BAB 53: NDORO MARAH

38K 5.9K 476
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Hoekkk hoekkk ... 

Ndoro Karso langsung menghampiri Sekar,  saat mendengar istrinya itu sedang muntah-muntah di dapur. Ada Mbok Sugeng yang sibuk memijat dan mengoleskan minyak angin di leher  Ndoro Putri itu. 

"Saya saja Mbok," Ndoro Karso meminta minyak angin di tangan Mbok Sugeng. Mbok Sugeng pun langsung memberikan minyak angin di tangannya kepada sang Ndoro. Sedangkan dirinya sendiri pamit kembali melanjutkan pekerjannya. 

Setelah muntah-muntah, Sekar berkumur dan membasuk wajahnya dengan pelan. 

"Masih mual?" tanya Ndoro Karso pada Sekar. 

Sekar hanya mengangguk pelan, sambil berjalan ke arah meja makan. Sekar duduk dan bersandar pada kursi. Sedangkan Ndoro Karso masih mengusap pelan tengkuk Sekar menggunakan minyak angin. 

"Mau minum teh Nduk, biar tidak terlalu mual?" tanya sang Ndoro lagi. 

Sekar hanya menggeleng pertanda tidak mau. 

"Mau apel Ndoro," pinta Sekar lirih. Dia masih sedikit mual dan ingin makan sesuatu yang segar. 

"Dipotongkan nggih?" (ya)

Sekar mengangguk lalu Ndoro Karso bergegas mengambilkan apel yang diinginkan Sekar. 

"Ndoro aku tunggu di depan ya," ucap Sekar lalu berjalan keluar dari dapur.

"Enggih," (iya) jawab sang Ndoro sambil memotongkan apel untuk istrinya itu.

Di halaman depan, Sekar melihat Tejo yang tengah mengepel lantai pendopo. Sekar tersenyum, tiba-tiba otaknya memiliki ide untuk mengganggu Tejo.

"Tejooooo ..." panggil Sekar dengan nada mendayunya.

Tejo yang dipanggil, langsung menoleh. Pasti tidak lama lagi ujian kesabarannya akan datang.

"Nopo (apa) Ndoro Putri," jawab Tejo seadaanya. Dia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya di sana lalu bisa pergi.

"Apa kabar kamu hari ini Jo?" Tanya Sekar lagi dengan senyum manisnya pada Tejo. Namun, hal tersebut justru membuat Tejo was-was.

"Alhamdulillah sae (baik)," jawab Tejo lagi. 

Ndoro Karso datang membawakan apel yang diinginkan Sekar. Sang Ndoro lalu meletakkan piring tersebut di hadapan Sekar. 

"Dimaem nggih," (dimakan ya) ucap sang Ndoro pada istrinya itu. 

"Suapin, tangannya lemas." Rengek Sekar dengan nada manjanya. 

Ndoro Karso yang mendengar itu pun hanya tersenyum. Sang Ndoro duduk di sebelah Sekar dan mulai menyuapi istrinya dengan telaten. 

Sekar yang dasarnya malas dan ada yang mau memanjakannya tentu saja senang. Dia makan dengan tenang disuapi Ndoro Karso. Sekar mengunyah apelnya sambil  memperhatikan wajah Ndoro Karso yang nampak serius. 

"Ndoro," panggil Sekar dengan pelan. 

"Dalem." (Apa)

"Ndorooooooooooo," panggil Sekar lagi. 

"Dalem Nduk, enten nopo?"  (Apa Nduk, ada apa)

"Massss ..." 

"Dalem (apa) Sayang," jawab Ndoro Karso dengan kekehan pelannya. Sang Ndoro kembali menyuapkan potongan apel untuk istrinya itu. 

Sedangkan Sekar yang mendengar jawaban suaminya, justru tertawa riang.  

Jangan lupakan Tejo, rewang setia Ndoro itu sejak tadi masih ada di sana dan mendengar kedua majikannya saling menggoda. Tejo merasa senang dengan hubungan keduanya yang semakin membaik, tapi di sisi lain jujur Tejo merasa geli. Dia sudah membersamai sang Ndoro selama bertahun-tahun, tapi baru hari ini dia melihat sikap Ndoro yang sangat tidak bisa. Dan menurut Tejo, itu sedikit menggelikan. 

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang