SELAMAT MEMBACA
***
"Ndoro tehnya," ucap Sekar sambil meletakkan secangkir teh hangat di hadapan Ndoro Karso.
Ndoro Karso yang awalnya, sedang membaca buku di ruang tengah langsung menoleh. Sang Ndoro menepuk tempat duduk di sebelahnya tanda meminta Sekar untuk duduk di sana.
Sekar duduk dengan tenang di sebelah sang Ndoro. Ndoro Karso yang melihat itu hanya diam sambil terus memperhatikan wajah istrinya. Berusaha mencari-cari sesuatu yang salah di sana.
Terhitung ini sudah hari ke empat sejak kedatangan Dewi waktu itu, dan sikap istrinya langsung berubah drastis. Sang Ndoro mencari-cari ke mana perginya rengekan Sekar, rewel dan cerewetnya. Kenapa jadi tenang dan pendiam, yang lebih mengherankan Ndoro Putri itu berubah patuh dan tidak nakal lagi. Perubahan yang sebenarnya sejak dulu selalu sang Ndoro semogakan. Tapi ketika hal itu terjadi, dan istrinya berubah, Ndoro Karso justru merasa heran, tidak nyaman dan sedikit tidak senang. Sikap Sekar yang awalnya sedikit mengganggu, lama-lama justru membuat sang Ndoro terbiasa dan menyukainya. Lalu sekarang ketika istrinya berubah menuju arah lebih baik mungkin, sang Ndoro justru merasa tidak suka. Rasanya seperti ada yang hilang.
"Ndoro mau?" Sekar mengulurkan camilan yang ada di tangannya pada Ndoro Karso.
Ndoro Karso melirik sebentar toples di pangkuan Sekar lalu menggeleng pelan.
"Mboten," (Tidak) jawab Ndoro Karso pelan.
Lihat, Ndoro Putri itu biasanya pelit kalau urusan makanan. Tapi sekarang lihat, dia menawarkan dengan sadar pada suaminya. Ini juga sesuatu yang cukup mengherankan beberapa hari ini.
Sekar langsung meletakkan toplesnya dan pergi dari sana entah mau ke mana. Tidak lama setelahnya, Sekar sudah kembali dengan sepiring pisang goreng yang masih mengepul.
"Makan ini saja ya Ndoro," ucap Sekar sambil menyodorkan sepiring pisang goreng itu pada Ndoro Karso.
"Angsal saking pundi niki wau?" (Dapat dari mana ini tadi) tanya sang Ndoro sambil mencicipi pisang goreng pemberian Sekar.
"Mencuri dari dapur, Mbok Sugeng yang goreng," jawab Sekar dengan polosnya. Hampir saja Ndoro Karso tersedak karena jawaban ngawur Sekar. Mana ada ceritanya dia makan barang curian di rumahnya sendiri. Tapi ya sudahlah, biarkan saja Ndoro Putri itu berimajinasi.
"Enak Ndoro?" tanya Sekar lagi dengan wajah penuh harap. Seolah menunggu penilaian suaminya tentang pisang goreng yang dia berikan. Bertindak seperti pisang goreng itu buatannya, padahal hasil curiannya.
"Enak," jawab Ndoro Karso sambil menyuapkan sepotong pisang goreng di tangannya pada Sekar.
"Iya enak," ucap Sekar sambil mengangguk pelan.
Sekar bersandar dengan malas di lengan sang Ndoro, masih sambil mengunyah pisang gorengnya.
"Ada apa Nduk?" tanya Ndoro Karso pada Sekar.
"Tidak ada apa-apa," jawab Sekar lirih.
"Kalau tidak ada apa-apa, tidak seperti ini seharusnya."
"Seperti ini bagaimana?"
"Beberapa hari ini saya perhatikan kamu ini banyak murung, tidak seperti biasanya. Ada apa ini, ada yang tidak enak badannya, coba sini cerita sama saya," ucap sang Ndoro dengan lembut pada Sekar.
Sekar hanya diam, sambil terus bergelendotan manja di lengan sang Ndoro.
"Kalau ada apa-apa itu dibicarakan Nduk, jangan hanya diam. Kalau kamu cuma diam saya tidak tahu apa-apa. Nanti kamu pendam sendiri, lalu jadi pikiran. Yang rugi siapa, kalau bukan kamu sendiri." Ndoro Karso terus saja membujuk Sekar agar mau cerita ada apa beberapa hari belakangan ini sikapnya berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...