Remaja yang depresi gara-gara persoalan cinta gak sedikit, udah banyak banget, tapi masih aja gak sadar-sadar. Orang-orang yang pacaran itu sama aja kayak mempersilakan potensi-potensi sakit hati datang ke hidupnya," tutur Radit lancar dan tegas.
Cowok jangkung berkulit putih itu meluapkan keresahan yang sering mengganggu pikirannya.
"Ih kok jadi marah-marah," rajuk Lovi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Anthonyms
Fiksi Remaja#karya 3 "Mengapa cinta bagiku justru berlawanan dari maknanya?" Sahabat Kanzia bunuh diri gara-gara depresi diputuskan pacarnya. Tak lama setelahnya, pacar Kanzia justru kepergok menyelingkuhinya. Awalnya Kanzia berpikir untuk menyusul saja sang sa...