SELAMAT MEMBACA
***
Ndoro Karso mengusap kepala Sekar yang diletakkan di pangkuannya dengan sabar. Sedangkan Sekar sendiri hanya diam sambil merebahkan tubuhnya di kursi panjang di pendopo berbantalkan paha sang Ndoro. Sejak mantan istri Ndoro tadi datang, hingga sekarang sudah pulang, Ndoro Putri langsung terlihat murung. Tidak semangat seperti biasanya. Bahkan suaranya yang seperti burung beo, tiba-tiba menghilang entah ke mana.Ndoro Karso sampai dibuat bingung dengan perubahan sikap istrinya. Suaranya ke mana, kenapa tiba-tiba tenang seperti ini. Tapi Sekar yang tenang justru menghawatirkan bagi sang Ndoro.
"Ajeng nyuwun nopo Sayang?" (Mau minta apa) tanya Ndoro Karso dengan lembut. Sang Ndoro berinisiatif bertanya, karena sang Ndoro merasa pasti ada sesuatu yang tidak beres di sana. Karena jika beres, maka istrinya tidak akan setenang itu.
"Mboten," (Tidak) jawab Sekar pelan.
"Ajeng maem buah?" (Mau makan buah)
"Mboten," (Tidak)
"Kemarin ada yang antar buah naga dari kebun, mau diambilkan?"
"Mboten." (Tidak)
"Lha kok tumben?"
"Enggih," jawab Sekar pendek.
"Kenyang minum es?" tanya Ndoro Karso lagi sambil mengusap perut Sekar yang sejak tadi diusapnya sendiri.
"Enggih," (Iya) jawab Sekar lagi.
Ndoro Karso tersenyum tipis, apa tidak ada jawaban lain selain 'Mboten' dan 'Enggih', atau memang hanya itu bisanya.
"Mbok diwangsuli, liyane enggih kalih mboten. Biasane ceriwis," (Coba dijawab, lainnya iya dan tidak. Biasanya cerewet) Ndoro Karso mencubit pipi Sekar yang terlihat lebih chubby itu.
"Tahunya memang cuma enggih sama mboten."
Ndoro Karso langsung tertawa mendengar jawaban polos dari Sekar. Sama sekali tidak menyangka jika dari banyaknya jawaban yang akan keluar jawaban seperti itu.
"Mau tidur, jangan dibangunkan kalau belum bangun sendiri," ucap Sekar sambil memejamkan matanya. Ndoro Karso hanya mengangguk pelan sambil tangannya sibuk mengusap rambut Sekar.
Tidak lama setelahnya, Ndoro Karso bisa mendengar napas Sekar yang teratur menandakan Ndoro Putri itu sudah terlelap.
Tejo datang terlihat ingin melaporkan sesuatu, namun sebelum Tejo mengeluarkan suaranya, sang Ndoro sudah lebih dulu menahannya agar Tejo berbicara dengan lirih.
"Dipadosi Pak Tarman saking telpon, Ndoro," (Dicari Pak Tarman dari telpon) ucap Tejo dengan lirih.
"Nanti saja," ucap Ndoro Karso sambil melambaikan tangannya meminta Tejo untuk pergi.
Setelah kepergian Tejo, Ndoro Karso kembali memperhatikan wajah tenang istrinya yang tengah tidur itu. Sambil sesekali, sang Ndoro menyingkirkan rambut-rambut kecil yang jatuh di wajah ayu milik Sekar.
"Ndoroooo!!!" Tiba-tiba Sekar terbangun dan memanggil Ndoro Karso dengan sedikit keras.
"Dalem," (Apa) jawab sang Ndoro dengan santainya.
Sekar langsung bangun dan duduk dengan linglung. Ndoro Karso yang melihat itu tentu saja merasa heran. Apa tidak sakit kepala, bangun tidur tiba-tiba seperti barusan.
Sekar menoleh pada sang Ndoro, tiba-tiba air matanya turun. Ndoro Karso yang melihat hal tersebut tentu saja semakin heran. Sang Ndoro segera menghapus air mata di pipi Sekar menggunakan tangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...