SELAMAT MEMBACA
***
Sekar berkali-kali berusaha memejamkan matanya namun selalu saja gagal. Matanya terpejam tapi pikirannya liar kemana-mana. Entah kenapa tidak ada angin tidak ada hujan dia memikirkan hal yang seharunya tidak dia pikirkan saat ini. Dia sudah berusaha setengah mati untuk mengabaikan semua pemikirannya agar bisa tidur namun tetap saja tidak bisa. Sekar menyentuh perutnya dan mengusapnya dengan lembut. Apakah karena lapar, atau bayi di dalam perutnya ini yang ingin begadang. Tapi sepertinya bukan keduanya, Sekar langsung melirik ke sebelahnya memastikan sang Ndoro yang sudah terlelap justru semakin membuat Sekar kesal jika tidak takut dosa rasanya ingin dia tendang Ndoro itu agar jatuh dari ranjang.
Sekar kembali membalikkan badannya, kali ini memunggungi Ndoro.
"Ajeng tilem jam pinten?" (mau tidur jam berapa) tanya Ndoro Karso saat membuka matanya. Dia sejak tadi merasakan tempat tidur di sebelahnya bergerak-gerak. Ndoro tau jika satu makluk nakal di sebelahnya itu belum tidur.
"Ndoro..." panggil Sekar pelan. Dia langsung membalikkan tubuhnya yang semula memunggungi Ndoro Karso kali ini berubah menghadap sang Ndoro. Tanpa canggung Sekar langsung memeluk tubuh suaminya dari samping.
"Dalem," (apa) sahut Ndoro Karso.
"Ndoro sayang aku?" tanya Sekar dengan tiba-tiba pada Ndoro Karso.
Ndoro Karso yang mendengar itu hanya bisa menghela napasnya dengan pelan. Entah kenapa tiba-tiba Ndoro Putri itu menanyakan hal seperti itu di waktu sekarang ini.
"Enggih (iya), sayang Nduk Cah Ayu," jawab Ndoro Karso dengan sabarnya. Tolong katakan, kalau ini sudah tengah malam. Bukan waktunya untuk memvalidasi perasaannya. Tapi ini adalah waktunya untuk tidur. Jika ingin membicarakan perasaan, besok hari masih panjang.
"Kalau Ndoro sayang sama aku, Ndoro jawab pertanyaanku ya." Ucap Sekar dengan riangnya.
"Sudah malam, waktunya istirahat. Besok masih banyak waktu untuk cerita." Ucap Ndoro Karso ingin memeluk tubuh Sekar, namun Sekar justru menggeser tubuhnya menjauh dari sang Ndoro.
"Berarti Ndoro tidak sayang aku, sebatas jawab pertanyaanku saja tidak mau." Ucap Sekar dengan ketusnya.
Ndoro Karso hanya bisa menghela napasnya dengan pelan. Baiklah, harus mengalah batin sang Ndoro.
"Mau tanya apa Nduk?" ucap sang Ndoro pada akhirnya. Mendengar itu, Sekar langsung tersenyum.
"Dulu Ndoro janji mau menikahi aku kan waktu aku masih kecil. Tapi kan waktu itu setelah ayah meninggal aku tinggal di Jakarta lama tidak pernah kesini lagi sedangkan Ndoro di desa. Semisal waktu itu aku bertemu laki-laki lain lalu kami menikah, terus Ndoro bagaimana?"
Mendengar pertanyaan Sekar, spontan sang Ndoro langsung melirik ke arah jam. Sudah pukul dua dini hari. Apa mereka akan begadang untuk mendongeng.
"Jam segini kenapa tiba-tiba tanya itu. Sudah malam ini, ayo tidur."
"Sebentar, aku kepikiran jadi susah tidur. Jawab dulu Ndoro," ucap Sekar setengah memaksa.
"Ndoro bagaimana, kalau semisal aku menikah sama laki-laki lain?" Sekar mengulangi pertanyaannya.
"Ya tidak bagaimana-bagaimana to Nduk. Pasti saya datang ke pernikahanmu memberikan doa dan selamat." Jawab Ndoro Karso dengan tenangnya. Seolah tidak merasa sedih ataupun keberatan. Memangnya apa yang harus disedihkan jika memang begitu kejadiannya.
Saat itu dia hanyalah laki-laki yang hidup untuk membayar hutang budinya. Mencoba merayu Tuhan dan bertaruh dengan takdir. Jika dia gagal, bukankah berarti Tuhan tidak merestui niatnya. Jika sudah begitu, dia mau bagaimana selain menerimanya dengan lapang. Lagipula itu semua kan hanya semisal, nyatanya sekarang dia bisa memeluk takdirnya bukankah artinya Tuhan merestui niatnya saat itu. Tidak penting akan bagaimana saat itu yang terpenting adalah saat ini kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...